Beranda / Horor / Pekik Ketakutan / BAB 25: LoeGaibGueKejar

Share

BAB 25: LoeGaibGueKejar

Penulis: Eka Juan
last update Terakhir Diperbarui: 2021-08-24 19:56:05

Kamar lantai dua, rumah Jessica. Markas — “Tim YouTuber legendaris ter-horor se-Indonesia, ter-banyak jumlah subs dan view-nya, LoeGaibGueKejar.” Kalimat itu sering Beni ulang-ulang bak jampi-jampi. Kalimat magis yang ia percaya dapat membuat jumlah view bertambah, atau memberi tulah kepada video kompetitor yang masuk trending supaya mental.

Ruangan itu sederhana. Hanya ada sebuah meja tua osteoporosis, gara-gara kakinya sempat dirayapi. Kalau sedang dipakai ker

Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Pekik Ketakutan   BAB 26: Kompetisi Kencing Berdiri

    Beni menarik lengan Jessica dan berbisik, “Ke… kencing sambil berdiri. Gak ada tantangan yang lain apa? Lagipula emang wanita bisa begitu?” tanya Beni sambil memperagakan arah aliran, “Bukannya kalau wanita ke bawah?”“Ada tekniknya lah. Jangan khawatir gue sudah berlatih cukup lama, gue yakin kita akan menang. Kita akan buat Linda bergabung dengan kita, dan uang kita akan selamat.”“Berlatih? Hah, hobimu aneh sekali?”“Kita kan memang kumpulan orang aneh, jangan sok normal deh.”“Baik, gue terima tantangannya!” jawab Linda.Beni berbisik lagi ke Linda, “Mengapa Linda menerima tantangan itu dengan percaya diri? Apakah kencing sambil berdiri i

    Terakhir Diperbarui : 2021-08-25
  • Pekik Ketakutan   BAB 27: Berburu Hantu

    Tiga hari kemudian. Tepatnya Jumat Kliwon. Malam magis yang tercium amis, karena para ahli spiritual sering beritual darah di tipikal malam seperti ini. Kaum dedemit jadi pecicilan, lebih bergairah keluyuran oleh karena aromanya. Walau entah bagaimana mereka mencium darah, punya hidungkah mereka? Ah bagaimana pun caranya, malam ini sungguh waktu yang tepat untuk berburu hantu.Jam Casper — si hantu baik melingkar di pergelangan tangan Linda. Jejarumnya menunjukkan pukul 20.43 kala ia dan teman barunya menyambangi sekolah. Area sekitar sekolah terlihat remang-remang, karena penerangan yang minim. Sementara bagian dalamnya nampak gelap dan suram.“Gerungggg!” protes Vixion Beni kencang, karena olinya belum diganti dan ditunggai melebihi kapasitas — tiga orang plus peralatan ke TKP. Di jok belakang Linda dan Jessica sudah seperti cabe-cabea

    Terakhir Diperbarui : 2021-08-26
  • Pekik Ketakutan   BAB 28: Prostitusi di Sekolah

    “Ah, om… shh… ahhh… ahh....” terdengar desahan wanita, bercampur erangan pria, “Aahh.. mmh… ah…” diikuti dengan gema, “Pok! Pok! Pok!” Ciri khas orang bersenggama doggy style. Suara itu timbul saat bagian bawah tubuh pria menepuk-nepuk bokong pasangannya saat penetrasi. Katanya sih gaya itu favorit banyak orang, karena dapat penetrasi maksimal dan membuat wanita orgasme lebih cepat. Meskipun kata dokter Boyke penetrasi tidak perlu dalam-dalam. Karena faktanya syaraf sensitif wanita letaknya hanya di sepertiga lubang vagina. Oleh karena itu batang pendekar alias pendek dan kekar (diameter besar) lebih disukai wanita daripada yang panjang.Linda berbisik, “Itu suara hantu?”Jessica dan Beni

    Terakhir Diperbarui : 2021-08-27
  • Pekik Ketakutan   BAB 29: Ketahuan

    Di aula gedung serba guna puluhan orang sedang bersenggama di ranjang-ranjang yang dipisahkan hanya dengan pembatas portabel. Suara erangan memenuhi ruangan itu.Para prianya berusia sekitar 30-50 tahunan. Sementara yang perempuan sebagian Jessica kenali sebagai siswi sekolah SMAN 696. Bahkan banyak yang merupakan anggota laskar rohani.“Hai Dul, kenapa masuk?” sapa seorang wanita cantik ber-blouse merah, rok hitam, dan bersarung tangan putih, mirip baju seragam hotel.“Ngg… buang air,” jawab Jessica pendek. Ia berharap tidak ada pertanyaan lain yang bisa menimbulkan kecurigaan.Untung tak lama kemudian masuk seorang pria necis bersama seorang usher

    Terakhir Diperbarui : 2021-08-28
  • Pekik Ketakutan   BAB 30: Tuuuuuuut!

