Tetua Ca Ba tersenyum karena kemenangan Lin Jiang, dan ia melirik ke arah muridnya, In Don."In Don, apa kau tahu kalau lawan yang akan kau hadapi merupakan sahabat bocah itu?" kata tetua Ca Ba."Benarkah itu, guru?" tanya In Don."Iya, dan mungkin itu akan jadi satu cara agar kau bertarung dengan bocah itu.""Aku tahu guru, aku akan siksa lawanku, dan memancing amarah bocah itu!" kata In Don."Iya, apapun caranya, kau harus secepatnya bertarung dengan bocah itu. Aku merasa ada sesuatu yang terjadi di lembah racun berduri," kata tetua Ca Ba."Baik, guru! Secepatnya aku akan bertemu dengan dia," jawab In Don.***"Terima kasih, Junior Lin. Kau sudah membalaskan kekalahan yang aku terima," kata nona Mi Li."Sebagai saudara seperguruan, kita memang harus saling membantu," kata Lin Jiang.Lin Jiang masih ingin bicara, namun satu teriakan dari atas arena membuat wajah Lin Jiang berubah. "Mei Lin, akan bertarung dengan In Don!" teriak pengawas arena."Nona Mei Lin!" desis Lin Jiang.Wajah L
Kemenangan Lin Jiang atas muridnya, Hon Jo, tidak memberikan kesedihan pada tetua Fui Wan. Apalagi saat ia dengar kalau Lin Jiang akan bertemu dengan In Don di babak yang berikutnya dan itulah yang sangat ia harapkan. Dia orang lain yang merasa senang karena akan terjadinya pertemuan antara Lin Jiang melawan In Don. Selain dia, sudah jelas tetua Ca Ba juga sangat senang akan hal itu. Karena rencana mereka akan segera terlaksana, harapan untuk membunuh Lin Jiang di turnamen pendekar muda itu. "Bagus, In Don! Kau sudah berhasil memancing dia, artinya sudah tidak ada lagi yang perlu kita tunggu di kota ini!" kata tetua Ca Ba."Iya, guru! Aku akan bunuh dia!" kata In Don."Memang itu tugas yang akan kau terima In Don, hanya itu tugas untukmu!" kata tetua Ca Ba."Iya, guru! Setelah ini, maka kita akan mendapatkan kekuatan yang dijanjikan oleh sosok hitam itu!" "Itu sudah jelas! Aku yakin ia tak akan ingkar janji!""Aku harap seperti itu guru!" kata In Don.***"Mei Lin! Mei Lin, buka
"Apa? Lin Jiang akan berhadapan dengan pemilik kekuatan hitam itu?" kata tetua So Un tak percaya. "Iya, pertarungan mereka akan terjadi di babak delapan besar," jawab tetua Ho."Bodoh, kenapa ia melakukan itu?" "Itu tak bisa dihentikan, So Un! Lagian cepat atau lambat pertarungan itu akan terjadi! Jadi lebih baik dipercepat saja," kata tetua Gui. "Kita tidak bisa biarkan mereka lakukan apa yang mereka inginkan? Aku akan halangi jika ia ingin membunuh muridku, kata tetua Shun!""Aku setuju," kata tetua So Un."Jangan gegabah, kita lihat dulu keadaan. Kita akan datang sebagai penonton, dan jika keadaan memang sudah tak bisa dikendalikan baru kita keluar," kata tetua Ho."Hanya satu hal yang harus kita jaga, jangan sampai kekuatan hitam itu membunuh Lin Jiang. Kekuatan biasa tidak akan membunuh dia di dunia ini, namun beda dengan kekuatan hitam itu!" kata tetua So Un."Iya, karena itulah kita harus memastikan kalau ia tidak akan membunuh Lin Jiang!" kata tetua Gui. "Baiklah, kita akan
