Share

Pejuang Cinta Pendobrak Kasta
Pejuang Cinta Pendobrak Kasta
Penulis: El Baarish

1. Rencana Perjodohan

Penulis: El Baarish
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

ADARA 

Bab 1

.

“Menikahlah dengan Sandra, Ray!” ucap Yasmin tiba-tiba sesaat setelah menyudahi makannya.

Hampir saja Rayyan tersedak minuman mendengar ucapan sang mama barusan.

Namun, ia tetap menuntaskan minuman di gelasnya, memberi hak pada kerongkongan dan perutnya setelah diisi dengan makan malam.

Rayyan sejenak menatap Yasmin dengan tatapan serius, lalu perlahan tawanya tumpah sudah. Semakin lama tawanya semakin keras dan jenaka seolah ucapan Yasmin adalah lelucon baginya. Bahkan Fahira, sang adik mencubit lengan Rayyan menyadarkan lelaki itu untuk menghentikan tawanya.

“Pelankan tawanya, Ray!” kata Damar yang duduk di kursi utama.

Rayyan manggut-manggut, perlahan mulutnya terkatup seraya membuat gerakan menarik ujung bibirnya dengan tangan. Pertanda ia akan diam.

“Umurmu sudah mau masuk tiga puluh, apa nggak pengen punya keluarga kecil?” tanya Yasmin.

“Iya, Ma. Pengen lah. Ray masih normal.”

“So?” Yasmin menaikkan sebelah alisnya.

“So what?” Rayyan bertanya balik.

“Menikahlah dengan Sandra,” ulang Yasmin lagi.

“Why Sandra, Ma?” Kembali Rayyan bertanya. Sepertinya ucapan mama kali ini sangat serius.

Namun, jika pun ingin menikah, tentu bukan Sandra orangnya, karena ia tak bisa melihat gadis itu sebagai orang lain, melainkan teman.

“Karena kami sudah sepakat menjodohkan kamu dan Sandra sejak kalian masih kecil.”

Rayyan ingin tertawa lagi. Namun, ia tahan sebaik mungkin. Lelaki itu lebih memilih untuk menjelaskan dan membuat mamanya paham dibandingkan tertawa yang akan melukai hatinya.

Ini bukan zaman Siti Nurbaya, di mana soal cinta dan pernikahan bisa diatur oleh orang lain. Ini zaman modern, di mana hati seseorang adalah miliknya, dan ia berhak untuk menentukan ke mana pelabuhan terakhirnya.

“Ini zaman milenial, Ma. Mana ada jodoh-jodohan kayak zaman mama.”

Yasmin mengangguk. Ia tahu Rayyan mungkin tak bisa menerima, tapi tak ada yang tahu jika belum mencoba. 

“Keluarga lain mungkin tidak bisa, tapi keluarga kita harus. Setiap permintaan adalah perintah untukmu, Ray!”

Rayyan menggeleng lagi. Cinta dan pernikahan bukan bahan percobaan yang bisa dites cocok atau tidak, lalu pergi meninggalkan. Namun, cinta soal kamantapan hati, bukan keraguan di awal. Meskipun nanti saat mengarungi bahtera rumah tangga akan ada kerikil tajam yang menghalangi jalan, itu dalam perjalanan, bukan di awal saat memutuskan. Dan ... menikah adalah keputusan bukan ujian try out.

“We just friend, Ma!” jelas Rayyan agar Yasmin mengerti.

“Pokoknya kamu cuma boleh nikah sama Sandra. Batasi pergaulanmu dengan gadis lain!” bentak Yasmin tak tahan dengan semua bantahan dan sikap keras kepala anak sulungnya.

Yasmin menatap tajam pada Rayyan, mencoba memberi penekanan agar ia menuruti semua keinginannya.

Damar yang duduk di sampingnya, membelai tangan sang istri untuk menenangkan. Sementara Fahira sedikit terkejut dan mulai takut dengan ekspresi sang mama.