    Selagi menunggu Jessica menjalankan rencana, Beni menggunakan kesempatan itu untuk mendekati Linda. Perlahan pantatnya beranjak sedikit demi sedikit, mengakuisisi teritori baru, hampir bertetangga dengan bokong Linda. Linda merasa tidak nyaman, perasaannya campur aduk, antara dag dig dug dan curiga. Ia menggeser posisi duduknya, tapi Beni terus mepet.“Lin, gue boleh ngomong sesuatu gak?” tanya Beni.“Apa sih?” respon Linda sembari memutar bahunya dan memunggungi Beni.“Gue….Gue su…”“Alah!” Linda langsung memotong. “Jangan katakan apa pun yang tidak lo sungguh-sungguh.”“Gue su…”

    Terakhir Diperbarui : 2021-08-29
  • Pekik Ketakutan   BAB 31: Jessica Ambruk

    “Bukannya kita mau pulang?” tanya Linda agak bingung. “Iya, kita ikutin sebentar saja,” jawab Jessica sekenanya. Melihat hantu bayi itu bikin gatal rasa penasarannya. Serasa ada bentol di punggung yang tak sampai tergaruk tangan. Linda dan Beni saling berpandang-pandangan. Akhirnya mereka memutuskan menunda kepulangan dan mengikuti si Njes yang berjalan memimpin di depan, membuntuti hantu bayi yang bergerak melayang entah hendak kemana. Meski keadaan di sekeliling minim cahaya, Jessica dapat melihat jelas sosok bayi itu. Sebab ia melihatnya dengan mata batin. Bentuknya putih, seperti asap, agak transparan. Raut wajahnya blur. Akan tetapi orang masih dapat mengenali, bahwa ada mata, hidung, dan mulutnya. Sesekali terdengar gema suara memanggil, “Mama…?” Imut seperti bayi-bayi yang baru belajar bicara.

    Terakhir Diperbarui : 2021-08-31
  • Pekik Ketakutan   BAB 32: Ruangan dalam Ruangan

    Jessica tumbang. Beni dan Linda terkejut. Mereka refleks segera menopang kedua lengannya.Di saat yang sama Beni menyadari sesuatu, “Lin...mulutmu…”Linda melirik ke bawah. Asap putih. Saking tegangnya ia tak menyadari hawa dingin yang perlahan merayapinya.Sekejap mata kemudian sebuah petir menyambar dada Linda, melemparnya sekitar 4 meter ke belakang hingga terjengkang dan ngesot semeter lagi. Tentu saja Beni panik, tanpa berpegangan tangan dengan Jessica, Linda bisa celaka.“Linda, cepat kemari!” teriak Beni.Linda bangun tergesa, memegang dadanya yang nyeri. Adrenalin terpompa ke darah. Jantungnya berdebar-debar. Nafasnya memendek. Kalau tidak gerak cepat, sedetik ter

    Terakhir Diperbarui : 2021-09-01
  • Pekik Ketakutan   BAB 33: Aborsi

    Bu Flo dan siswi itu meniti masuk ke dalam kolam, menuju ke tengah. Mereka berdiri berhadap-hadapan.“Mari kita berdoa sesuai dengan kepercayaan kita masing-masing. Semoga Sang Penguasa Jagat berkenan dengan bibit sperma para tamumu yang telah tertanam di rahimmu. Semoga Ia memberikanmu kesuburan bagi rahimmu untuk menerima rahmat anugerah.”Mereka berdua memejamkan mata. Saat itulah kolam mulai beriak dan muncul angin entah dari mana.“Anjrit!” seru Jessica, mengisut“Kenapa?” tanya Beni.“Pegangannya Bu Flo. Tiba-tiba nongol. Auranya serem banget.”“Pegangan apa?”“Peg

    Terakhir Diperbarui : 2021-09-01

Bab terbaru

  • Pekik Ketakutan   BAB 50: Balas Dendam

    Kedua bibir Mbah Moen mengatup rapat, alisnya mengernyit, matanya menatap lekat mayat istrinya yang hancur untuk terakhir kali. Suami mana yang tak pedih melihat tubuh istrinya dikoyak-koyak tanpa hormat. Keparat! Akhirnya ia berbalik dan pergi. Tak ada yang bisa ia lakukan. “Hei! Mau kemana kau!?” hardik si Janggut melihat Mbah Moen melarikan diri. “Jangan pergi sebelum kau kasih tahu rahasiamu!” Amarah Mbah Moen berkobar seperti hutan rimba kebakaran akibat terik. Ia menyalahkan dirinya atas ketidakmampuan menyelamatkan istrinya. Semua itu harus ia tebus dengan penghukuman diri. Berlari Mbah Moen ke atas gunung secepat mungkin. Tapi langkahnya berat seperti tergandul bola besi. Nafasnya terengah-engah tak seperti biasa. Akibat perkara dunia memenuhi relung hatinya.

