Di sebuah kamar mewah yang ditempati oleh sepasang pengantin baru yang sedang berbulan madu. Kini, mereka sedang bercanda ria di atas kasur ukuran king size.
Tok... Tok... Tok,
Siapa? tanya Dissa menghentikan tertawa kerasnya.
'Entahlah, aku tidak tahu. Biarkan saja nanti bisa pergi sendiri. Eh, Sudah sampai dimana cerita tadi," Daniel mulai menceritakan kisah kekonyolan di masa SMA.
"Daniel," panggil Dissa, saat ia mendengarkan ketukan pintu yang semakin lama semakin keras. "Kamu lihat dulu, siapa tahu ada orang penting!" ujar Dissa.
"Baiklah," ucap Daniel dengan memasang wajah kesal, karena di saat sedang berdua selalu saja ada orang yang pengganggu.
Daniel yang bangun dari tempat tidurnya, ia berjalan menuju pintu kamar. Ia langsung membuka pintu kamarnya.
"Mau apa kamu datang kesini?" tanya Daniel pada Zico yang tersenyum di depan pintu kamarnya.
"Tentu saja, ingin bertemu dengan seseorang yang sudah berani meningga
"Apakah benar ini nomornya Daniel?" tanya seseorang di seberang sana. "Maaf, saya istrinya beliau dan ada keperluan apa dengan suami saya," jawab Dissa cetus. "Oh ya, saya Nick, pemilik rumah sakit terbesar di kota Sungailiat. Apa boleh saya berbicara dengan Daniel, sebentar," Ujar Nick. Dissa menoleh ke arah Daniel yang berdiri tidak jauh darinya dan ia memberikan menanyakan kepada Daniel yang dibalas anggukan iya olehnya. "Tentu saja, boleh," ucap Dissa seraya menyerahkan ponselnya ke arah Daniel. Daniel mengambil ponsel yang dari tangan Dissa dan memberikan respon dari penelpon. "Hallo," ucap Daniel. "Maaf mengganggu, apa benar bapak bernama Daniel?" tanya Nick. "Iya bener saya sendiri, ada apa?" tanya Daniel. "Saya Nick, pemilik rumah sakit terbesar di kota Sungailiat ingin mengajukan kerja sama mengenai rencana acara di luar negeri yang diikuti oleh sekumpulan dokter. Disini, saya ingin memberikan informasi
Dissa menatap mobil mewah yang berjalan keluar dari pekarangan Villanya. "Semoga saja, tidak terjadi apa-apa dan kita bisa berkumpul seperti dulu lagi," kata Dissa pada dirinya. Dissa berjalan masuk ke dalam villa, ia berjalan menuju lift dan mempersiapkan semua barangnya untuk pulang ke negaranya. *** Di sebuah bangunan mewah, terlihat seorang pria yang berjalan melintasi setiap lorong yang gelap tetapi masih terlihat dengan cahaya yang remang-remang. Tap... Tap... Tap, Diki berjalan melewati sebuah lorong menuju kamar mayat, "Kau tahu, ketika aku masih kecil,aku tak pernah menyangka hidupku bisa seperti menjadi ini," Diki menghentikan langkah kakinya di hadapan sebuah tempat brankas khusus orang yang meninggal. Ia membuka sebuah kain yang menutupi seorang mayat yang sedang bergerak dan ia langsung menembaknya. Dor! Dor! Dor! "Bahkan, merasakan dicintai oleh orang yang mengasihi ku pun tak pantas aku miliki. Aku benar-
Dor! Dor! Dor! "Bahkan, merasakan dicintai oleh orang yang mengasihi ku pun tak pantas aku miliki. Aku benar-benar terpuruk, hidupku hambar tanpa rasa dan hatiku rapuh tanpa perasaan," kata Diki dengan raut wajah sedihnya di hadapan seorang pria yang berhasil di tembaknya. Di langit malam yang gelap, sebuah helikopter Bergerak cepat mencari keberadaan seseorang. "Criss, apa kamu sudah yakin akan menyelidiki kasus ini?" "Iya, aku sudah siap, karena aku tidak ingin melihat korban selanjutnya yang mati menjadi tumbalnya," Daniel terdiam mendengarkan setiap ucapannya, saat ini, Daniel berada di dalam helikopter ditemani rekan kerjanya bernama Budi, Jesika, Sean selaku pemilik rumah sakit dan beberapa TNI AU dan Panglimanya yang siap siaga membantunya untuk menolong warga pengungsian. "Kau mungkin telah banyak membunuh. Apakah kamu punya saran, bagaimana kita menanganinya?" tanya Daniel yang menatap Criss yang duduk di sebelahnya. "