Dengan langkah yang cepat, tetua Sha Tan berjalan keluar dari sekte naga emas, dan ia menuju ke arah utara kota Su. Di kepalanya, ada suara yang menyuruhnya untuk terus berjalan, dan itulah yang diikuti oleh tetua Sha Tan.Tak berapa lama, ketua sekte iblis malam itu tiba di luar kota Su, dan di dekat sebatang pohon, ia melihat seseorang dengan pakaian merah berdiri dengan tangan di lipat di dadanya. "Aku sudah menunggumu, tetua Sha Tan!" ucap pemilik tubuh itu dan sambut datangnya tetua Sha Tan."Sungguh tak ku duga, tetua Gui dari selatan, datang untuk menjumpai diriku," kata tetua Sha Tan.Dari ucapan itu, tetua Sha Tan cukup tersanjung karena bertemu langsung dengan salah satu tetua yang terkenal di dunia persilatan.Meskipun tetua Gui jarang terlihat di dunia persilatan, namun nama besar sosok dari selatan itu cukup membuat bulu kuduk seseorang merinding jika bertarung melawan dirinya. "Salam hormat dariku, tetua Gui!" kata tetua Sha Tan.Dia jelas hormati tetua Gui, dia merup
Dua hari menjelang babak delapan besar dimulai, Lin Jiang memilih untuk menuju ke ruang istirahat sekte walet putih, jelas ia ingin melihat kondisi Mei Lin.Saat ia tiba, nona Mei Lin sudah merasa lebih baik, namun ia merasa malu untuk bertemu dengan Lin Jiang."Bagaimana kalau kita jalan-jalan ke kota, nona Mei Lin?" tanya Lin Jiang.Mei Lin menatap ke arah gurunya, tetua An Chi. Dia meminta pendapat dari gurunya itu."Jika kau ingin pergilah, Mei Lin! Kita juga tak akan lama lagi di kota ini. Kita akan pulang ke sekte walet putih," kata tetua An Chi."Baiklah, guru! Aku juga ingin menemui orang tuaku," kata Mei Lin.Seperti yang diketahui, Mei Lin berasal dari kota Su, orang tuanya tinggal di kota itu, dan salah satu keluarga yang memiliki nama di kota itu, Mei Lin merupakan orang yang berasal dari keluarga Lin di kota Su."Mari, nona Mei Lin!" ajak Lin Jiang.Mei Lin angguk kepala, dan mereka berdua berjalan berdampingan untuk keluar dari sekte naga emas.Keduanya seperti sepasang
Hingga saat lewat siang hari, Lin Jiang dan Mei Lin pun tinggalkan rumah besar dimana Mei Lin seharusnya tinggal."Ikuti aku, akan aku tunjukkan salah satu keindahan di kota ini," kata Mei Lin sambil menarik tangan Lin Jiang.Lin Jiang tak menolak, mereka tak ubahnya sedang kencan, hingga Lin Jiang memilih untuk nikmati hari bersama Mei Lin.Mereka berdua berjalan membelah kota Su, dan tiba tepat di tengah kota yang begitu ramai. "Danau di tengah kota?" kata Lin Jiang tak percaya. "Iya, inilah salah satu keunikan dari kota ini. Danau di tengah kota yang tak akan dimiliki kota lain di negeri ini," jawab Mei Lin.Mata Lin Jiang begitu terpana dengan indahnya danau itu, yang mana airnya jernih hingga ikan yang ada di danau yang cukup luas itu terlihat berenang ria.Dua manusia lain jenis itu berjalan di tepian danau, dan itu pun sudah tak ubahnya layaknya pasangan yang sedang pacaran. Dari jauh, orang akan mengira kalau mereka berdua sudah berusia tujuh belasan tahun, padahal karena l
Dua orang yang dijumpai oleh Lin Jiang dan Mei Lin, tak lain adalah tetua Ca Ba dan muridnya, In Don.Mereka bertemu tepat di tengah jalan, dan tatapan In Don hanya fokus pada Lin Jiang, dia tak perduli akan keberadaan Mei Lin yang ada di samping Lin Jiang."Kita bertemu, Lin Jiang!" kata In Don."Iya, kita bertemu," kata kata Lin Jiang.In Don tersenyum sinis pada Lin Jiang, dengan senyuman yang remehkan Lin Jiang."Apa kau tahu, aku datang ke turnamen ini hanya untuk membunuhmu?" kata In Don."Membunuhku? Apa ada masalah antara kita berdua?" "Tidak ada, namun kau harus mati. Jika tidak semua cita-cita diriku dan guruku, akan gagal," jawab In Don."Aku tak tahu apa maksudmu, namun yang jelas kau akan didiskualifikasi jika membunuhku!" kata Lin Jiang."Hahaha, apa kau pikir aku perduli pada turnamen ini? Sudah aku katakan, aku datang hanya untuk membunuh dirimu, jika itu sudah selesai, maka aku pun tak perduli akan hasil turnamen ini," tegas In Don.Lin Jiang menatap masuk ke dalam b