  • Pekik Ketakutan   BAB 49: Perpisahan

    Meskipun dalam keadaan sekarat Mbah Asih masih bisa mengenali ekspresi suaminya. Mata yang teralih ke sana kemari, berfokus hanya kepada pendengarannya seakan ada suara datang dari berbagai arah. Setan laknat itu pasti sedang menggoda suaminya. Setan terkuat Gunung Wijen dikunci di dalam kerajaan gaibnya sendiri oleh Mbah Moen. Bukan karena Mbah Moen lebih kuat darinya melainkan makhluk itu telah salah langkah hingga terjebak. Sejak itu sosoknya tak dapat pergi meninggalkan kerajaannya sendiri. Namun demikian ia masih bisa melakukan kontak batin dari kejauhan dan kekuatannya masih bisa sedikit menggapai keluar. Itu alasan Mbah Moen mencegah orang-orang untuk naik ke gunung ini. Agar tidak ada manusia terjebak jeratan tipu muslihatnya yang sehalus jaring laba-laba dan menggoda hati manusia yang lemah. Hati yang haus dengan keinginan-keinginan yang tak tergapai. Selayak air menggoda kerongkongan yang kering. Bertetangga dengan makhluk astral semacam itu

  • Pekik Ketakutan   BAB 48: Pilihan

    “Selamatkan bayiku,” mohon ibu itu, mengangkat anaknya kepada Mbah Moen dengan gemetar. Kengerian tergurat di wajahnya, mengetahui kemungkinan anaknya tak kan hidup sampai esok hari. Ia tak peduli lagi dengan nyawanya. Asal buah hatinya selamat. Mbah Moen memandang bayi yang tak berdaya itu. Ia mengernyit, menghela nafas. Tak tega, tapi ia tidak mau turut campur dengan prahara dunia yang fana. Ia tak suka hatinya mendapat beban dilema seperti ini. “Anak yang tampan,” kata si Janggut dari belakang. Suara itu membuat adrenalin ibu itu banjir deras, matanya melotot lebar, alisnya mengernyit, jantungnya berdebar keras melihat tangan “malaikat pencabut nyawa” itu perlahan mencengkram kepala anaknya. Raut wajahnya semakin jelek melipat, seperti orang dipaksa meminum sesuatu yang sangat pahit. Air matanya berurai.

  • Pekik Ketakutan   BAB 47: Mbah Moen

    Mbah Moen, seorang juru kunci Gunung Merapi Wijen. Tubuhnya kurus kering. Tulang pipinya menonjol. Tingginya sudah menyusut lantaran usia. Bibirnya selalu tersenyum, seperti orang yang sudah tak memiliki beban hidup. Pekerjaan sehari-hari Mbah Moen menutup portal-portal gaib yang sering terbuka sebagai jalan masuk makhluk astral negatif ke gunung tersebut. Bila ada makhluk yang berhasil lolos, Mbah Moen akan menangkapnya dan menguncinya di satu tempat hingga tak bisa kemana-mana mengganggu. Mbah Moen sebagai seorang ahli kebatinan yang sensitif dapat merasakan energi negatif dari Hutan Terlarang yang melalang buana ke seluruh penjuru. Ia memukul-mukul tengkuknya yang terasa penat. Badannya kaku tidak enak akhir-akhir ini. Padahal sudah bertahun-tahun dia tidak pernah sakit. “Sini aku pijitin,” kata Mbah Asih, istrinya. Jari-jari tua keriput dengan ruas tulang jari menonj

  • Pekik Ketakutan   BAB 46: Kontrak

    Setan Kebaya Merah kembali bersemayam di Hutan Terlarang. Dari sana ia mengirimkan sinyal ke seluruh penjuru nusantara, mengundang orang-orang untuk datang. Mereka yang mengolah ilmu kebatinan pasti dapat merasakan denyut panggilan misterius yang menjalar di alam raya. Terasa begitu menggairahkan bagi mereka pencari kekuatan, namun meresahkan bagi mereka yang menginginkan kedamaian. Bencana gonjang-ganjing akan datang tak lama lagi. Hutan Terlarang. Hutan rimba misterius mistis. Hutan yang memiliki kesadaran. Siapa pun yang masuk akan tersesat berhari-hari. Kiri jadi kanan, kanan jadi kiri, depan jadi belakang, belakang jadi depan. Jauh dekat semua serba terbalik. Segala sensasi indera menipu. Tidak ada satu pun yang bisa dijadikan petunjuk di hutan itu. Masuk ke sana sama saja mati. Datang berombongan juga tak berguna. Hutan itu akan mencerai-beraikan. Teman

