Share

Bab 7 : Mimpi yang Aneh

Penulis: Egga N. Cahyo
last update Terakhir Diperbarui: 2023-07-07 16:33:43

Jam dinding menunjukkan pukul 1.13 dini hari, udara terasa semakin dingin menusuk tulang. Tetapi beda halnya dengan Dilla yang sedang berkeringat dan terlihat tidurnya sedikit terganggu, serta beberapa kali ia terdengar mengigau tak jelas, seperti sedang bermimpi buruk.

Dalam mimpi Dilla,

"Wahai manusia, kau telah ditakdirkan untuk memiliki anak yang istimewa, kau telah diberkati oleh langit, kelak anak yang akan lahir dari rahimmu, akan membawa perubahan besar di alam jin dan alam manusia!"

Lalu, dari kegelapan yang pekat, muncul cahaya keemasan melayang mendekati Dilla yang sedang terduduk ketakutan, cahaya itu berasal dari sebuah kitab yang berpendar, lalu dengan secepat kilat, kitab itu terbang melesat masuk menembus perut Dilla yang tengah hamil tua.

"Arghhhh!" tiba-tiba Dilla bangkit dari tidurnya dan berteriak. Teriakan Dilla menggema di penjuru kamar, sampai membuat Arya terkejut dan bangun.

"Dilla! Sayang! Kamu kenapa? Mimpi buruk?" Arya yang seketika bangun, langsung memegang pundak Dilla.

"Hhhah, i-iya sayang, aku mimpi aneh sekaligus menyeramkan," sahutnya seraya menyandarkan kepalanya di dada suaminya itu.

Sambil membelai kepala Dilla, Arya bertanya, "Mimpi apa emangnya kamu?"

"Aku mimpi bertemu dengan seekor naga raksasa berwarna emas, dia berkata kepadaku, kelak aku akan mempunyai anak yang spesial," sahutnya dengan suara sedikit bergetar.

"Kalau gitu sih diaminin aja ya kan, siapa orang tua yang gak mau punya anak spesial ya kan?" celetuk Arya menganggap enteng perkataan Dilla.

Plakkkkkkk

Arya menjingkat terkejut, "Aduh! sakit yaaaang!" teriak Arya seraya menggosok bahunya yang baru saja terkena pukulan maut dari sang istri.

"Orang lagi serius malah dibecandain!" gerutu Dilla sembari melipat tangan di depan dadanya karena kesal.

"Heeheh iya maap-maap sayang, udah ahh jangan ngambek dong," rayu Arya sambil mengelus kepala Dilla.

"Aku belom selesai cerita tauuuu!"

"Iya iya aku dengerin,"

"Hmm, yang anehnya lagi, setelah naga emas itu berpesan kepadaku, tiba-tiba ada sebuah buku atau kitab gitu agak lupa aku, masuk ke dalam perutku! Aku kaget terus aku teriak, sampe kebangun kayak tadi," ucap Dilla dengan raut wajah serius.

"Hmm, aku gak paham arti-arti mimpi kayak gitu, namanya aja bunga tidur ya kan, anggep yang baik, buang yang buruk, gitu aja sih," sahut Arya sembari mengangkat kedua bahunya.

"Yah semoga aja emang pertanda baik," sahutnya lirih.

Siyuutttt clapppp!

Tiba-tiba dari udara kosong muncullah sesosok wanita cantik berkebaya biru muda dan bermahkota emas, menyapa Dilla dan Arya yang tengah bercengkrama.

"Arya, Dilla," sosok itu menyapa dengan suara lembut.

"Mbak Prameswari?" ucap Arya sedikit terkejut.

"Kakak ipar?" Dilla juga menyahut heran, kenapa kakaknya Arya tiba-tiba muncul sekarang.

"Maaf menganggu kalian, beberapa saat yang lalu aku merasakan sebuah energi dahsyat yang bersumber dari sini, apa kau menggunakan cincinmu lagi dek?" ucap Prameswari seraya memandang tajam ke arah Arya.

"Hmm nggak tuh mbak, ini masih anteng aja di tanganku," sahutnya seraya menunjukkan sebuah cincin bermata biru safir dengan motif aksara kuno kepada Prameswari.

"Hmm, apa mungkin maksud kak Prameswari itu ada hubungannya dengan mimpiku barusan?" ujar Dilla seakan penuh tanya.

"Hmm, mulai ketularan nih," celetuk Arya.

"Mimpi apa Dilla?" tanya Prameswari sembari duduk di samping Dilla.

Dilla pun menceritakan tentang mimpinya kepada Prameswari, dan nampak sorot matanya berubah menjadi serius seraya memandang tajam ke arah perut Dilla yang membuncit itu.

"Sebentar aku periksa dulu Dilla, tolong kamu rebahkan badanmu," perintah Prameswari kepada Dilla lalu memegang perutnya seraya memejamkan mata untuk menerawang.

Tiba-tiba Prameswari membuka mata dengan sangat lebar seakan bola matanya akan melompat keluar karena terkejut,

"Astaga!"