Di saat Dissa mulai merasa kesepian tanpa adanya kehadiran Daniel. Ia merasa hidupnya hambar dan tak berarti. Drt... Drt... Drt, "Ada apa?" tanya Dissa mengangkat panggilan masuk dari ponselnya. "Kak Dissa, bisakah kau membantuku untuk menjadi model dalam tugas fotografi. Ini termasuk tugas UAS dan wajib dikumpulkan. Aku harap kakak mau membantuku." jelas Intan panjang lebar melalui ponselnya. Dissa berpikir sejenak dan ia berdiri dari tempat duduknya yang berada di sofa kamarnya. "Hm..." jawab Dissa. "Baiklah, sepertinya itu tanda setuju. Aku jemput kakak satu jam lagi dan dandan yang cantik untuk diriku," ucap Intan langsung mematikan panggilan ponselnya. "Okelah, kau jangan anehhhh," ucapan Dissa terhenti dari panggilan ponselnya. "What! Berani sekali dia mematikan panggilan terlebih dahulu. Untung saja, kau adikku kalo bukan sudah ku ajak taekwondo," Dissa menaruh ponselnya dan ia berjalan ke arah ruang ganti untuk memilih
Intan mencari tombol on/off kamera tetapi ia tidak menemukannya. "Kak Andrean, kok gak ada tombol On/Off sih, biasanya posisinya terletak di sebelah kanan," ucap Intan yang masih mencari-cari tombol on/off kamera DSLR. "Coba dicari dengan teliti," ucap Andrean. "Eh, iya kak udah ketemu," sahut Intan seraya menekan tombol on kamera. "Kak, tolong atur kamera ini menjadi 3 teknik foto Fotografi," ucap Intan menyerahkan kamera di hadapan Andrean. "Baiklah," ucap Andrean mulai mengatur ISO, Diafragma, Aperture kamera. "Ini sudah selesai, langsung diambil saja," ujar Andrean memberikan kamera DSLR kepada Intan. "Terima kasih, Kak Dissa kemarilah! Jadilah model dadakan ku," panggil Intan. "Oke," balas Dissa berdiri dari tempat duduknya dan berjalan menuju Intan. "Kak Dissa, silahkan berdiri disana dan bergaya
"Sepertinya aku tidak bisa seperti ini, aku harus memastikannya dengan mata cantikku ini," ucap Dissa yang berjalan mondar-mandir di dalam kamarnya. Dissa mengambil ponselnya dan mulai menelpon seseorang di seberang sana. "Siapkan pesawat pribadi untukku! Bawa 2 bodyguard yang nantinya akan menjagaku disana," perintah Dissa terhadap orang suruhannya. "Baiklah," Dissa menutup panggilan ponselnya, ia berjalan ke ruang ganti untuk memilih baju yang pantas untuk pergi ke LN. *** Setelah membantu rekan kerjanya untuk mengobati anggota TNI AU yang terkena tembakan. Kini mereka telah sampai di sebuah penginapan sederhana tetap nyaman untuk ditempati. Sesampainya di kamar yang akan ditempatinya selama berada di Amerika serikat. Daniel segera melepaskan seluruh pakaian kerjanya. Daniel akan mandi untuk menyegarkan tubuhnya. Setia harus selalu dihati. Itulah prinsip Danie