Tanpa menunda waktu, Lin Jiang segera buka mata pikirannya, dan masuk ke dalam pembicaraan lewat pikiran dengan sosok yang kirimkan suara lewat pikirannya."Aku tetua Ho!" "Ada apa tetua?" tanya Lin Jiang."Apa kau yakin ingin bertarung dengan, In Don? Apa kau tahu siapa dia?" tanya tetua Ho. "Aku yakin meskipun aku tak tahu siapa dia?" jawab Lin Jiang."Baiklah, tapi ingat, kau harus hati-hati! Tujuan mereka datang ke turnamen ini hanya untuk membunuhmu, Lin Jiang!""Aku tahu, tapi aku bingung ada masalah apa dia dengan diriku?" tanya Lin Jiang."Tidak ada masalah antara kalian, namun asal kau tahu, dia adalah pemuja bangsa iblis, dan kau adalah pewaris pedang penguasa kegelapan. Itu alasannya," kata tetua Ho. "Jadi dia diutus bangsa iblis untuk hentikan diriku memiliki pusaka pedang penguasa kegelapan?" tanya Lin Jiang."Tepat! Jadi jika kau tak hati-hati melawan dia, maka kau akan mati!" Lin Jiang diam. Dia tak tahu harus berkata apa untuk tanggapi ucapan tetua Ho."Tapi kau ja
Kedua Patriak yang melihat kuda Lin Jiang, memilih untuk mendekati ruangan terbuka dimana anak muda itu berada. "Lin Jiang!" kata Patriak Suhei tak percaya kalau yang berada di dalam ruangan terbuka itu memang adalah Lin Jiang."Patriak!" kata Lin Jiang dan tunjukkan rasa hormatnya pada lelaki itu. "Kenapa kau di sini?" "Aku sedang menunggu kedatanganmu, Patriak!""Kenapa kau tidak langsung masuk ke dalam Sekte?""Hahahaha! Aku bukan orang penting, jadi aku tidak bisa masuk!" jawab Lin Jiang.Wajah Patriak Suhei merah karena kata-kata Lin Jiang, dan itu jelas kata-kata yang cukup menyindir bagi ketua besar Sekte Matahari Emas itu. "Apakah mereka yang melarangmu untuk masuk, Lin Jiang?" tanya Patriak Suhei sambil menunjuk ke arah murid sekte yang berjaga di gerbang masuk. "Mereka hanya melakukan tugasnya, dan bukankah memang seperti itu cara kerja dunia persilatan?" kata Lin Jiang.Patriak Suhei hanya bisa menghal napas, dan pada akhirnya mengajak Lin Jiang untuk masuk ke dalam Se
Patriak Suhei hanya bisa menghela napas yang panjang saat Patriak Wang katakan tujuan dan juga sampaikan alasan dia ke Sekte Matahari Emas itu. "Bagaimana Patriak Suhei? Apakah kau bersedia membantu Sekte Pedang Tunggal?" tanya Patriak Wang."Bagaimana bisa aku menolak keinginan dan permintaanmu itu, Patriak Wang? Yang terjadi di Sekte Pedang Tunggal juga karena diriku! Jika aku tidak egois, mungkin Sekte Pedang Tunggal tidak akan sehancur seperti ini!" kata Patriak Suhei."Jika Patriak Suhei sungguh bersedia membantu, maka aku sungguh sangat berterima kasih!" kata Patriak Wang."Tunggulah beberapa hari di sini! Aku akan memutuskan hal ini, aku akan adakan rapat dengan semua petinggi Sekte ini, dan memastikan kalau akan ada yang akan ke Sekte Pedang Tunggal, termasuk diriku!" kata Patriak Suhei."Baik, aku akan tunggu sampai ada keputusan dari kalian!" kata Patriak Wang."Kalau begitu, ikuti aku! Akan bawa kau menuju kamarmu, dan selama kau berada di sini, murid sekte ini akan melaya
