Home / Fiksi Remaja / Paralaks Semesta / Cermin Penghubung

Share

Paralaks Semesta
Paralaks Semesta
Author: darkblue01

Cermin Penghubung

Pernahkah kalian berfikir bahwasanya dunia parallel itu benar adanya? Dunia yang sama persis dengan dunia kita. Penduduk yang sama dan cerita kehidupannya sama pula. Aku percaya bahwa bumi bisa berjumlah sebanyak bintang bintang yang terhampar di angkasa raya. Dunia itu benar benar ada dan berinteraksi dengan kita.

Tertawalah jika kalian menganggap ini lelucon dan simaklah, bacalah sampai akhir jika kalian percaya dengan omong kosong ini. Apakah kalian pernah membayangkan seperti apa diri kalian di masa sebelumnya? Atau mungkin masa yang akan datang?

Seperti misalnya, kebanyakan dari kita melihat wujud dinosaurus melalui tulang belulang yang ditemukan dan disatukan kembali menjadi sebuah kerangka makhluk zaman purba. Atau kita biasa melihatnya melalui sebuah proyeksi, gambar di atas kertas dan visual di layar gadget. Kita tidak pernah tau seperti apa wujud aslinya. Apakah benar benar seperti yang kita lihat selama ini atau tidak.

Aku mulai menemukan gagasan seperti ini ketika umurku mencapai 5 tahun dimana hari hariku ditemani oleh dinosaurus warna warni yang bernyanyi di televisi. Saat itu aku menganggap bahwa dinosaurus adalah makhluk paling menyenangkan di dunia. Hingga tiba ketika aku berusia 12 tahun dimana aku mengenal film berjudul Jurassic Park. Semua gambaran tentang dinosaurus gemuk dan ramah runtuh ketika tyrex menunjukkan selusin taringnya.

Inilah yang ku maksud dengan dunia lain. Jika di dunia ini aku hidup berkecukupan, kemungkinan di dunia lain aku adalah seorang gelandangan. Jika di dunia ini aku adalah manusia, bisa saja di dunia lainnya aku adalah flora atau fauna.

Semua terlalu memusingkan untuk dimuat di dalam otak remaja 17 tahun.

Pertama tama perkenalkanlah diriku, Demitria Scarletta. Orang orang memanggilku Demitria atau Detra atau Demitri (seperti nama laki laki). Yang lebih kurang ajar lagi anak anak yang tidak menyukaiku memanggilku Demit.

Aku memiliki Kakak super jahil bernama Laurent. Aku dan Laurent tidak pernah bisa disebut saudara. Laurent kerap sekali membuatku menangis di masa kecil. Aku ingat betul dia menukar permen kapas milikku dengan kapuk dari pohon randu yang ada di belakang rumah Nenek.

Di saat kami sudah remaja, kenakalannya bertambah berkali kali lipat. Apalagi saat Laurent mendengar kabar bahwa aku punya pacar.Cinta pertamaku jatuh kepada laki laki berambut hitam legam,berparas manis dan merupakan kapten basket sekolah kami. Orang orang biasanya memanggilnya Ken padahal namanya Christopher Arnold. Setidaknya mereka bisa memanggilnya Kris lebih masuk akal. Ken bertahan denganku hanya 5 hari. Dia memutuskan pergi karena Laurent terus menerornya dan mengancam akan menghajar laki laki itu jika tidak segera meninggalkanku. Sejak saat itu banyak anak laki laki yang menaruh hati kepadaku keder duluan mendengar nama Laurent. Dari peristiwa itu aku sempat tidak bertegur sapa dengan Laurent hampir sebulan lamanya.

Setelah itu aku bertemu laki laki baru. Dia Ansel, masih berpacaran denganku hingga saat ini. Laurent tidak pernah mau macam macam dengan Ansel karena Ansel adalah sahabatnya. Tapi tak jarang Laurent menanyakan kapan rencana kami putus. Intinya Laurent tidak pernah membiarkanku bahagia.

»_«

Kisah ini berawal dari 1 Desember. Siang itu sedang deras derasnya badai menghantam atap sekolah kami. Aku melipat lipat kakiku menahan hasrat ingin buang air kecil di jam terakhir. Bel berbunyi membuatku bersemangat menyambar tas dan melesat pergi dari kelas yang belum bubar. Koridor mulai ramai membuatku mati matian menahan sambil berdesak desakan. Satu keuntungan menjadi adiknya Lau, mereka langsung menyingkir begitu aku melintas. Sesampainya di kamar mandi, tak cukup baik keadaannya. Semua toilet terpakai. Aku merutuki diri sendiri karena telah berada di kelas yang jaraknya cukup jauh dari toilet. Dan aku masih memiliki cukup akal sehat untuk tidak memaksa masuk ke toilet laki laki yang pasti aku berakhir di hajar oleh Laurent. Aku benar benar panik tidak menemukan satu tempat pun yang bisa ku pinjam toiletnya. Tidak pilihan lain, aku harus menuntaskan rasa yang menyakitkan ini. Aku menendang pintu toilet laki laki yang waktu itu berisi 3 orang cowok tengah merokok. Mereka langsung menatapku horor.

"Aku adiknya Royce Laurent, keluarlah kalian semua! Aku akan memakai semua toilet disini"

Mendengar nama Laurent disebut, mereka langsung melempar puntung rokok ke dalam toilet dan melenyapkannya. Setelah mereka raib balik pintu, aku segera membuka salah satu bilik terdekat dan segera melaksanakan kewajibanku. Aku keluar dengan perasaan seringan permen kapas. Karena benar benar tak ada orang sama sekali, ku putuskan mendandani diri di depan cermin seukuran figura tempat foto presiden yang biasanya di pajang di depan kelas. Aku tersenyum, mengoleskan lipstik, menyemprotkan parfum dan bersisir. Sempurna.

Aku menatap lekat cermin tersebut. Aku sedang bersisir tapi kenapa tapi kenapa pantulan diriku tetap diam sambil menatapku. Dia tersenyum. Otak lemotku baru bekerja, seharusnya aku lari terbirit birit atau pingsan melihat hal janggal se terang ini. Tapi rasa penasaran sekaligus takjub ku lebih besar. Aku melambaikan tanganku, dia melambaikan tangannya.

"Siapa kau?" Tanyaku.

Diriku yang berada di cermin hanya diam, tersenyum, melambaikan tangannya. Ini keren, ini hebat, ini menakutkan tetapi jauh lebih keren. Katakan aku gila, setelah mengenyahkan segala ketakutan, akhirnya aku memutuskan untuk menyukainya.

Dan aku mencurinya.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status