Terima kasih kakak-kakak sudah mengikuti Om Dewa dan Rosalyn sampai sejauh ini Semoga selalu suka dengan alurnya ya^^ Ditunggu komentar, ulasan dan gems-nya Besok Dewa dan Rosalyn update lagi ya
“Padahal … kamu tidak perlu repot begini,” lirih Rosalyn sambil memindai paras tampan yang kini memangkunya ala bridal. Dikarenakan mesin mobil mati, Dewa dan Rosalyn memutuskan menyusuri jalan untuk mencari penginapan atau rumah warga. Sekitar lima belas menit berada di luar, Dewa langsung menggendong Rosalyn. Pria itu khawatir mantan istri kelelahan. “Siapa yang repot?” sahut Dewa diakhiri kerlingan sebelah mata. Rosalyn membolakan mata lalu mengalihkan pandangan ke sisi lain. Mati-matian ia menahan rasa panas pada pipinya. Mengetahui mantan istri sedang tersipu-sipu, Dewa semakin menggoda wanita itu. Ia sengaja mengecup dan berbisik tepat di daun telinga Rosalyn, “Kamu malu karena digendong? Istriku ini manis banget.” Rosalyn mengedikkan bahu lalu terdiam. Setelah berjalan sekitar dua kilometer, keduanya menemukan penginapan. Mereka memesan kamar, dikarenakan hanya tersisa satu ruang kosong, alhasil saat ini Rosalyn berbagi tempat tidur bersama mantan suami. Wanita itu member
Saat ini Rosalyn sedang duduk di dalam mobil. Wanita itu memijat celah antar alis, karena kepalanya mendadak pusing. Ia merasa ketika berjauhan dari mantan suami pasti mengalami keluhan.“Apa Nona baik-baik saja?” tanya Lily yang duduk di depan tepat di samping sopir.Rosalyn mengangguk. “Ya tentu saja.”Tiba-tiba telepon genggam Lily berdering, netra asisten itu terpana melihat nama yang tertera pada layar. Lily menolehkan kepala dan menatap Rosalyn dalam diam.“Ada apa?” kata Rosalyn merasa telepon itu sangatlah penting.“Nona … ini Tuan Felix Meyer. Sepertinya terjadi sesuatu dengan Nyonya Mathilda,” ucap Lily, ragu-ragu menerima panggilan masuk.Paska Dorian Keller dinyatakan meninggal dunia dan Rosalyn memalsukan kematiannya, Mathilda menikah lagi bersama Felix Meyer. Namun sebagai putri sambung yang baik, wanita itu tidak pernah melupakan ibu sambungnya.Setelah siuman dan sukses, Rosalyn rutin mengirimkan sejumlah uang untuk memenuhi kebutuhan materi Mathilda. Tentu saja baik F
“A-aku sedang perjalanan bisnis. Sebentar lagi juga pulang, tenang saja.” Rosalyn tersenyum manis, memperlihatkan ekspresi anggun tetapi dadanya bergemuruh hebat.“Aku mau ketemu Mama,” rengek Arimbi.Sambil menggendong Arimbi, Dewa menyahut, “Jangan bohong! Apa yang terjadi?”Lagi, Rosalyn melengkungkan bibir ke atas dan menggerakkan tangan dengan polos seolah-olah hanya masalah kecil. Ketika ia hendak menjawab pertanyaan Dewa, Fabian menyembulkan kepala dari balik pintu. Suara pria itu sangatlah nyaring.“Tuan Felix sudah datang, kamu mau bertemu dengannya sekarang?”Detik itu juga Dewa membeliak dan membuka mulut untuk mencerca Rosalyn dengan pertanyaan. Namun wanita itu langsung mengakhiri panggilan video.Sambil memangkas jarak pada Fabian, Rosalyn menekuk bibir. “Kenapa kamu tidak ketuk pintu dulu?”Fabian mengggaruk tengkuk yang tidak gatal. “Ah, Maaf … ak
Selesai makan malam, tanpa belas kasih Vinsensia kembali mengikat Mathilda. Bahkan perempuan itu meninggalkan Mathilda yang sudah kepayahan dan memerlukan bantuan tenaga medis.Dikarenakan musim dingin, rumah sederhana ini tidak memiliki penghangat ruangan selain perapian. Nahas, Vinsensia lupa menyalakan perapian sehingga Mathilda menggigil kedinginan disertai rasa sakit pada perutnya.**Di Mansion Arnold.Kala ini Rosalyn sedang berdiri memandangi salju yang turun cukup lebat. Ia menggosok-gosok telapak tangan seolah merasakan udara dingin di luar sana padahal suhu dalam ruangan cukup hangat.Tiba-tiba saja perutnya menjadi mual, ia pun bingung karena sudah makan malam dengan porsi yang dianjurkan dokter. Rosalyn berlari menuju kamar mandi, semua makanan yang tadi ditelan kembali keluar.Ketika ia sedang muntah hebat, satu tangan lebar menepuk lembut punggungnya lalu tangan lainnya membantu merapikan rambut agar tidak terkena noda.Setelah berkumur, Rosalyn mengangkat pandangan dan