Rayyan sejenak menatap mamanya, lalu menarik diri dan bangkit dari meja makan mewah itu. Ia melangkah pelan untuk naik ke tangga menuju kamarnya.

Rayyan tak ingin terjadi perdebatan lebih jauh dengan sang mama. Sebab itu ia lebih suka pergi dari situasi yang sudah tidak memungkinkan.

"She's not my type, Ma!" lirih Rayyan kecewa sambil berjalan pelan ke arah tangga.

“Jika Sandra bukan tipe kamu, lalu gadis seperti apa yang kamu inginkan, seperti Natalie?” teriak Yasmin mengikuti langkah kaki Rayyan.

Mendengar nama Natalie membuat telinga Rayyan terasa panas. Gadis itu merupakan mantannya. Gadis yang pernah menorehkan luka dan kecewa dalam dirinya. Natalie menjalin hubungan dengan Rayyan, terlihat saling mencintai. Namun, nyatanya hanya Rayyan yang terlalu serius, karena Natalie ketahuan memiliki hubungan dengan lelaki lain. Tak sebatas hubungan biasa, tapi lebih intim seperti suami istri.

“Why Sandra, Ma?” Entah sudah berapa kali Rayyan bertanya pada mamanya.

“Karena cuma dia yang bisa bikin taraf hidup kamu lebih baik. Asetnya banyak, tak hanya cantik dan berprofesi dokter, tapi juga mengelola perusahaan peninggalan orangtuanya. Paham?”

Rayyan menggeleng. Bukan ia tak paham. Namun, ia tak habis pikir mengapa mamanya lebih memilih mengumpulkan harta seolah sedang hidup dalam serba kekurangan. Padahal hidupnya bergelimang harta, dan kebahagiaan hati lebih penting dari itu semua.

“Tidak ada yang salah jika menikah karena bisnis, Ray. Mama dan papa dulu juga menikah karena bisnis, tapi aman-aman saja.” Suara Yasmin mulai sedikit melemah.

“Ray udah punya calon, Ma!” jawab Rayyan yang membuat semuanya kaget.

Setelah mengatakan itu, perlahan Rayyan menapaki anak tangga. Meninggalkan mereka yang masih mencerna jawaban Rayyan sesaat lalu.

“Siapa namanya? Dari keluarga mana?” tanya Yasmin dengan suara yang lantang sebelum Rayyan benar-benar tiba di ujung tangga. Kemarahannya kembali terpancing, karena jika Rayyan sudah memiliki pilihan akan lebih sulit untuk melanjutkan rencananya.

Rayyan kembali berhenti dan menoleh ke belakang.

“Dara, Ma. Adara namanya.” Rayyan berucap dengan senyum yang merekah.

Ray terbayang-bayang tawa lepas Dara. Bualannya dengan teman-teman kerja. Bahkan saat Ray menutup mata akan tidur, hanya Dara yang terlihat di matanya yang tertutup.

Hati Rayyan kembali terisi setelah beberapa lama kosong karena Natalie.

“Dia beda, Ma. Ray benar-benar ingin menikahinya.” Jawaban Ray seolah mengcover semua alasan kenapa ia memilih gadis itu. 

“Siapa orangtuanya, anak pimpinan perusahaan mana?” tanya Yasmin sangat penasaran, masih dengan nada tak terima.

Kali ini tak hanya Yasmin, tapi Damar dan Fahira juga ikut penasaran.

“Mama akan tau saat aku membawanya ke sini.”

Yasmin mulai merasakan panas dalam dadanya mendengar setiap ucapan Rayyan. Ia menarik napas panjang mencoba menenangkan diri.

Damar juga ikut memikirkan tentang nama yang disebutkan Rayyan. Belum pernah ia dengar nama gadis itu di kalangan pebisnis. Namun, ia tak ambil pusing karena Rayyan sudah dewasa dan bisa menentukan pilihannya sendiri. Ia lebih memberi kebebasan untuk anak-anaknya memilih.

Sementara Fahira langsung mengekori Rayyan dan masuk ke dalam kamarnya. Namun, langkahnya terpaksa harus berhenti dengan jerit tertahan karena secara cepat Rayyan menutup pintu kamarnya.

