Share

84. Menenangkan Lia.

Author: Nainamira
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

Part 84

"Siapapun, Mbak? Kalau suami mbak Dhea yang nyari bagaimana?"

"Siapapun! Termasuk dia, aku pergi ke kantor dulu, ya?"

Ketika Dhea akan pergi dari butik itu, hujan deras baru mengguyur di sana, untung saja di butik ada payung untuk menaungi menuju mobil yang dibawanya. Sampai di kantor, hujan masih turun dengan deras, Dhea langsung memarkirkan mobilnya di basement. Mencari tempat yang sedikit tersembunyi agar mobilnya tidak terlalu mencolok, sehingga suaminya tidak tahu jika mobil double cabin-nya ada di sini.

Ketika masuk ke lift, di lantai dasar lift terbuka, ternyata Mario dan beberapa orang yang masuk ke dalam lift.

"Hei, Dhea? Selamat pagi!" sapa Mario dengan ramah.

"Eh, Yo? Baru sampai juga?" Sapa Dhea kembali.

"Kamu parkir di basement?" tanya Mario lagi

"Iya."

"Nggak kehujanan?"

"Ya, kehujanan lah. Oh ya, ini aku buat sarapan. Kamu mau nggak?" tanya Dhea.

"Sarapan? Kamu buat sendiri?" Mata Mario membulat, berbinar dengan ceria. Ngimpi apa semalam dibawain sarapan sama p
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • Pasangan Kencan Butaku Ternyata Bos di Tempat Kerja   85. Kegusaran Bram

    85"Tenang ... Sudah, gak apa-apa. Apa kamu terluka?" tanya Bram sambil memeriksa setiap anggota tubuh wanita itu.Ketika aku mendengar ada orang memecahkan kaca jendela, aku langsung bersembunyi di kolong. Orang itu memeriksa rumah, ketika dia masuk ke dalam kamar aku sangat takut, Mas. Untung saja dia tidak memeriksa kolong tempat tidur," ujar Lia masih menangis ketakutan."Ya, sudah. Syukurlah kalau begitu.""Aku gak mau tinggal di sini lagi, Mas. Aku takut.""Ya, sudah. Cepat bereskan barang-barangmu. Untuk sementara kamu tinggal di apartemen milikku dulu, ya?" Lia langsung memasukkan semua pakaiannya ke dalam koper dengan terburu-buru. Setelah selesai, Bram mengambil koper itu memasukkannya ke dalam mobil."Untuk hari ini kamu libur dulu, gak usah kerja, kamu istirahat dulu di apartemen," ujar Bram ketika mereka sudah sampai di mobil."Iya, Mas. Aku gak akan balik lagi ke rumah ini, Mas. Aku takut," ujar Lia."Ya, sudah. Nanti kita cari rumah yang lebih aman untukmu," jawab Bram

  • Pasangan Kencan Butaku Ternyata Bos di Tempat Kerja   86. Kedatangan Arjuna

    86"Sarapan, Pak?" ujar Mario berbasa-basi.Bram menghentikan langkahnya, dia menatap Mario dengan intens."Mario, segera kamu panggilkan OB, minta dia membeli sarapan nasi kuning seperti yang kamu makan," perintah Bram."Em, maaf, Pak. Nasi ini tidak saya beli, ini pemberian dari teman saya, dia sendiri yang memasaknya," jawab Mario dengan sedikit pamer."Kalau begitu suruh OB itu mencari dimanapun, harus nasi kuning!" jawab Bram masih masuk ruangan dengan kesal."Tahu bos suka nasi kuning, bagian pak Iyan akan kuberikan pada bos," gumam Mario sambil bersungut."Apa kau bilang?" Burliyan jelas mendengar keluhan lelaki di dekatnya ini dengan tidak senang."Nggak ada, aku akan segera memanggil OB."*****Bram meminta OB juga menyiapkan kopi buatnya, sebenarnya sangat tidak sehat meminum kopi dalam kondisi perut kosong, tetapi Bram butuh energi untuk memulai harinya. OB yang diminta membeli nasi kuning sampai saat ini juga belum kembali.Kopi buatan OB ini juga tidak seenak buatan Dhea,

