"Kurang ajar, Wanita bar-bar! berani-beraninya kau padaku!" Alessa mengacuhkan teriakan Julia yang membentak dirinya. Alessa tetap berjalan dengan cepat untuk keluar dari mansion megah ini. Alessa memasang raut wajah datar karena perasaan murka membumbung di hati. Ketika Alessa berada halaman kediaman mansion. Ia bertemu Robert yang sudah berdiri seolah menantinya. "Mari saya antar untuk menjemput Tuan Muda, Nona," ucap Robert.Ternyata Pria tua itu sudah menyaksikan sekaligus menatap keberanian Alessa untuk menghadapi Julia. Alessa dengan berani menentang Julia padahal dulu Alessa yang terjebak dan tak berdaya. "Beruntung Tuan Sebastian tidak ada, cctv tidak berfungsi dan Anda cukup berani," puji Robert.Alessa menghela napas cukup panjang. "Sebenarnya aku sudah tidak perduli," sahut Alessa sembari berjalan menuruni tangga halaman depan. "Antar aku menjemput Tuan Muda yang manja itu," perintah Alessa."Baik, Nona," sahut Robert. Alessa pun pergi menuju Hotel Andrea bersama dengan
"Selagi ini hari minggu, apa kamu mau jalan-jalan pagi?" tawar Jovian.Pria itu bangkit berdiri dari ranjang kasur kemudian meraih handuk. Ini hari minggu biasanya Jovian menyibukkan diri dengan pekerjaannya. Jovian jarang menikmati hari pekan karena memang ia jenuh dengan kehidupan di mansion. "Kenapa kamu diam? jika tidak mau juga tidak apa-apa," ucap Jovian.Alessa langsung menggeleng. "Bukan tidak mau sih tapi setiap akhir pekan biasanya aku hanya di rumah untuk memasak ataupun bersantai," sahut Alessa."Kalau begitu kita bisa berbelanja." Jovian berucap sembari memasuki kamar mandi. Beralih pada Alessa yang memerah sembari duduk dipinggiran ranjang kasur. "Apa maksudnya coba tiba-tiba begitu," gumam Alessa. "Argh dasar Jovian!" jerit Alessa yang salah tingkah."Ya, aku di sini, kenapa Alessa?" tahu-tahu sosok Jovian sudah berdiri di dekat Alessa dengan kaos hitam oblongnya dan celana hitam training. Rambut Jovian yang biasanya ditata ke belakang jadi berponi karena basah oleh ai
"Tapi aku mau kau ikut mendampingiku Alessa, kau istriku lebih baik kita pergi bersama," ucap Jovian.Alessa tersenyum kecil. Ketika Jovian mengajaknya pergi menemani perjalanan bisnis itu artinya Alessa tak akan bertemu Julia jadi Alessa lebih mudah menjerat Jovian. "Baiklah, aku setuju," sahut Alessa.Jovian mengangguk. "Habis ini mau pergi ke mana?" tanya Jovian.Alessa bukannya langsung menjawab karena pikirannya masih terujuk pada hubungan Jovian dan Georgina. Memang benar jika kali ini dia berhasil menyelamatkan Jovian dari jebakan Georgina namun unggahan foto lama Georgina dan Jovian tampak begitu mesra. Alessa menatap Jovian. Ia berpikir selama ini Jovian juga memperlakukannya sepergi wanita-wanita lain salah satunya mengajak ke restoran mahal ini. "Kak kamu suka wanita yang bagaimana?" tanya Alessa. Jovian terdiam mendengar penuturan Alessa karena setahunya Alessa cuek dengan urusan pribadinya. "Tidak ada kriteria khusus," jawab Jovian. Alessa mengangguk. Sarapan jadi ajang
Alessa mengikuti Jovian kembali ke mansion usai mendapat kabar dari Kenzo jika ayahnya kembali dari perjalanan bisnis. Berhari-hari mereka menghabiskan waktu di apartemen sepulang bekerja, kebiasaan rutin Alessa kini melekat dengan Jovian begitu juga sebaliknya dengan Jovian. "Kenapa kita kembali ke mansion memakai pakaian formal?" tanya Alessa pada Jovian. Jovian masih berdiri diambang pintu apartemen karena dia tengah mengambil gaun pesanan untuk Alessa dari Kenzo. "Ini acara makan malam keluarga, penyambutan kembalinya Ayah sekaligus Ayah hendak menyampaikan keputusannya untukku," jawab Jovian. Alessa termangun. Artinya ia harus bertemu dengan keluarga besar Heide. "Apa semua sanak keluargamu datang?" tanya Alessa cemas. Pria itu mengangguk. "Tenanglah, Ayah cuman punya Adik laki-laki yang jadi satu-satunya keluarga Heide yang masih hidup kemudian ibu," jawab Jovian. "Aku ingin kamu berkesan sebagai pendampingku, Alessa." Jovian berucap sembari menyerahkan kotak oren berisi gau