“Aww, Mas Ray!” rintih Fahira menahan geram karena Rayyan memang sengaja ingin menjedorkan kepalanya dengan pintu.

“Sana tidur!” kata Rayyan dari dalam kamar.

“Nggak bisa! Kasih tau dulu siapa gadis itu. Minimal kasih liat fotonya.” Fahira merengek sambil terus menekan handel pintu.

“Anak-anak nggak boleh tau!” sahut Rayyan.

“Justru nggak boleh bikin anak-anak penasaran.”

Dengan malas, Rayyan membuka pintu dan langsung disambut wajah nyengir Fahira. Keduanya memang dekat, meskipun mereka berbeda ayah. Rayyan anak Yasmin dan mendiang suaminya, sementara Fahira anak Damar dan Yasmin.

.

Yasmin merasa gundah. Hatinya benar-benar tak tenang, hingga saat akan tidur pun, ia masih memegang ponselnya, mengetikkan nama yang disebutkan Rayyan berulang kali. Yasmin mencoba mencari tahu lewat media, dan hampir saja ia membanting ponselnya karena tak ada informasi yang ia temukan tentang gadis itu.

Biasanya setiap pejabat, CEO dan pemilik perusahaan pasti ada nama dan informasi garis keluarga yang dimuat di internet.

Adara. Yasmin berulang kali menyebut nama itu, dengan rasa penasaran yang semakin memuncak.

Komen (1)
goodnovel comment avatar
mega silvia
semoga ceritanya gk gantung kayak karya kk yg sebelumnya....perjanjian dua akad yg sampe sekarang Lom up up padahal bagus dan sedih banget ceritanya.....
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Pejuang Cinta Pendobrak Kasta   2. Membuang Waktu

    Bab 2ADARA*Matahari senja terlihat semerah saga, masih terasa panasnya meski hari telah hampir magrib. Seorang gadis baru saja turun dari ojek yang mengantarnya ke sebuah cafe.Adara namanya, orang-orang kerap menyapa Dara.Gadis itu menatap bangunan yang lebih banyak didominasi oleh dinding kaca, hampir sama seperti bangunan tempat ia bekerja. Meskipun ia telah terbiasa dengan segala suasana cafe, tapi kali ini rasanya berbeda.Dara menarik napas panjang, ia melihat penampilannya sendiri yang setidaknya masih sedikit rapi meski beberapa jam yang lalu ia berjuang dengan peluh keringat. Saat temannya datang menggantikan shift kerja, Dara langsung pamit dari cafe tempatnya bekerja dan menuju tempat tujuan selanjutnya.“Maaf, siapa ini?” tanya Dara setelah ia memberi salam. Pagi tadi, ia mendapat sebuah panggilan dari nomor tak dikenal di ponselnya.“Saya mamanya Rayyan, bisa bertemu sebentar?”Dara bergeming di tempatnya berdiri. Gadis itu masih berada di dalam kamarnya, baru saja ak

  • Pejuang Cinta Pendobrak Kasta   3. Tawaran Menyakitkan

    Bab 3ADARA*Dara menatap amplop tebal di depannya. Sejenak gadis itu diam, lalu menyunggingkan senyum sinisnya pada wanita itu. Ini bukan untuk pertama kali ia direndahkan seperti itu."Apa ibu selalu menyelesaikan semua hal dengan uang?" tanya Dara penuh penekanan.Wanita paruh baya itu tersenyum, menatapnya tajam. "Saya hanya menyelesaikan apa yang perlu saya selesaikan. Saya hanya melindungi apa yang perlu saya lindungi."Benar seperti dugaan Dara. Saat wanita itu menelepon, ia menebak sesuatu akan terjadi padanya. Sesuatu seperti sekarang ini, direndahkan dengan uang seolah segala hal di dunia ini bisa selesai dengannya. Seolah semua hal di dunia ini hanya senilai uang semata."Jangan pernah bilang kalau kamu itu anak yang terlahir tanpa ayah, Dara! Dengarkan, Om! Tidak ada lelaki yang akan menikahimu jika mereka tau kamu tak punya wali nikah." Paman Dara selalu mengatakan seperti itu. Namun, Dara tak bisa membenarkan perkataan pamannya."Katakan saja sebagai anakku. Biar aku ya