"Apakah itu vaksin simulasi?" tanya Daniel menatap layar komputer Jesika."Seorang yang terinfeksi dan fitur lainnya saat ini. Aku mencoba menekan virus buatan dan untuk mengetahui penyebab dasar terjadinya infeksi," lanjut Jesika."Aku mencatat bahwa sistem perhitungan kimia berjalan. Apakah dapat menghilangkan sebuah zat besi?" tanya Daniel menatap kedua bola mata Jesika."Tentu saja, teknologi kami telah berkembang beberapa tahun terakhir bahwa membuat sebuah sampel tidak butuh waktu yang lama." jawab Jesika seraya meminum kopi yang digenggamnya."Ngomong-ngomong, kami belum mempunyai posakan mayat yang terinfeksi banyak selama tanggal 28," ucap Daniel."Lalu, siapa yang mendapatkan sampelnya?" tanya Jesika."Para siswa tidak berada di sini hari ini," sahut Daniel."Lalu?" tanya Jesika."Tidak, aku bukan ilmuwan. A
Daniel dan Budi berjalan menuju tempat parkiran mobil. Ketika sampai di depan mobil, Budi membuka remote kunci mobil dan mereka masuk ke dalam mobil. Budi mulai melajukan mobil keluar dari tempat parkiran.Sementara di sisi lain, Dissa sedang berjalan menuju area parkiran mobil yang lokasinya di depan parkiran butik. Dissa sengaja memarkirkan mobil disana karena ia ingin melihat-lihat terlebih dahulu model baju terbaru. Saat ini, ia terus berjalan fokus menatap ke depan.Drt! Drt!Dissa menghentikan langkah kakinya sejenak diikuti oleh para bodyguard dan tangan kanannya yang masih setia mendampinginya ke mana saja. Dissa mengambil ponsel dari tas branded berwarna merah pengeluaran tahun ini. Ia melihat layar ponselnya, ternyata Suamiku memanggil."Wa'alaikumsalam," ucap Dissa mulai melangkahkan kaki menuju area parkiran mobil."Sayang, maafkan aku. Aku tidak bisa pulang dari penginapanku. Tadi, atasanku meneleponku untuk segera berangkat ke daerah
Hari ini merupakan hari yang ditunggu Dissa selama ini, hari senin yang menjadi saksi bahwa Dissa pertama kali masuk kuliah sebagai Mahasiswa Pascasarjana Jurusan Ilmu Komunikasi. Kebetulan, jarak kampus dengan mension Richard memerlukan waktu 20 menit saja. Jadwal perkenalan mahasiswa baru dimulai pukul 07.30 wib pagi. Daniel yang tidak ingin Dissa terlambat, ia berinisiatif mengantarkan Dissa ke kampus ternama di London.Mobil yang dikendarai oleh Daniel telah memasuki area pekarangan kampus, Dissa menatap takjud dengan bangunan mewah nan megah hingga tidak terasa laju mobil berhenti di depan pintu utama kampus.“Sayang, aku antarkan disini. Maafkan aku belum bisa ikut masuk ke dalam,” ucap Daniel sendu.“Tidak apa-apa sayang, aku bahagia kamu mau mengantarkanku di kampus ini. Oh iya, semangat ya kerjanya, jaga mata dan hati karena hanya aku yang berhak memilikimu.” Dissa memandang Daniel dengan tatapan dalam.“Iya istriku tercinta, aku hanya milikmu seorang, kamu
Dissa memejamkan kedua bola matanya sejenak, ia butuh pikiran yang jernih untuk menimalisir semua kenyataan pahit dirinya pernah menjadi korban atas kejahatan Jesika.“Pa, sudahlah permasalahan yang pernah terjadi. Anggap saja semua yang pernah terjadi disebut takdir. Jangan pernah mudah menghakimi orang atas dasar masa lalunya karena semua orang pernah berbuat kesalahan,” ucap Dissa terdengar bijak dan Dedi tidak melanjutkan lagi perkataannya. Dedi serahkan semua yang akan terjadi cukup Dissa dan Daniel yang mengatasinya karena mereka sudah dewasa.“Okelah, kalau begitu Papa tidak ikut campur lagi kecuali Jesika berani melakukan kesalahan lagi maka Papa tidak segan-segan akan memecatkan secara tidak hormat.” sahut Dedi yang tak bisa dibantah.Setelah acara makan malamnya, Dissa dan Daniel memutuskan untuk ke kamar. Dandi memilih ikut Nenek Dila dan Kakek Dedi untuk tidur bersama. Dandi sangat dekat dan manja karena ia selalu diasuh