  • Pasangan Kencan Butaku Ternyata Bos di Tempat Kerja   87. Kedatangan Arjuna 2

    Part 87 Dhea kembali menatap layar komputernya dengan serius, sepertinya hari ini dia akan mulai gila kerja seperti sebelumnya, ketika dia ada masalah dengan Bram. Sudah berkali-kali Bram menyakitinya, namun dengan lapang dada Dhea memaafkannya, tetapi untuk kali ini rasanya sulit, Dhea tidak akan dengan mudah memaafkannya. Suaminya itu sudah terang-terangan membela wanita itu di hadapannya. Walaupun Bram meminta maaf hingga nangis darah, Dhea bertekad untuk tidak mudah goyah, lelaki itu memang harus diberi pelajaran agar bisa sedikit saja menghargai perasaannya. Tring Sebuah notifikasi pesan masuk ke ponselnya, itu dari Intan, yang mengabarkan dia akan pulang Minggu depan. Dia bilang ayahnya tengah sakit. [Sakit apa Om Muhtar? Kok gak ada yang ngabari aku?] balas Dhea. [Darah tingginya kambuh, dia sempat pingsan tadi. Sekarang dirawat di rumah sakit umum, tadi pagi masuk rumah sakitnya] [Oh, kalau begitu nanti pulang kerja aku langsung ke sana, di rawat di ruang mana?] [Di k

  • Pasangan Kencan Butaku Ternyata Bos di Tempat Kerja   88. Bram terkejut

    Bab 88 "Pak Hendro? Ya, biasalah ini mumpung ada tamu jadi kami berbincang dengan beliau," jawab Gracia tak kalah ketus. "Tamu?" Hendro langsung memindai pria yang tengah dikerubuti gadis-gadis itu. Seorang pria yang sangat tampan ada diantara mereka, siapa lelaki yang berpakaian non formal itu? Memakai kemeja lengan pendek berwarna hitam dan celana cargo berwarna abu-abu. Wajahnya yang tampan itu memiliki mata elang yang sekali melirik ke arah seorang gadis, bisa membuat gadis itu histeris. "Hei, Bung! Anda ke mari mau menemui siapa?" tanya Hendro dengan nada yang tidak ramah sama sekali. "Pak Hendro, Mas Arjuna ini ke sini mau menemui Dhea, dia ini kakaknya Dhea." Nilam yang menjawabnya. "Hei, Bung! Anda pikir ini rumah kediaman gadis ini? Pakai bertamu segala ke sini. Ini kantor, Bung. Tempat bekerja, bukan tempat bersantai. Ada banyak aturan di kantor ini, kalau anda mau menemui gadis ini, pergi sana ke lobi, di sana ada ruang tunggu untuk tamu. Jangan ke ruangan kerja sepe

  • Pasangan Kencan Butaku Ternyata Bos di Tempat Kerja   89. Kemarahan Bram

    Part 89"Arjuna!" panggil seorang lelaki yang kini sudah berdiri di hadapannya.Spontan mata lelaki itu membola, dia sangat terkejut, bukan lantaran seorang lelaki yang kini tengah duduk di sebuah kursi di depan mini bar, tetapi keterkejutannya itu dikarenakan wanita yang duduk di sebelah lelaki itu.Sebenarnya Dhea sudah menyiapkan mental dan jawaban ketika bertemu dengan Bram, secara mereka bekerja dalam lingkup kantor yang sama, kemungkinan akan terjadi pertemuan itu peluangnya sangat besar. Tetapi melihat suaminya berdiri di hadapannya seperti ini, Dhea menjadi sangat panik, semua kata-kata yang sudah dipersiapkan jauh-jauh hari hilang entah kemana. Dalam beberapa detik, suasana begitu hening, setiap orang tidak ada yang berani mengeluarkan suara, tentu apa yang dipikirkan oleh semua orang berbeda-beda, hanya Bram dan Dhea yang tahu apa yang ada dipikiran masing-masing, satu lagi orang yang terkejut melihat wanita yang duduk di sebelah Arjuna, dia adalah Adi, asisten setia Bram