  • Pejuang Cinta Pendobrak Kasta   4. Keluarga adalah Utama

    Bab 4ADARA.Dara sedang menahan isak tangisnya, lalu terdengar sebuah ketukan pintu kamarnya.“Dara … nenek sakit lagi.” Dara mendengar kakeknya memanggil.Gadis itu segera menghapus air matanya, meski tak bisa ia sembunyikan hidung dan matanya yang memerah.Dara membuka pintu, mendapati sang kakek yang berdiri khawatir di depannya. Segera ia menuju ke kamar nenek untuk melihat keadaan wanita tua itu.Di sebuah ruangan sebelum sampai di kamar nenek, Dara melihat ibunya, Liana. Kembali air dari sudut matanya menetes kala melihat ibunya sedang tertawa sediri dengan sebuah buku dan pulpen di depannya. Liana selalu meminta buku dan pulpen untuk menulis apa saja yang ia tulis, lalu tertawa atau menangis setelah itu. Tulisan acak seperti anak yang sedang belajar menulis.Pemandangan itu selalu menyoyak hati Dara. Ia berjanji pada diri sendiri suatu hari akan membawa ibunya berobat dan sembuh. Namun, kenyataan dan mimpinya tak sesuai dengan harapan. Untuk memenuhi kebutuhan harian saja Dar

  • Pejuang Cinta Pendobrak Kasta   5. Dia Tetap Ibuku

    Bab 5ADARA.“Minum dulu, Nek!” Dara mengangsurkan segelas air putih di dekat mulut neneknya.Nenek mengela napas lega, ia merasa sedikit tenaga setelah minum obat. Dara berhasil pulang setelah memberikan beberapa pukulan untuk preman jalanan, setelah itu ia lari tunggang langgang sampai di rumah.Ia tak menceritakan semua itu pada siapa pun, karena itu sama saja menyusahkan orang-orang rumah. Apalagi kondisi nenek memang tak sehat. Kakeknya pun sudah tidak muda lagi untuk terus menerus mendengar beban kabar buruk.“Nenek istirahat ya.” Dara menarik selimut sebatas dada untuk neneknya. Perempuan tua itu mengangguk, lalu mulai memejamkan mata.“Kalau ada apa-apa, panggil Dara ya, Kek.” Gadis berusia dua puluh tahun itu berpesan. Seperti biasa, mengingatkan sang kakek bahwa saat neneknya kambuh ia harus memanggilnya di dalam kamar, bahkan jika gadis itu tak terjaga dari tidurnya.Lelaki senja bernama Suryadi itu mengangguk, dengan sudut mata yang hampir saja mengeluarkan air mata. Ia t

  • Pejuang Cinta Pendobrak Kasta   6. Undangan Bertamu

    Bag 6 . Seperti biasa saat senja menyapa, Dara akan kembali ke rumahnya. Ia akan pulang bersama Ayu karena gadis itu menawarkan akan mengantarkannya ke rumah. Hanya Ayu satu-satunya teman yang paling mengerti keadaan Dara. Gadis itu tak ikut menghakimi hidup Dara seperti yang orang lain lakukan. Saat Dara mengeluh tak ada uang, ia bersedia mengantar jemput agar temannya itu tak harus jalan kaki untuk pulang. Padahal rumah mereka berbeda arah. Bahkan Ayu sering menjadi tempat Dara meminjam uang, tanpa batas kapan harus mengembalikan. Ayu hanya merasa lebih beruntung dari Dara, jadi ia hanya ingin berbaik hati dengan gadis itu untuk rasa syukurnya. Saat Dara keluar dari cafe, ia melihat Rayyan sudah tercekat di depan pintu. Dara menatapnya dengan tatapan bertanya, melihat wajahnya kembali ia mengingat perlakuan ibu Rayyan waktu itu. Merendahkan harga dirinya dengan begitu ke ji. "Aku tunggu di motor, ya," ucap Ayu yang langsung meninggalkan Dara dan Rayyan untuk berbicara berdua. D

