Kamar lantai dua, rumah Jessica. Markas — “Tim YouTuber legendaris ter-horor se-Indonesia, ter-banyak jumlah subs dan view-nya, LoeGaibGueKejar.” Kalimat itu sering Beni ulang-ulang bak jampi-jampi. Kalimat magis yang ia percaya dapat membuat jumlah view bertambah, atau memberi tulah kepada video kompetitor yang masuk trending supaya mental.
Ruangan itu sederhana. Hanya ada sebuah meja tua osteoporosis, gara-gara kakinya sempat dirayapi. Kalau sedang dipakai ker
Beni menarik lengan Jessica dan berbisik, “Ke… kencing sambil berdiri. Gak ada tantangan yang lain apa? Lagipula emang wanita bisa begitu?” tanya Beni sambil memperagakan arah aliran, “Bukannya kalau wanita ke bawah?”“Ada tekniknya lah. Jangan khawatir gue sudah berlatih cukup lama, gue yakin kita akan menang. Kita akan buat Linda bergabung dengan kita, dan uang kita akan selamat.”“Berlatih? Hah, hobimu aneh sekali?”“Kita kan memang kumpulan orang aneh, jangan sok normal deh.”“Baik, gue terima tantangannya!” jawab Linda.Beni berbisik lagi ke Linda, “Mengapa Linda menerima tantangan itu dengan percaya diri? Apakah kencing sambil berdiri i
Tiga hari kemudian. Tepatnya Jumat Kliwon. Malam magis yang tercium amis, karena para ahli spiritual sering beritual darah di tipikal malam seperti ini. Kaum dedemit jadi pecicilan, lebih bergairah keluyuran oleh karena aromanya. Walau entah bagaimana mereka mencium darah, punya hidungkah mereka? Ah bagaimana pun caranya, malam ini sungguh waktu yang tepat untuk berburu hantu.Jam Casper — si hantu baik melingkar di pergelangan tangan Linda. Jejarumnya menunjukkan pukul 20.43 kala ia dan teman barunya menyambangi sekolah. Area sekitar sekolah terlihat remang-remang, karena penerangan yang minim. Sementara bagian dalamnya nampak gelap dan suram.“Gerungggg!” protes Vixion Beni kencang, karena olinya belum diganti dan ditunggai melebihi kapasitas — tiga orang plus peralatan ke TKP. Di jok belakang Linda dan Jessica sudah seperti cabe-cabea
“Ah, om… shh… ahhh… ahh....” terdengar desahan wanita, bercampur erangan pria, “Aahh.. mmh… ah…” diikuti dengan gema, “Pok! Pok! Pok!” Ciri khas orang bersenggama doggy style. Suara itu timbul saat bagian bawah tubuh pria menepuk-nepuk bokong pasangannya saat penetrasi. Katanya sih gaya itu favorit banyak orang, karena dapat penetrasi maksimal dan membuat wanita orgasme lebih cepat. Meskipun kata dokter Boyke penetrasi tidak perlu dalam-dalam. Karena faktanya syaraf sensitif wanita letaknya hanya di sepertiga lubang vagina. Oleh karena itu batang pendekar alias pendek dan kekar (diameter besar) lebih disukai wanita daripada yang panjang.Linda berbisik, “Itu suara hantu?”Jessica dan Beni
Di aula gedung serba guna puluhan orang sedang bersenggama di ranjang-ranjang yang dipisahkan hanya dengan pembatas portabel. Suara erangan memenuhi ruangan itu.Para prianya berusia sekitar 30-50 tahunan. Sementara yang perempuan sebagian Jessica kenali sebagai siswi sekolah SMAN 696. Bahkan banyak yang merupakan anggota laskar rohani.“Hai Dul, kenapa masuk?” sapa seorang wanita cantik ber-blouse merah, rok hitam, dan bersarung tangan putih, mirip baju seragam hotel.“Ngg… buang air,” jawab Jessica pendek. Ia berharap tidak ada pertanyaan lain yang bisa menimbulkan kecurigaan.Untung tak lama kemudian masuk seorang pria necis bersama seorang usher
Selagi menunggu Jessica menjalankan rencana, Beni menggunakan kesempatan itu untuk mendekati Linda. Perlahan pantatnya beranjak sedikit demi sedikit, mengakuisisi teritori baru, hampir bertetangga dengan bokong Linda. Linda merasa tidak nyaman, perasaannya campur aduk, antara dag dig dug dan curiga. Ia menggeser posisi duduknya, tapi Beni terus mepet.“Lin, gue boleh ngomong sesuatu gak?” tanya Beni.“Apa sih?” respon Linda sembari memutar bahunya dan memunggungi Beni.“Gue….Gue su…”“Alah!” Linda langsung memotong. “Jangan katakan apa pun yang tidak lo sungguh-sungguh.”“Gue su…”
“Bukannya kita mau pulang?” tanya Linda agak bingung. “Iya, kita ikutin sebentar saja,” jawab Jessica sekenanya. Melihat hantu bayi itu bikin gatal rasa penasarannya. Serasa ada bentol di punggung yang tak sampai tergaruk tangan. Linda dan Beni saling berpandang-pandangan. Akhirnya mereka memutuskan menunda kepulangan dan mengikuti si Njes yang berjalan memimpin di depan, membuntuti hantu bayi yang bergerak melayang entah hendak kemana. Meski keadaan di sekeliling minim cahaya, Jessica dapat melihat jelas sosok bayi itu. Sebab ia melihatnya dengan mata batin. Bentuknya putih, seperti asap, agak transparan. Raut wajahnya blur. Akan tetapi orang masih dapat mengenali, bahwa ada mata, hidung, dan mulutnya. Sesekali terdengar gema suara memanggil, “Mama…?” Imut seperti bayi-bayi yang baru belajar bicara.
Jessica tumbang. Beni dan Linda terkejut. Mereka refleks segera menopang kedua lengannya.Di saat yang sama Beni menyadari sesuatu, “Lin...mulutmu…”Linda melirik ke bawah. Asap putih. Saking tegangnya ia tak menyadari hawa dingin yang perlahan merayapinya.Sekejap mata kemudian sebuah petir menyambar dada Linda, melemparnya sekitar 4 meter ke belakang hingga terjengkang dan ngesot semeter lagi. Tentu saja Beni panik, tanpa berpegangan tangan dengan Jessica, Linda bisa celaka.“Linda, cepat kemari!” teriak Beni.Linda bangun tergesa, memegang dadanya yang nyeri. Adrenalin terpompa ke darah. Jantungnya berdebar-debar. Nafasnya memendek. Kalau tidak gerak cepat, sedetik ter
Bu Flo dan siswi itu meniti masuk ke dalam kolam, menuju ke tengah. Mereka berdiri berhadap-hadapan.“Mari kita berdoa sesuai dengan kepercayaan kita masing-masing. Semoga Sang Penguasa Jagat berkenan dengan bibit sperma para tamumu yang telah tertanam di rahimmu. Semoga Ia memberikanmu kesuburan bagi rahimmu untuk menerima rahmat anugerah.”Mereka berdua memejamkan mata. Saat itulah kolam mulai beriak dan muncul angin entah dari mana.“Anjrit!” seru Jessica, mengisut“Kenapa?” tanya Beni.“Pegangannya Bu Flo. Tiba-tiba nongol. Auranya serem banget.”“Pegangan apa?”“Peg