  • Pasangan Kencan Butaku Ternyata Bos di Tempat Kerja   90. Segampang itu kau minta cerai

    Part 90 Bram mencekal tangan Dhea dengan kuat, sebenarnya Dhea merasakan sakit, tetapi dia masih bisa menahannya di depan rekan kerjanya, tetapi ketika sudah mencapai lift, ternyata pegangan tangan Bram justru semakin kencang. "Bang, ini sakit, jangan kuat-kuat megangnya," ujar Dhea sambil meringis kesakitan. Bram yang melihat wajah Dhea dari pantulan cermin sedikit melonggarkan pegangannya tetapi lelaki itu tidak melepasnya. Dhea hanya menunduk, sesekali wanita itu melirik ke arah cermin di depan mereka, sementara Bram terus saja memandangi istrinya dengan intens. Tidak ada yang bersuara di antara mereka, tetapi tentu saja dalam hati mereka sudah saling merutuki satu sama lain, setalah lift mencapai lantai lima, Bram bergegas keluar, tangannya masih menyeret tangan Dhea dengan kuat. Dhea hanya menurut, dia bahkan penasaran bagaimana reaksi sekretaris suaminya yang ganjen itu ketika melihat bos mereka tengah menggandeng perempuan yang ditamparnya kemarin, tetapi sampai Bram sa

  • Pasangan Kencan Butaku Ternyata Bos di Tempat Kerja   91. Sulit menolakmu

    Part 91"Segampang itu kamu mau minta cerai, Dhe? Apa itu hanya alasan kamu saja? Padahal yang sebenarnya kamu mau kembali pada pacarmu itu, Aryan! Pantas saja kamu tidak mau Abang ajak ke Batam dulu, ternyata kamu tidak mau ketahuan kalau ada mantan pacar yang ikut pergi juga. Iya, kan?"Bram bertanya dengan nada sinis, bukan karena dia marah sebenarnya, tetapi karena rasa cemburu yang sudah membakar hatinya sejak tadi, bisa-bisanya dia tidak tahu jika istrinya ini banyak sekali penggemarnya."Kenapa Abang malah memutar balikkan fakta seperti itu? Memang aku dengan Bang Aryan itu memiliki hubungan di masa lalu, tetapi kami sudah selesai, dia bahkan sudah menikah dan memiliki istri yang sangat cantik, begitu juga denganku, aku sudah menikah dengan Abang, kan? Aku pantang mengkhianati seseorang, apalagi suamiku sendiri. Aku memang tidak ingin ikut ke Batam karena Bang Aryan juga ikut, bukan apa-apa, aku hanya ingin menjaga perasaan Abang, tetapi malah Abang yang nggak menjaga perasaank

  • Pasangan Kencan Butaku Ternyata Bos di Tempat Kerja   92. Terserah Abang!

    Part 92"Pak Arjuna, mari kita tunggu di ruang tunggu sebentar, sepertinya yang akan dibahas pak Bram dan Bu Dhea sangat penting," bujuk Adi.Arjuna bisa apa? Dia hanya bisa menuruti perkataan Adi dengan kesal.Dhea yang mendengar ribut-ribut di luar langsung mendorong tubuh suaminya yang tengah memeluknya dengan erat, membuat Bram menatapnya dengan pandangan kecewa. Wanita itu langsung merapikan penampilannya, jilbabnya bahkan sudah tidak terpasang lagi, kancing blouse nya sudah terbuka bagian atasnya."Bang, sudah, ya? Kita lanjutkan saja nanti di rumah, ini masih jam kerja, gak enak dilihat sama karyawan, setidaknya Abang harus memberi contoh sebagai atasan yang profesional," ujar Dhea selagi merapikan pakaiannya.Bram yang tadinya diam saja, hanya mengamati aktivitas Dhea yang sedang rapi-rapi, hanya mengeluh dalam hati, sialan Arjuna! Mengganggu kesenangan orang saja! Buyar sudah gairah yang melingkupi tubuhnya, kini lelaki itu hanya tertunduk lesu dan lemas."Bang, bukankah Ka