  • Pejuang Cinta Pendobrak Kasta   7. Jebakan

    Bag 7.Semua menatap curiga pada Dara karena cincin itu terjatuh dari dalam tasnya. Dara sendiri, wajahnya tampak pias karena ketakutan. Tak mungkin cincin itu ada dengan sendirinya di tas Dara.Yasmin mendekat dan menatap tak suka pada Dara, lalu ia berjongkok untuk mengambil cincin yang terpelanting tak jauh dari kaki Dara."Tolong jelasin kenapa ini ada di kamu?" tanya Yasmin penuh penekanan.Dara diam, ia tak mampu berkata. Wajahnya mendadak pucat disertai degup jantung yang bertalu. Sejenak ia menggeleng menatap Rayyan yang berdiri di sampingnya, tapi lelaki itu malah menatapnya meminta penjelasan."Begini ya kelakuan kamu yang sebenarnya. Datang ke rumah orang dan merasa punya kesempatan untuk mencuri." Yasmin mencerca semakin menjadi-jadi. Sementara yang lain hanya menatap Dara dan menunggu penjelasannya."Perempuan pencuri tak layak menjadi menantu di rumah ini! Ray terlalu berharga untuk bersanding dengan pencuri seperti kamu!" Yasmin melayangkan telunjui tepat di depan mata

  • Pejuang Cinta Pendobrak Kasta   8. Kita Tak Setara

    Bab 8 Setelah pertemuan malam itu, Rayyan tak berani menemui Dara. Ia malu pada gadis itu, juga malu pada diri sendiri karena sempat tersirat prasangka buruk untuk Dara. Gadis cantik itu juga tampak sangat menghindari Rayyan, karena tahu persis posisi mereka jauh berbeda. Jangankan untuk menikah dan hidup bersama, untuk menjalin hubungan pertemanan saja, Dara merasa memiliki sekat yang tak bisa ditembus. Rayyan merupakan seorang dokter spesialis penyakit dalam, anak dari pengusaha terkenal yang keluarganya juga memiliki rumah sakit swasta di Jakarta pusat, tempat Rayyan bekerja. Bagai langit dan bumi jika dibandingkan dengan Dara. "Kusut amat wajahnya, kenapa Ray?" tanya Sandra yang baru saja selesai memeriksa pasien yang baru saja melahirkan. Ia melewati ruang kerja Rayyan dan melihat temannya sedang melamun. Sandra langsung duduk di depan Rayyan, karena melihat wajah yang tampak tertekuk itu. Rayyan meletakkan kembali ponselnya. Wajah itu terlihat kusut karena beberapa kali ia

  • Pejuang Cinta Pendobrak Kasta   9. Kambuh

    Bab 9."Li, balikin ya. Itu punya anak Bu Asih, kasian besok dia sekolah."Seorang lelaki berusia empat puluh tujuh tahun itu membujuk. Sementara Liana yang dibujuk hanya tersenyum mengelus seragam SMA yang kini ada di tangannya. Herman, abang Liana duduk berdekatan dengan adik satu-satunya itu, ia ingin memberi pengertian bahwa seragam itu bukan miliknya. Herman ingin membangunkan kesadaran Liana, bahwa kini sudah berpuluh tahun berlalu, dan ia tak layak lagi mengenakan seragam SMA seperti dulu."Bu Asih, sabar dulu ya. Saya akan coba minta baik-baik." Herman berkata pada pemilik seragam itu.Suryadi dan Halimah ikut membujuk Liana, tapi mereka tak tahu caranya agar perempuan itu mengerti. Biasanya saat Halimah membujuk, wanita itu akan diam dan menurut, karena satu-satunya orang yang bisa ia kenali hanyalah Halimah, ibunya.Liana akan merasa aman jika Halimah berada di sampingnya, dan akan menjerit jika disentuh oleh lelaki termasuk ayah dan abangnya. Trauma yang ia alami telah me