Tiga hari dalam perjalanan, Qiau Yun dan Wan Suhei pun tiba di Sekte Matahari Emas, dan Patriak Wang langsung sambut kepulangan cucunya itu. "Lin Jiang sungguh penuhi janji yang dia katakan padaku!" kata Patriak Suhei."Tidak hanya itu kakek, Lin Jiang juga mengalahkan Ketua Bar Ha!" kata Wan Suhei."Benarkah itu? Sungguh pemuda yang luar biasa!" kata Patriak Suhei."Hhmmm! Seharusnya kita menjalin hubungan yang baik dengan dia, bukannya membuat masalah dengan dia!" kata Tetua Li."Masih ada waktu untuk memperbaiki semua ini, Tetua Li! Aku yakin, kita masih akan bertemu dengan pemuda itu!" kata Patriak Suhei.Saat mereka bicara, salah satu murid datang, dan melaporkan kedatangan seseorang ke Sekte itu, seseorang yang membuat wajah Patriak Suhei tak percaya. "Dia sungguh datang kemari?" kata Patriak Suhei."Iya, Patriak! Dan saat ini dia sudah menunggu di ruangan tunggu!""Aku akan segera temui dia!" kata Patriak Suhei.Patriak dari Sekte Matahari Emas itu buru-buru berjalan, untuk s
Satu hari berlalu, sejak penyerang Mata Iblis ke Sekte Pedang Tunggal, dan itu memang membuat Sekte itu kehilangan banyak anggotanya. Hal itu pastinya juga memberi pengaruh pada Sekte Pedang Tunggal, dan kedudukan mereka di dunia persilatan, pastinya akan jatuh. Mereka yang memiliki posisi tertinggi, dipastikan akan jatuh dan tak lagi memegang posisi di wilayah selatan kekaisaran Tang itu.Hal itu disadari dengan jelas oleh Patriak Wang, namun semuanya telah terjadi, dan dia tak bisa berbuat apa-apa lagi. "Mungkin satu-satunya cara agar Sekte ini bisa tetap bertahan hanya dengan menjalin hubungan baik dengan Sekte Matahari Emas, hanya itu satu-satunya cara!" kata Patriak Wang.Meskipun Patriak Wang sangat marah pada Patriak Suhei, namun ia tak memiliki cara lain, karena jika dia masih tetap bersikap seperti ini, maka Sekte yang dia pimpin itu akan berada di ambang kehancuran."Tidak ada cara lain!" ucap Patriak Wang dengan nada suara yang pelan. ***Sementara itu, Patriak Suhei ya
Pada akhirnya, pertarungan di Sekte Pedang Tunggal benar-benar berakhir, yang mana lebih dari tiga ratus anggota Mata Iblis itu tewas.Tidak hanya anggota mereka, namun ada beberapa Tetua Mata Iblis yang tewas, dan juga ketua dari Mata Iblis cabang selatan itu juga tewas karena dibunuh Lin Jiang.Namun, bukan berarti tidak ada korban dari pihak Sekte Pedang Tunggal, bahkan jumlah korban yang paling banyak berasal dari sekte itu. Hal itu karena, keterlambatan Lin Jiang datang, dan juga karena anggota mata iblis tidak memilih lawan untuk dibunuh. Hampir tiga perempat murid dan anggota Sekte Pedang Tunggal yang tewas, dan yang tersisa dari sekte itu tak kurang dari seratusan murid saja. Kedatangan Qiau Yun dan Wan Suhei tidak banyak membantu, karena memang kemampuan keduanya tidak terlalu kuat, meskipun demikian, kehadiran keduanya bersama Lin Jiang, itu membuat Patriak Wang hargai mereka. "Kalian berasal dari Sekte Matahari Emas, bukan?" kata Patriak Wang."Iya, kami memang berasal
"Harimau Emas!" teriak Lin Jiang.Whusssssssss!!Cahaya kuning emas keluar dari cincin ruang di tangan Lin Jiang, dan cahaya itu merupakan cahaya yang berasal dari pedah harimau emas. Hiatttttt!!Dengan satu ayunan yang cepat, Lin Jiang menebas pedang itu, dan satu serangan balik itu membunuh lima tetua Mata Iblis cabang selatan, dan tewas dengan tubuh yang terpotong jadi dua. Huppppp!!Dan setelah itu, Lin Jiang melompat, dan melesat memburu Ketua Bar Ha yang sudah meninggalkan Sekte Pedang Tunggal, untuk kabur karena sadar akan kemampuan Lin Jiang."Kau tidak akan bisa kemana-mana, ketua Bar Ha!" kata Lin Jiang setelah Lin Jiang memotong jalan Ketua Bar Ha."Tidak mungkin!" kata Ketua Bar Ha.Ketua Mata Iblis cabang selatan itu sudah kerahkan ilmu meringankan tubuh terbaik yang ia miliki, hanya untuk kabur dari Sekte Pedang Tunggal, namun nyatanya Lin Jiang mampu mengejar dirinya. "Bukankah sudah aku katakan, saat aku tunjukkan kemampuan yang aku miliki, maka kau akan mati!" kata