Latest chapter

  • Pasangan Kencan Butaku Ternyata Bos di Tempat Kerja   326

    "Pak!" panggilan itu tidak kuat, tetapi juga tidak terdengar lemah. Bram dan Dhea yang tengah bersembunyi saling memandang, walaupun Bram buta, tetapi gerakan wajahnya menoleh ke arah Dhea yang tengah memeluknya, suara itu terasa sangat familiar. "Pak Bram!" Dhea segera berdiri melihat siapa yang datang, di bawah batu, sekitar lima belas orang tengah berdiri, tetapi pria paling depan adalah pria yang sangat dia tunggu-tunggu sejak semalam. "Pak Adi!" pekik Dhea dengan suara yang sangat gembira. Bram yang mendengar Dhea memanggil nama tangan kirinya, bergegas berdiri juga. "Apakah sejak tadi malam anda berada di sana? Ayo, Bu. Segera turun." "Iya. Aku bisa turun sendiri, tetapi suamiku, tolong bantu dia." "Tentu saja." Dhea dengan hati-hati menuruni batu yang tingginya hampir enam meter, permukaan batu yang kadang kasar dan licin, membuatnya sedikit kesulitan, padahal dia sudah melemparkan sepatu hak rendahnya ke bawah terlebih dahulu. Setelah Dhea turun, beberapa

  • Pasangan Kencan Butaku Ternyata Bos di Tempat Kerja   325

    Rasa sakit itu tidak tertahan, Dhea terus memegangi kepalanya dan mengeluh kesakitan. Bram yang kuatir juga meraba kepala istrinya dan mendapati tangan istrinya di sana tengah memegang kepala dengan erat. "Apa kepalamu sakit?" "Iya, sakit banget!" "Sini, berbaring. Tumpukan kepalamu di paha Abang, biar Abang pijat." Dhea segera merebahkan kepalanya di paha Bram yang kakinya sudah berselonjor, tubuh Bram bersandar pada dinding batu yang sebenarnya tidak rata. Lelaki itu langsung meraba kepala dan pelipis istrinya memijat daerah itu dengan tekanan secara perlahan-lahan. "Masih sakit?" "Iya, sakitnya berdenyut-denyut." "Coba pejamkan tubuhmu." Ketika Bram menekan bagian bawah telinga Dhea rasa sakit terasa begitu menyengat dan kuat membuat wanita itu hilang kesadaran. "Dhea?!" panggil Bram. Dhea yang hilang kesadaran itu seperti halnya orang yang tengah tertidur, terdengar juga napasnya begitu teratur. Siapa yang menyangka jika sebenarnya wanita itu pingsan karena ras

  • Pasangan Kencan Butaku Ternyata Bos di Tempat Kerja   324

    "Berhenti kau betina jalang!" "Dasar perempuan sialan! Mau lari ke mana lagi kau, ha?" "Mau kabur? Kamu pikir bisa, ha?" "Arrhg! Lepaskan! Lepaskan!" "Bang, jangan sakiti perempuan itu." "Diaam kamu Rais!" Penggalan dialog-dialog itu terlintas di kepala Dhea membuat kepalanya sangat sakit. Tetapi tekadnya yang kuat membuatnya terus berlari Jangan sampai tertangkap oleh penculik itu. DOR!!! Suara tembakan itu terdengar jelas. "ABANG, JANGAN TINGGALKAN DHEA, BANG!" teriak Dhea berbalik memeluk suaminya dengan tubuh gemetar dan air mata yang menetes deras. "Abang, Abang ...." "Dhea, Abang tidak apa-apa." Bram merasakan betapa istrinya ini sangat ketakutan, wanita ini memeluk tubuhnya erat dan meraba punggungnya dengan gerakan acak dan gemetar. "Abang nggak apa-apa," bisik Bram memenangkan istrinya. "Terdengar suara tembakan, punggung Abang tertembak." "Tidak, punggung Abang tidak tertembak." "Aku melihatnya sendiri orang itu menembak punggung Abang! Abang, Abang