Bab terbaru

  • Pejuang Cinta Pendobrak Kasta   41. Selesai

    Bab 41“Apa kabar, Liana?” tanya Damar sesaat setelah ia duduk bersama mereka.Liana yang ditanya seperti itu malah diam. Perempuan itu diam cukup lama dengan wajah masih menatap cinta masa lalunya. Menatap lelaki itu dalam-dalam seolah sadar bahwa ini adalah kesempatan terakhirnya.Lalu, meneteslah air mata di pipinya. Ia tak berkedip, seolah membiarkan air matanya mengalir begitu saja hingga berkumpul di ujung dagunya yang indah itu.Dara dan Rayyan saling menatap. Entahlah, satu sisi mereka merasa bersalah karena telah mempertemukan dua orang yang saling mencintai tapi tak bisa saling memiliki.Itu menyiksa!Namun, dibiarkan tetap jaga jarak dengan pertanyaan yang belum selesai di masa lalu, itu juga lebih menyiksa.Keduanya hanya berharap bahwa orangtua mereka bisa lebih bijaksana layaknya orang dewasa. Ia berharap mereka bisa move on dengan cintanya.Takdir. Ya, ini tentang takdir yang tak membiarkan mereka bersama.Ditatap seperti itu pun, Damar hanya bisa sekuat tenaga meredam

  • Pejuang Cinta Pendobrak Kasta   40. Selingkuh Hati

    Bab 40Mereka sedang memesan makanan, Liana ikut saja pada Dara terserah mau pesan apa, yang penting bisa dimakan untuk perbaikan gizinya.Lalu, suara Liana mengalihkan pandangan Dara dan Rayyan yang tengah sibuk memilih menu.“Mas Damar …?” lirih Liana sambil menatap lelaki yang berjalan ke arahnya.Damar tersenyum perih melihat cinta masa lalunya yang menatapnya dengan masih penuh cinta seperti waktu dulu. Masih tampak binar itu di matanya.Wajahnya masih sebersih dulu. Matanya, hidungnya. Hanya pipinya terlihat lebih kurus dari yang dulu. Ah, Damar bahkan masih bisa membayangkan indahnya rambut lurus Liana meski saat ini ia sudah memakai jilbab.Dara dan Rayyan juga tersenyum menyambut lelaki itu.“Silakan, duduk, Pa!” kata Rayyan.Selama ini Damar selalu bertanya tentang keadaan Liana pada Ray, karena tak ingin menemuinya secara langsung. Ia tak ingin membuat suasana lebih rumit akan kehadirannya.Namun, hatiny selalu ingin tahu kabarnya.“Gimana keadaan ibunya Dara?” tanyanya wak

  • Pejuang Cinta Pendobrak Kasta   39. Bertemu

    Bab 39.Rayyan dan Dara semakin sering bertemu karena pengobatan Liana. Seperti hari ini, mereka kembali lagi ke rumah sakit untuk membawa Liana berobat jalan.Dokter bilang agar Liana sebaiknya jangan putus obat dulu meskipun sudah terlihat tenang. Karena yang namanya penyakit bisa saja kambuh lagi kapan saja, seperti penyakit fisik lainnya.Antara merasa sedih atau senang karena Dara dan Rayyan sering bertemu. Saling melepas rindu dalam diam, tapi di lain kesempatan mereka juga saling bersiap-siap untuk berpisah.Rayyan seringkali mengirimkan pesan untuk Dara, hanya sekadar menanyakan kabar ibunya. Meskipun sebenarnya bukan hanya itu yang ingin ditanyakan. Namun, keduanya paham dan saling menjaga batasan. Batasan untuk semakin mencintai satu sama lain.Dara bahkan sering menolak saat Rayyan minta mengantar ke rumah sakit. Sadar diri, bahwa semakin hari ia semakin jatuh dalam rasa cinta dan pesona seorang Rayyan. Jatuh cinta lagi pada kebaikan dan ketulusan Ray.Sementara Rayyan, te