  • Pekik Ketakutan   BAB 45: Keris

    Di luar telah gelap. Rembulan enggan keluar. Nenek Min sedang berduka di rumah petaknya. Hanya suara jangkrik yang menemani di luar jendela. Ia duduk di depan meja. Di atasnya terdapat sebuah celupak — alat penerangan dari tanah liat berbahan bakar minyak kelapa dan minyak jarak. Api menyala di ujung sumbunya yang berbaring di cerat. Cahaya kuningnya menerangi ruangan remang-remang. Lidah api itu sedikit menari-nari, seakan mencoba menghibur wanita tua di hadapannya. Mata Nenek Min memandang ke api, cahaya itu menariknya dalam lamunan.Dua hari lalu rombongan Gatuk kembali dari pengejaran. Di belakang kudanya tergeletak tubuh Anggini yang diseret pakai tali. Kebaya merahnya compang-camping, kotor dengan darah dan debu. Wajah dan tubuhnya penuh luka beset dan baret. Rambutnya acak-acakan. Bahkan batang hidungnya sudah tak ada. Sama sekali tak terlihat, kalau dulunya ia seorang ratu sebuah negeri. Hati Nenek Min hancur melihat kondisi Anggini. Gatuk dengan bangga memperto

  • Pekik Ketakutan   BAB 44: Mewujudkan Impian Mentari dan Lahirnya Setan Kebaya Merah

    Pada tengah malam, Anggini dan Nenek Min menggali kuburan Zanna yang masih basah. Mereka masuk ke dalam liang, membongkar papan-papan penutupnya. Mayat anak itu sudah membengkak dan mengeluarkan bau busuk dari dalam kain kafan. Tubuhnya melunak. Darah dan cairan lain keluar dari tubuhnya. Anggini menutup hidung dan mulutnya dengan kain untuk mengurangi bau. Kemudian ia membungkus Zanna dengan kain pelapis tambahan. Kemudian Nenek Min membantu meletakkan mayat Zanna ke punggung Anggini, sambil Anggini mengikatnya ke tubuhnya dengan tali. “Aku akan pergi ke rumah orang tuanya, mempertemukan Zanna dengan keluarganya, dan menyerahkan obat ini.” “Ini gila, Anggini” Anggini memeluk Nenek Min, “Aku akan mewujudkan impian anak ini. Doakan agar aku berhasil.”

  • Pekik Ketakutan   BAB 43: Mentari itu Sirna

    Anggini tanpa daya diseret-seret ke rumah penyiksaan Patah Arang.“Jangan, jangan bawa saya ke sana!” mohon Anggini ketakutan. Ia meronta-ronta, melawan, menahan sebisanya. Ia tak ingin kembali ke tempat itu. Rasa ngeri membuatnya gemetar.Tapi ia tak berdaya diseret dua laki-laki kekar ke sana. Rasa takutnya tak bisa dilukiskan dengan kata-kata.Setibanya mereka di rumah penyiksaan. Gatuk membuka sebuah kotak yang berukuran kecil, kurang lebih setengah badan wanita rata-rata. Terakhir kali Anggini melihat seorang wanita disiksa dan meninggal di dalamnya.“Masukkan dia ke dalam situ!”Anak buah Gatuk memaksa Anggini untuk menekuk tubuhnya, meringkuk seperti bayi dalam rahim agar ia bisa dimasukkan ke dalamnya. Baru setelah itu peti itu ditutup dan dikunci. Cahaya obor menembus sebuah lubang kecil yang berfungsi sebagai saluran udara. Tubuh Anggini hampir sama sekali tak bisa bergerak. Nafas terasa tidak nya

  • Pekik Ketakutan    BAB 42: Selamat Ulang Tahun

    Hari istimewa tiba. Zanna berulang tahun. Anggini telah menyiapkan sebuah kejutan kecil untuknya. Dua buah gelang tembaga berbentuk Bunga Gladiol. Gladiol berasal dari kata Latin, Gladius yang berarti pedang. Umumnya dikenal sebagai Bunga Bakung. Bermakna ketulusan, kemurahan hati, serta pendirianteguh. Anggini sengaja memilih bunga itu sebagai simbol asa Zanna meraih mimpi, menembus segala rintangan yang ada dengan kedua tangannya, diiringi kerendahan hati dan tetap setia pada jati dirinya. Selain itu bunga itu biasanya mekar di bulan Agustus. Pas dengan bulan kelahiran Zanna.Anggini sudah tak sabar untuk menghadiahkan gelang itu, tapi ia menunggu waktu selesai bekerja. Agar ia, Nenek Min dan Zanna benar-benar dapat menikmati momen bersama itu dan membu

DMCA.com Protection Status