Setelah melewati masa test pendaftaran dan penerimaan selama 2 minggu. Akhirnya, Dissa diterima beasiswa prestasi akademik dengan nilai tertinggi di kampus ternama London. Sungguh, Dissa benar-benar bahagia atas kecerdasannya dan kegigihannya untuk melanjutkan kuliah Pascasarjana menjadi prioritasnya saat ini.Dissa yang telah sampai di Inggris, bersama Daniel dan anak kesayangannya, Mereka ingin menuju ke mension keluarganya di kota London. Awalnya Dissa menghawatirkan pekerjaan Daniel yang memiliki banyak pasien. Hal itu, membuat Dissa terniang-niang di sepanjang waktu."Bukankah kamu sedang sibuk dengan jadwal operasi pasien?" Dissa bertanya pada Daniel tapi Daniel tampak berpikir keras."Kamu yakin ingin ikut denganku dan mengorbankan pekerjaanmu?" tanya Dissa lagi dan Daniel mengangguk mantap."Iya, aku sangat yakin karena aku sebagai kepala keluarga harus bisa menjaga istri dan anakku. Meskipun, aku rela pindah bekerja ke luar negeri karena ak
Pagi telah menjelang dan ufuk timur telah terbit untuk menyinari dunia. Di dalam ruangan yang luas dan mewah terlihat seorang wanita cantik tengah asyik membaca sebuah koran di tangannya."Beasiswa S2 di London? Wow, terasa menarik bagiku untuk mendapatkan gelar Pascasarjana." batin Dissa.Saat ini, Dissa berada di ruang keluarga dan ia menikmati masa liburan akhir tahun bersama anak dan suaminya di rumah saja."Aku berhak untuk melanjutkan kuliahku karena aku masih muda dan aku pemilik perusahaan Richard. Anakku berhak mendapatkan ibu yang cerdas dan berpendidikan tinggi untuk menjamin masa depannya." Dissa membalikkan lembar koran cetak untuk melihat daftar persyaratan untuk mengikuti beasiswa luar negeri.Daniel yang sedang asyik bermain bernama Dandi di dalam dekapannya. Mereka melihat Dissa dari kejauhan. Dissa terlihat sedang serius membaca koran itu."Pa, aku mau tuyuuun." pinta Dandi dengan suara cade
Dua tahun kemudian Dissa berusaha mengejar Dandi yang berlari kesana-kemari di dalam mension mewah milik dirinya bersama Daniel. "Dandi, jangan berlari terus nanti kamu jatuh," ucap Dissa berusaha berjalan cepat mengejar anak pertamanya. "Ndakk mau, mama kejal dulu Dandi sampe dapat." sahut Dandi kecil dengan menjulurkan lidahnya di hadapan Dissa. Dissa menghela nafasnya sejenak dan ia pasti mengetahui apa yang akan dilakukan Dandi kecil selanjutnya. Dandi kecil terus berlari menuju ke arah anak tangga dengan langkah seribu kakinya tanpa melihat ke arah bawah membuat dirinya terjatuh. Dissa membantu mengangkat tubuh Dandi kecil agar mau berjalan menuju ke arah ruang kesehatan di mensionnya. Setelah diadakannya pesta pernikahan Diki dengan Novi. Mereka memutuskan pindah mension yang telah lama dibeli oleh Daniel. Dissa yang mengandung anak pertamanya dengan Daniel semaki