  • Pejuang Cinta Pendobrak Kasta   38. Objek Trauma

    Bab 38“Maunya kamu apa, Ray?” tanya Yasmin saat mereka hampir selesai sarapan pagi.Ray menautkan alis sejenak, terlihat bingung.“Maksudnya apa, Ma?” Rayyan balik bertanya.“Kamu apakan Sandra sampai dia nangis?” Rayyan tersenyum miris dan sinis. Yasmin yang melihat itu, merasa putranya sudah sama seperti Dara saja. Yasmin masih selalu terbayang tawa sumbang dan senyum sinis gadis itu.Sangat memuakkan baginya. Gadis miskin yang sombong!“Sandra ngadu ke mama?” tanya Rayyan.“Kebetulan mama ketemu dia lagi nangis,”“Berarti mama udah tau dong jawabannya.”Damar yang saat itu juga sedang berada di meja makan, menatap Rayyan agar tak membuat keributan dengan mamanya pagi-pagi seperti ini.Rayyan paham. Yang ia tak habis pikir adalah kenapa Sandra terkesan malah menjadi-jadi. Ini ulah mama, atau memang Sandra yang terlalu menginginkan pernikahan itu.Padahal terang-terangan Sandra tahu bahwa Ray tak bisa mencintainya.Itu bukan seperti Sandra yang dia kenal.“Aku mulai risih sama dia,

  • Pejuang Cinta Pendobrak Kasta   37. Cinta Lama

    Bab 37“Gimana kabar ibumu, Dara?” tanya Damar saat Dara mengajaknya bertemu di suatu tempat.Mereka duduk di dekat taman yang jauh dari pusat kota, agar tak tertangkap oleh mata-mata Yasmin.“Alhamdulillah, Pak. Jauh lebih baik,” jawab Dara.Damar mengangguk-anggukan kepala, bahagia mendengar kabar Liana. Mendengar namanya saja disebutkan, seolah kembali menggetarkan cinta lamanya.Namun, Damar berusaha untuk tetap pada komitmen yang telah dibangunnya bersama Yasmin. Ia bukan lagi anak muda yang masih mengedepankan ego. Ini tentang harga diri, janji dan tanggung jawab.Dara mengamati raut wajah lelaki paruh baya di depannya. Ia mengerti betapa cinta itu masih menyala dalam binar mata itu. Namun, kembali ke konsep semesta, bahwa adakalanya pertemuan bukan untuk penyatuan, tapi untuk sekadar berkenalan dengan rasa, jatuh cinta, lalu rindu, dan kemudian terpisahkan oleh banyak sebab.Dara jadi sedikit meringis mengingat perasaannya untuk Rayyan. Mungkin akan berakhir seperti itu juga.

  • Pejuang Cinta Pendobrak Kasta   36. New Normal

    Bab 36“Kondisi Liana makin membaik, tapi saya lihat dia masih suka nangis kadang-kadang, mungkin mengingat kejadian yang menimpanya di masa lalu,” kata Dokter saat Dara dan Rayyan menemuinya sore ini.“Kalau memang tidak memungkinkan untuk ditanyai tentang itu, jangan ditanya, jangan diungkit, karena itu bisa menyebabkan mentalnya down lagi.”“Apalagi bertanya tentang pelaku, sebaiknya jangan dulu, tunggu keadaannya benar-benar pilih,” tambah dokter paruh baya itu.Dara mengangguk mengerti. Memang kebenciannya untuk pelaku sangat memuncak sejak dulu. Ia ingin sekali ibunya membuka mulut tentang siapa pelakunya, dan Dara akan memberikan hukuman untuknya.Hanya Liana sebagai korban yang tahu siapa pelakunya, sementara orang lain, orang di desa mereka dulu, tidak ada yang tahu.Herman sudah mencari tahu itu, ia pernah mengumpulkan warga desa dan bertanya satu persatu. Juga mencari tahu dengan cara lain, takut jika warga ada yang berbohong.Namun, sepertinya mereka jujur, karena rata-rat