  • Pasangan Kencan Butaku Ternyata Bos di Tempat Kerja   323

    "Akh!" Bram memekik tertahan mana kala kakinya kesandung akar pohon membuatnya terjatuh, Dhea yang memegang tangannya otomatis juga ikut terjatuh. "Bang, Abang nggak apa-apa? ada yang terluka? sakit?" tanya wanita itu dengan kuatir. Ponsel yang dipegang Dhea dipakai sebagai senter terjatuh. wanita itu segera bangkit dan mengambil ponselnya dan mengarahkan senter pada suaminya yang tengah berusaha bangkit. "Nggak apa-apa. Hanya tersandung saja," lelaki itu berjalan meraba-raba. Dhea segera meraih tangan suaminya, lelaki itu hanya bisa mempercayai Dhea pada saat seperti ini. "Pegang tangan Dhea erat-erat, Bang. Dhea akan menjadi mata Abang. Jalan yang Dhea tempuh ini sedikit sulit karena masih semak belukar. Kalau kita melewati jalan setapak, para penjahat itu pasti bisa dengan mudah menyusul kita." "Iya, Dhea tidak perlu mengkuatirkan Abang. Sekarang ayo cepat kita jalan." Walaupun langkah mereka terseok-seok, tetapi mereka berusaha berjalan dengan cepat, untuk berlari tentu s

  • Pasangan Kencan Butaku Ternyata Bos di Tempat Kerja   322

    Dhea dan Bram makan malam di villa itu, Dhea tidak menyangka masakan hari ini dibuat oleh pemuda dua puluhan bernama Soleh ini. Dengan sayang Dhea menyuapi suaminya, hal ini mengingatkan mereka saat Bram pertama datang di kediaman Lia di rumah tepi pantai. Saat itu lelaki ini hanya bisa melamun dan tidak memiliki gairah hidup, akhirnya Kamelia lah yang terus membujuknya makan dan menyuapinya. "Sudah, Abang sudah kenyang," ujar Bram menolak suapan yang sudah berapa kalinya dari tangan Dhea. "Kalau Abang ke Jerman, Dhea tetap di jakarta, ya? menghandle semua bisnis di sini." "Bagimana bisa suami sedang berobat aku malah sibuk mengurusi bisnis." "Ini demi kebaikan kita, Sayang. Kita baru saja memimpin perusahaan, rasanya tidak bertanggung jawab kalau kita tinggalkan." "Bang, bagiku Abang lebih penting dari perusahaan ini. Bagaimana kalau aku resign saja, biar saja perusahaan ini dikelola oleh orang lain. Kita juga tidak kekurangan uang." "Nenek sudah berpesan agar kita yang m

  • Pasangan Kencan Butaku Ternyata Bos di Tempat Kerja   321

    "Adi__" Suara Bram tercekat, lelaki itu menyadari jika seseorang yang datang bukanlah Adi. Adi baru saja datang menyapanya sekitar lima menit yang lalu, karena dia banyak melamun tidak terlalu menanggapi. Lagipula setelah tiga hari ini dia kehilangan penglihatan, pendengaran dan penciumannya jauh lebih sensitif, setiap gerakan dan aroma seseorang akan dikenali dengan mudah. Orang yang berjalan ke arahnya dengan perlahan ini bukan Adi. Dhea yang melihat lelaki itu tampak bingung hanya bisa menahan napas dan perasaannya, tetapi tetap saja air mata lolos ke pipinya, pertahannya juga jebol, Isak tangisnya tidak bisa dia tahan lagi. Mendnegar isakan itu membuat Bram terkejut, mata lelaki itu melebar terbelalak. Otaknya memutar, memindai suara isakan kecil itu, tanpa berpikir lama dia sudah bisa mengenali suara itu. "Dhea ...," panggil lelaki itu lirih. Mendnegar panggilan itu, jebol sudah pertahan Dhea, wanita itu menangis histeris melihat keadaan suaminya seperti ini. Bram y