Hari demi hari yang dijalani Dissa hanyalah duduk diam dan termenung. Di hati kecilnya, ia selalu membayangkan betapa bahagianya ia memiliki baby yang lucu yang terlahir dari rahimnya dan ia akan dipanggil mama dan papa oleh anaknya. Tapi apalah daya, harapannya telah lenyap melayang di udara.Dissa mengusap perut ratanya, ia selalu melakukan itu saat calon anaknya masih ada."Sayang, ayo kita makan," ucap Daniel sambil mengarahkan sendok yang berisi bubur yang akan dimakan oleh Dissa.Dissa diam tak bergeming, ia asyik dengan khayalan di pikirannya. Sementara, Daniel yang berdiri di sebelahnya berusaha memberikan saran dan mengajak ia untuk membuat anak lagi."Dasar lelaki, mau enaknya saja. Kamu kira mudah apa untuk melupakan calon anakku yang telah tiada." kata Dissa dalam hati.Di ruang tamu rumah sakit, Dissa melihat ada perdebatan kecil yang dilakukan oleh mama Dila yang te
Sudah hampir 2 bulan, Dissa masih dalam kondisi yang sama. Daniel menghela nafasnya sejenak, ia menatap Dissa yang duduk termenung di atas ranjang rumah sakit. Saat ini, Daniel berniat menyuapi Dissa dengan makanan bubur dan obat-obatan. Berbagai cara Daniel lakukan untuk membujuk Dissa agar mau makan. Tetapi, Dissa tetaplah Dissa, ia tidak ingin membuka mulutnya sama sekali.Dila dan Dedi merasa sedih melihat anak perempuannya seperti itu. Dila menoleh ke arah Dedi, Dedi yang menatap ke arah Dila yang duduk di sebelahnya. Ia menggeleng-gelengkan kepalanya untuk tidak menganggu Daniel untuk membujuk Dissa.Sementara di area parkiran rumah sakit ternama, mobil Alphard hitam terparkir rapi. Diki yang turun terlebih dahulu dari dalam mobil, ia memanggil Novi agar berjalan menuju ke arahnya."Sayang, cepatlah!" ucap Diki berdiri di depan mobil."Iya, tunggu dulu aku sedang mengambil tasku." Novi turun da
Pernikahan Jesika dengan Nick dilakukan di kediaman mempelai wanita di kota Sungailiat. Berbagai dekor pelaminan mewah mulai dari pelaminan mini bernuansa putih di dalam rumah sebagai akad nikah dan di luar rumah terdapat pelaminan megah dengan konsep outdoor wedding dan tenda tersusun rapi yang bermotif pink putih begitu indah dilihat. Diki dan Novi hadir dalam mengikuti acara janji suci Jesika dan Nick. Budi datang bersama wanita yang baru ia kenali dengan baju cauple berwarna abu berdominasi pink. Hanya Daniel dan Dissa yang tidak hadir mengikuti acara itu. Dissa masih dalam kondisi yang sama dan Daniel tetap menjaga Dissa di rumah sakit.Landscape matahari terbenam dengan langit yang memberikan sunset indah, semakin menyempurnakan pernikahan Jesika dengan Nick.Akad nikah Jesika dan Nick berjalan dengan lancar, Pak Hardan yang merupakan ayah kandung Jesika menikahkan anak semata wayangnya di dengan masyarakat. Ibu Lely tampak menangis ba
Dua minggu kemudian, Daniel seperti biasa menyuapi Dissa dengan makanan yang diberikan oleh rumah sakit. Kondisi Dissa semakin harinya semakin memburuk, ia tampak seperti mayat hidup yang hanya diam dan menatap kosong ke arah depan. Daniel sedih melihat tingkah laku Dissa yang tak pernah berubah untuk menerima kenyataan pahit yang menyakitkan."Sayang, makanlah nanti kamu sakit," ucap Daniel menatap wajah Dissa.Dissa tak bergeming, ia terus diam membisu.Dila dan Dedi yang sedari tadi memakan makanan yang ia pesan, lantas mereka menatap satu sama lain."Daniel, apakah Dissa mau makan?" tanya Dedi menatap ke arah Daniel yang duduk di sebelah Dissa.Daniel mengalihkan pandangannya menuju ke arah Dedi. Daniel menghela nafas panjang dan ia memberikan senyuman paksa. "Tetap belum mau makan, Pa." ucap Daniel.Dedi menoleh ke arah Dila dan Dila menggeleng-gelengkan