"Maaf ... aku terlambat datang," ucap Georgina. Julia langsung bangkit dari kursi demi mendatangi Georgina kemudian berpelukan. "Cantik banget, Gina, cantiknya Gina tidak pernah gagal deh." Julia tak lupa melakukan cipika-cipiki pada Gadis favoritnya itu. Julia padahal tahu jika Jovian memilih Alessa tapi Julia tidak sudi menganggap Alessa. "Hi Jo, apa kabarmu?" sapa Georgina kemudian duduk tepat disebelah kiri Jovian. Georgina seolah tak melihat keberadaan Alessa yang duduk di sisi kanan Jovian. Lebih tepatnya sengaja tidak perduli. "Paman Simon, apa kabar? wah, Adriel sudah besar sekarang," ucap Georgina kemudian Gadis itu menyapa seluruh anggota Heide seolah-olah dialah yang paling akrab dengan keluarga Heide.Alessa pun membungkam. Ia belum sempat mengenalkan diri bahkan keluarga Heide melanjutkan makan malamnya tanpa memerdulikan keberadaan Alessa tapi tak lama. Alessa merasakan tangannya yang digenggam oleh Jovian. Alessa melirik ke bawah tepat dibawah meja makan. Tangan Jovia
"Kak Jo ternyata diam-diam bawel juga," ketus Alessa. Alessa selalu memicingkan kedua matanya. Alessa tidak tahu jika Jovian juga membicarakannya pada keluarganya. Jovian menatap Alessa. Pria itu tak bergeming. Bertemu dengan Simon beberapa hari lalu karena Jovian yang menjemput keluarga pamannya ini dari Bandara. Jovian hanya bercerita sedikit mengenai Alessa kemudian Jovian juga yang menanyakan Cheese Cake terenak pada bibinya semata-mata hanya untuk Alessa. "Apakah itu masalah?" Jovian bertanya dengan nada suara beratnya. "Kami menantikan kunjungan kalian," ucap Simon. Dia bersama keluarga kecilnya pun memasuki sebuah mobil kemudian melesat meninggalkan kediaman Heide yang sempat huru-hara ini. Alessa menghela napas lega. Setidaknya hari ini dia berhasil membantu Jovian mendapatkan keinginannya. Alessa melirik Jovian yang saat itu tengah melonggarkan dasinya. "Kurasa pencapaian hari ini berhasil," gumam Alessa. "Ayo, masuk ke mobil," ajak Jovian. Pria itu berjalan lebih dulu ke
"Alessa, kita pulang sekarang." Alessa bergidik usai mendengar suara berat yang terdengar dingin dari Jovian yang ada dibelakangnya. Alessa tersenyum hambar pada Eidar dan juga Mina. Alessa tidak terkejut jika tiba-tiba saja Jovian datang karena Rumah Sakit ini miliknya. "Kak Jo, bukannya menjemputku nanti saat jam pulang?" Alessa bertanya sembari memutar tubuhnya. Jovian diam dengan keadaan marah. Tatapan tajam Jovian ketika marah itu menyeramkan. Ia memang diam tapi menguarkan aura memangsa. "Eidar ... sedari kemarin aku selalu ingin berbincang denganmu," ucap Jovian."Oh, iyakah? harus sekali sekarang?" kekeh Eidar. Pria itu sebenarnya tahu jika Jovian marah karena ia mendekati Alessa. Eidar tersenyum miring pada Jovian.Ada dua Pria tampan yang memperebutkan Alessa. Alessa sejak awal menganggap Eidar sebagai sosok kakaknya kemudian Jovian hanya sekedar mangsa balas dendamnya, masalah yang Alessa alami adalah dia tak bisa berterus terang pada Jovian. Rencanya akan gagal dan Jovia
"Berhenti memotret istriku!" bentak Jovian. Pria itu sudah berdiri dengan tampang garangnya. "Alessa, kemari," perintah Jovian.Alessa menanggahkan kepalanya. Wajah Alessa sudah berantakan oleh tangisan. Wajah cantik yang sembab itu semakin terisak kala menatap tatapan tajam Jovian tapi sorot kedua mata biru itu terdapat kelembutan. Alessa beranjak berdiri kemudian berlari menghampiri Jovian dan memeluk Pria bertubuh besar nan tegap itu. "Kau aman bersamaku." Jovian berucap sembari membalas pelukan dari Alessa. Kini giliran Pria itu menatap para wartawan dan Georgina yang kompak terdiam. "Kupastikan kalian semua tidak akan memiliki mata pencaharian," ancam Jovian tak main-main. "Jo, dengarkan aku, memang benar bukan jika Alessa merebutmu dariku? dia merayumu," sergah Georgina masih tak terima."Tutup mulutmu!" bentak Jovian, suaranya menggelegar ke seluruh cafe sampai membuat semua orang terperangah. Georgina langsung menatap Jovian tak percaya. Selama ini Jovian selalu diam dan bu