Alih-alih terpancing oleh umpan yang diberikan Vinsensia untuk merasa ketakutan, justru Rosalyn bersikap tenang. Meskipun dalam hati, ia sangatlah panik sebab Arimbi ada di tangan perempuan itu.Rosalyn mengangkat dagu sambil menatap tajam pada Vinsensia. “Nona Meyer, aku tidak takut!”“Jadi kamu tidak menyayangi anak sialan ini?!” teriak Vinsensia.Sesungguhnya Rosalyn ingin merobek mulut perempuan itu, hanya saja saat ini dibutuhkan sikap kehati-hatian dan cerdas. Sebab ada dua nyawa yang harus dijaga; Arimbi serta calon anak ketiga mereka.Rosalyn tidak menjawab pertanyaan Vinsensia. Ia malah melontarkan kalimat lain, “Aku berhasil selamat dari maut. Dan … semua itu membuatku mengerti artinya berjuang melawan rasa takut. Terima kasih ya sudah menjadikan seorang Rosalyn jauh lebih kuat.”Vinsensia terbelalak lalu menggeram, “Sombong banget kamu! Heh Rosalyn, kamu itu tidak lebih dari perempuan miskin yang dipungut oleh Dewa.”“Jadi kamu sedang menceritaka diri sendiri?” sahut Rosalyn
“Bagaimana keadaannya? Apa dia baik-baik saja?” Pertanyaan berintonasi cemas itu terlontar dari mulut Fabian.Dokter menghela napas lalu memanggil Fabian ke ruangan lain. Di sana mereka hanya berdua saja. “Kehamilannya masih sangat muda. Saya sarankan Nyonya Caldwell tidak melakukan aktivitas berat atau stress,” ujar dokter.Fabian mengangguk paham, setidaknya pria itu tahu bakal janin masih bersemayam dalam rahim Rosalyn. Ia pun berjanji akan menjaga bayi itu, meskipun bukan darah dagingnya.Namun, Fabian menegaskan pada dokter, “Dia bukan Nyonya Caldwell lagi. Dewa dan Rosalyn sudah bercerai.”Dokter spesialis ginekologi dan obstetri itu mengernyit, kemudian berujar, "Tolong sampaikan pada suaminya." Tenaga medis itu tidak ambil pusing dan enggan terlibat dalam masalah rumah tangga pasiennya.Setelahnya, Fabian keluar dari ruangan. Pria itu berjalan menuju bangsal presidential. Kala tangan Fabian memegang handle pintu, netra cokelatnya melihat sepasang lelaki dan wanita tengah be
“Kenapa kamu senyum-senyum terus dari tadi?” Rosalyn menoleh ke samping. Ia mengamati ekspresi menawan sang mantan yang semakin memesona di usia matang.Beruntungnya Rosalyn tidak menginap di rumah sakit, dokter mengizinkan ia pulang karena kondisinya telah membaik. Maka dari itu Dewa segera membawa Rosalyn pergi. Sekarang keduanya tengah duduk di dalam mobil.Sambil menjulurkan tangan dan mengusak puncak rambut Rosalyn, Dewa berujar, “Aku janji tidak menyia-nyiakan kesempatan ini. Kita akan mulai lagi dari awal ya?” Alih-alih menyetujui saran pria itu, justru Rosalyn menggelengkan kepala dan menjauhkan tangan Dewa dari rambutnya. Sedangkan Dewa tercengang lalu menepikan mobil. Setelah itu ia duduk menghadap Rosalyn, sorot matanya memusatkan perhatian serta pertanyaan tersirat.“Kenapa?” tanya Dewa lemah lembut.“Aku tidak mau mulai dari awal. Itu artinya mengulang masa lalu yang menyedihhkan lagi,” ketus bibir merah muda.Jawaban Rosalyn membuat Dewa mengulum senyum lalu geleng-gel
Sudah beberapa hari Rosalyn dilarang keluar rumah oleh Dewa. Pria itu mengatur ini dan itu termasuk makanan yang dikonsumsi oleh Rosalyn. Bahkan Dewa meminta izin Fabian dan Feli untuk bermalam di sini, ia juga membawa koper besar berisi pakaian.Hubungan Dewa dan Fabian pun tampak akrab seperti adik kakak, seperti saat ini keduanya berada di dapur.“Kamu tidak memberitahu Rosalyn?” tegur Fabian melihat Dewa mengupas buah-buahan lalu memotongnya dan menata dengan cantik di atas piring.“Mungkin nanti. Awas saja kalau kamu cerita lebih dulu!” ancam Dewa sembari menyodorkan kulit buah.“Heh, aku bukan penggosip!” protes Fabian sambil melebarkan kelopak mata, lantas tangan pria itu lancang meraih buah jeruk yang telah dikupas oleh Dewa. “Minta satu ya.”Setelah itu Fabian berlari meninggalkan Dewa sendirian di dapur bersih.“Fabian Arnold kurang ajar! Seenaknya saja dia mencuri buah untuk Rosalyn!” seru Dewa sebab isi piringnya menjadi berantakan.Tak mau membuat Rosalyn menunggu lebih l