  • Pasangan Kencan Butaku Ternyata Bos di Tempat Kerja   320

    Jangan takut, Bu Dhea ada lembur malam ini, mungkin akan pulang sedikit malam, karena ada pekerjaan penting yang tidak bisa ditunda. Jadi, mari kita makan dulu, ini juga ada kopi gingseng yang dipesan dari cafe, sangat cocok untuk bapak-bapak yang berkerja sebagai pengawal biar tidak ngantuk," bujuk Anita. Secara diam-diam Anita mengirim pesan kalau para pengawal sudah berada di meja kopi dekat pantai, Dhea bisa bebas menyelinap. Dengan sedikit berlari, Dhea menuju lift, untuk lift belum penuh karena baru setengah jam lagi waktunya pulang kerja.. Sampai parkiran, Dhea menekan kunci mobil untuk menemukan di mana mobil Anita. Dengan cepat Dhea memasuki mobil Anita, dia mengamati pintu keluar dari tempat parkir. Setelah jam empat sore, bnyak orang yang sudah keluar dari kantor sehingga mencari keberadaan Adi sedikit banyaknya ada gangguan. "Ah, itu dia? kenapa dia berjalan dengan terburu-buru?!" seru Dhea bicara sendiri. Dhea segera menghidupkan mesin, melihat Adi memasuki mobil

  • Pasangan Kencan Butaku Ternyata Bos di Tempat Kerja   319

    Anita langsung menjalankan perintah Dhea. Dia sudah bersiap menuju ruang staf dan disambut oleh seseorang yang memperhatikannya. Dia adalah seorang lelaki yang selama dua hari ini selalu mengajaknya bicara dan selalu mencari kesempatan untuk bertemu. "Dek Anita? Kenapa ke sini?" "Eh, Mas Heru. Apa ini lantai ruangan pak Malik, ya? maklum saya baru di sini jadi belum hapal semua ruangan." "Oh, bukan. Ini lantai ruangan direktur utama, lantai ruangan pak Malik ada di lantai tiga. Pak Malik direktur pemasaran, kan?" "Iya. Maaf kalau begitu, saya akan mencari ke lantai tiga." "Ini sudah masuk jam makan siang, kenapa tidak makan siang dulu? bagimana kalau kita ke kantin dulu, makanan di kantin juga enak-enak, kok." "Oh, baik kalau begitu." Memang itu yang dimau Anita. Dia tidak mungkin mengawasi Adi sendirian, dia harus memanfaatkan sumberdaya, apalagi dilihat dari gelagatnya Heru purwanto, staf ahli direktur utama ini tertarik padanya dari pandangan pertama. "Dek Anita ken

  • Pasangan Kencan Butaku Ternyata Bos di Tempat Kerja   318

    Pekerjaan Dhea sangat terbantu dengan keberadaan Anita di sampingnya. Adi yang baru datang dari Palembang juga hanya sesekali menemui Dhea untuk melihat dan membimbing pekerjaannya. Setiap ada kesempatan Dhea langsung melakukan video call dengan Naima. Sepertinya Bram juga meminta Ibrahim untuk mengirim Bik Siti dan Mang Khaidir membantu Naima mengasuh Angga membuat Dhea sedikit lega. Ini sudah hari ketiga suaminya ke luar kota, Bram hanya menghubunginya ketika malam tiba, alasannya karena kesibukan jadi tidak sempat untuk menghubungi. Dhea sebenarnya juga melakukan video call, tetapi Bram selalu menolak, dia bilang sedang bersama rekan kerja dari luar kota sehingga tidak enak jika melakukan panggilan video. Awalnya Dhea percaya saja, hingga di hari ketiga dia tidak sengaja melihat Fikri yang buru-buru keluar dari kantor dan memasuki mobil kijang Innova pada jam kantor, mobil yang tidak pernah dikendarainya sehingga tidak membuat siapapun akan menduga kalau itu adalah Fikri, tanga

DMCA.com Protection Status