"Tidak! Ini tidak mungkin! Tidak ada pendekar semuda dia yang mencapai tingkatan itu!" kata Ketua Bar Ha tak percaya akan kemampuan Lin Jiang.Ketua Bar Ha bahkan sampai menjambak rambutnya yang karena tak percaya akan kemampuan Lin Jiang."Seperti kataku tadi, saat aku tunjukkan kemampuan yang aku miliki, saat itu pula kau akan mati!" kata Lin Jiang. "Tidak! Ini tidak benar!" kata Ketua Bar.Ketua Mata Iblis cabang selatan itu awalnya menduga kalau semuanya akan mudah. Apa lagi saat Patriak Suhei sudah tidak ada di kota Wutang, maka sudah tidak akan ada yang bisa melawan dirinya, namun nyatanya ada satu pemuda yang memiliki kekuatan seperti monster dan ia tak mungkin memiliki kesempatan untuk menang melawan monster itu. "Tetua Ma! Bantu aku!" teriak Ketua Bar Ha.Tetua Ma yang bertarung dengan beberapa guru Sekte Pedang Tunggal kaget karena teriakan dari ketua Bar Ha.Haaaaaaaaaaa!!Tetua Ma melepaskan tenaga dalamnya, dan setelah itu melesat ke arah Ketua Bar Ha."Siapa yang memb
Ketua Bar Ha memandang sinis pada Lin Jiang, bahkan tatapan ketua cabang selatan Mata Iblis itu jelas merendahkan kemampuan Lin Jiang."Bocah, jangan sia-siakan kekuatan yang kau miliki dengan melawanku, sebaiknya kau bunuh diri saja! Karena jika aku yang membunuhmu, maka kau pasti akan mati dengan cara yang paling menyakitkan!" kata Ketua Bar Ha."Hahaha! Semenyakitkan apa mati di tanganmu?" kata Lin Jiang masih dengan sangat tenang. "Kalau begitu, aku akan tunjukkan padamu!"Hiatttttt!!Ketua Bar Ha maju dengan cepat, dan arahkan satu pukulan kuat, bak sebuah pukulan godam ke kepala Lin Jiang."Aku tahan!" teriak Lin Jiang.Bammmmmmm!!Pukulan keduanya beradu kuat, dan Ketua Bar Ha sungguh kaget karena Lin Jiang mampu bertahan dari serangan dia lepaskan. "Menarik! Sangat menarik! Aku tak menyangka di usia muda kau sudah mencapai pendekar surgawi!" kata Ketua Bar Ha."Benarkah kau tertarik?" kata Lin Jiang.Ketua Bar Ha masih tersenyum karena ia masih yakin kalau Lin Jiang tidak mu
"Ayo cepatlah, keadaan di kota Wirang sepertinya sangat buruk!" kata Lin Jiang pada Wan Suhei yang berjalan di dekatnya. "Aap maksudmu, tuan Lin Jiang?" tanya Wan Suhei."Tidak usah banyak tanya! Percepat langkah kakimu!" kata Lin Jiang.Wan Suhei tidak memiliki pilihan, dan ikuti langkah cepat Lin Jiang untuk secepatnya tiba di kota Wutang.Hingga saat siang hari, barulah mereka tiba di kota Wutang, dan Lin Jiang merasakan firasat yang buruk karna hal itu. Asap terlihat membumbung tinggi dari tengah kota itu, dan itu yang membuat Lin Jiang merasa kalau sudah terjadi pertarungan, dan itu yang tak diinginkan oleh Lin Jiang."Cepatlah!" kata Lin Jiang pada Wan Suhei.Lin Jiang membawa pemuda itu ke rumah makan, dan segera temui Qiau Yun. "Tuan muda Suhei!" kata Qiau Yun sambut kedatangan kedua orang itu. "Tidak ada waktu lagi, kalian tetap di sini! Aku ada urusan!" kata Lin Jiang.Namun, tangan Qiau Yun menangkap pergelangan tangan Lin Jiang, dan itu menahan gerakan anak muda itu.