  • Pejuang Cinta Pendobrak Kasta   35. Sandra

    Bab 35Rayyan kembali pulang ke rumah orangtuanya atas saran sang papa. Ia juga tak mau jika mamanya makin curiga dengan apa yang ia lakukan di luar sana. Ray sadar bahwa selama ini tinggal di rumah sendiri, ia kerap diawasi oleh seseorang. Beruntung papanya sigap lebih jeli dari mama, hingga ia bisa mengelabui.“Pa, aku gak cinta sama Sandra. Ya, hubungan kami memang baik. Dia gadis yang baik, cerdas, dan attitudenya bagus. Kuakui! Tapi itu semua gak bisa memaksa harus cinta, kan, Pa?”Rayyan mengeluh pada papanya saat Yasmin bilang bahwa malam ini ia mengajak Sandra untuk makan malam di rumah. Ray tak tahu apa rencana mamanya itu.Padahal hubungan ia dan mama pun masih tampak dingin, tapi Yasmin malah mengundang Sandra makan malam seolah memang ada rencana lain.“Papa paham, Ray! Sebagai lelaki papa paham,” kata Damar.Rayyan sejenak menarik napas dalam. Cukup berat baginya memberi keyakinan pada mama bahwa ia tak bisa menerima perjodohan dengan Sandra.“Santai, Ray!” kata papanya.

  • Pejuang Cinta Pendobrak Kasta   34. Bertemu Keluarga

    ADARABab 34.Kondisi Liana semakin membaik, meskipun sesekali wanita itu masih tampak murung dan melamun, tapi setidaknya perkembangan mentalnya sudah jauh lebih baik daripada sebelumnya. Lebih tenang.Liana ikut kegiatan olahraga, sebagai salah satu aktivitas terapi untuk pasien gangguan jiwa. Karena dengan olahraga, tubuh mereka tentu akan lebih sehat dan pikiran menjadi lebih baik.Liana juga diarahkan ikut kegiatan membuat kerajinan tangan, yang diarahkan oleh perawat di rumah sakit itu. Terapi ini dimaksudkan agar saat pasien jiwa kembali normal dan hidup sebagai manusia normal, setidaknya meminimalkan sematan mantan pasien gangguan jiwa pada mereka.Artinya jika mereka dulunya memang berbakat, mereka akan dikenal dengan bakatnya, bukan hanya sekadar sematan gangguan jiwanya.Ada banyak yang mengalami penyakit seperti Liana di sana. Berbagai macam penyebabnya, ada yang memang persis seperti kasus Liana, ada juga yang karena perpisahan orangtua, dan ada juga kasus ditinggalkan s

  • Pejuang Cinta Pendobrak Kasta   33. Ingin Mati

    ADARABab 33.Ingatan Liana perlahan mengingat-ingat tentang namanya sendiri. Si al nya hanya kenangan buruk yang bisa ia ingat dari nama Liana. Kepalanya terasa sakit, hingga berkali-kali ia memukul kepala dan menjambak rambutnya.Ia bahkan mengacak-acak barang di kamar saking kacaunya.Liana hamil.Liana gi la.Liana di p e r k o s a.Ingatan-ingatan yang membuat kepalanya terasa begitu berdentam, ingin sekali ia masuk dan mencabut semua pikiran buruk itu, tapi tak bisa ia lakukan. Liana belum bisa mengontrol dan menenangkan diri sendiri.Meskipun sedikit kualahan, tapi perawat dan dokter profesional itu tetap merawat dengan baik. Menenangkan dan memberinya obat-obatan. Bahkan memandikannya sehari sekali agar Liana tetap bersih dan wangi.Entah karena uang yang berperan, atau pada sumpah tugas, atau memang hati mereka yang baik. Liana mendapatkan dokter dan perawat yang sabar.Sore itu perwat kembali membuka pintu kamar Liana, ia tetap menyapa dengan menyebut nama itu, juga menamba

DMCA.com Protection Status