*******

Bab terkait

  • Parade 1000 Jin : Kitab Sidhimantra   Bab 8 : Tanda Kelahiran Anak Terpilih

    Di penghujung malam yang sudah merangkak mendekati pagi, udara dingin semakin menusuk tulang. Kesunyian semakin merebak tak pandang tempat. Bulan pun enggan mengintip dari balik awan mendung yang bergulung. Kala itu, terdengar suara jangkrik dan kodok yang saling bersahutan, mengumandangkan irama indah seperti sebuah nyanyian, nyanyian pengantar tidur makhluk yang bernyawa. Tetapi lagu pengantar tidur itu tak berlaku bagi mereka bertiga yang masih terjaga, Ketika Prameswari menyentuh perut Dilla, ia pun terkejut, "Astaga!" "Kenapa, Kak?" sahut Dilla juga ikut terkejut. Arya yang sedang duduk di sebelah Dilla juga ikut penasaran. "Hmm, pantas saja aku merasakan ada energi yang sangat besar muncul beberapa saat yang lalu, ternyata ini penyebabnya," ucap Prameswari sembari menganggukkan kepalanya seperti memahami sesuatu. "Emang kenapa perut Dilla, Mbak? Apa terjadi sesuatu dengan calon bayi kita? Apa ada hubungannya dengan mimpinya tadi?" Arya memberondong Prameswari dengan beber

    Terakhir Diperbarui : 2023-07-07
  • Parade 1000 Jin : Kitab Sidhimantra   Bab 9 : Detik-Detik Kelahiran sang Pengemban Pusaka Kuno

    Nyai Pitaloka seketika membelalakkan kedua matanya lalu tersenyum, seolah mengetahui sesuatu yang luar biasa, "Astaga! Puji Bethari!Wah, tak salah lagi, anakmu telah dikaruniai berkah para Bethara, ia kelak akan mempunyai kekuatan besar untuk merubah dunia," ucapnya penuh semangat. Mata Arya melotot karena terkejut dengan pernyataan gurunya itu, "Hah? Merubah dunia? Gak terlalu lebay tuh, Nek? Emang di kira Naruto apa?" celetuknya asal nyeplos. "Naruto? Apa itu?" sahut Prameswari penuh kepolosan. Arya menjawab dengan asal, "Tetangganya Bambang kang parkir," dengusnya. "Kekuatan apa nek maksudnya?" Dilla memotong obrolan Arya dan kakak iparnya dengan menimpali sebuah pertanyaan. "Dilla, apa kau bermimpi atau mengalami sesuatu yang aneh sebelumnya?" tanya Nyai Pitaloka dengan raut wajah serius. "Nahh itu dia guru yang mau aku jelaskan," tutur Prameswari sambil menepukkan kepalan tangan kanan ke telapak tangan kirinya, "Biar Dilla saja yang menceritakan semuanya guru," imbuh Prame

    Terakhir Diperbarui : 2023-07-07
  • Parade 1000 Jin : Kitab Sidhimantra   Bab 10 : Proses Persalinan

    "Arrrghhhhh!" Keceriaan yang semula terpancar dari wajah mereka berempat, seketika berubah menjadi kekhawatiran yang sangat mendalam pada kondisi Dilla yang sedang memegang perutnya sembari menjerit kesakitan. "Dilla! kamu kenapa!" teriak Arya terkejut dengan kondisi istrinya itu. Dilla bergerak tak menentu di atas kasur, sembari terus memegangi perutnya, "Perutku sakit sekali Arya, tolong! Aku gak kuat!" Dilla merintih dalam kesakitannya. "Apa dia sedang kontraksi Guru?" tanya Prameswari. Nyai Pitaloka mencoba memeriksa perut Dilla, "Sepertinya begitu, Arya! kalau kau hendak ke rumah sakit, aku akan memindahkanmu dan Dilla dengan teleportasi saat ini juga, ia butuh penanganan medis segera, sebenarnya aku bisa saja menolong Dilla untuk melakukan persalinan, tetapi alangkah baiknya ia mendapatkan persalinan secara normal sebagai manusia," ujarnya memberi jalan keluar. "Iya guru, aku mengerti, tolong antar aku ke rumah sakit segera guru!" ucap Arya sedikit memohon. Nyai Pitaloka

    Terakhir Diperbarui : 2023-07-07
  • Parade 1000 Jin : Kitab Sidhimantra   Bab 11 : Sebuah Gangguan

    Di sebuah ruangan bersalin yang bernuansa putih dan biru di penjuru ruangan, terlihat seorang wanita tengah berjuang antara hidup dan mati berusaha untuk menjalani proses persalinan yang disaksikan oleh makhluk yang berbeda alam. Setelah lebih dari dua puluh menit melakoni proses yang mendebarkan itu, akhirnya tibalah saat ketika terdengar suara tangisan seorang bayi mungil memecah kesunyian di dalam ruangan itu. "Oeeeekkk, oekkkkk!" terdengar suara tangisan malaikat kecil yang akhirnya terlahir di dunia ini. Perawat tadi langsung memotong tali pusar yang terhubung pada ari-ari si jabang bayi. Dokter wanita itu kemudian mengangkat bayi yang masih berlumuran air ketuban dan juga sedikit dar*h, "Alhamdulillah bayinya sehat dan juga tampan Mas, mbak," ucap dokter itu lalu meletakkannya di atas perut Dilla yang masih bermandikan keringat. "Mas, mbak maaf saya permisi dulu, saya masih harus menangani pasien lain yang sudah menunggu," ucap dokter wanita itu seraya menyunggingkan senyum

    Terakhir Diperbarui : 2023-07-29
  • Parade 1000 Jin : Kitab Sidhimantra   Bab 12 : Sebuah Konflik Kecil

    Fajar mulai menyingsing di ufuk timur memancarkan cahaya jingga kebiruan, yang menyeruak memenuhi hamparan langit pagi itu. Hawa sedikit dingin disertai hembusan angin lirih menyibak kalbu, membawa kedamaian hati tiap insan yang bernyawa. Ayam jantan berkokok sahut menyahut di kejauhan, di iringi suara kendaraan yang mulai berlalu lalang di jalan raya yang sebelumnya hening. Terlihat beberapa orang mulai sibuk dengan aktifitas pagi harinya, termasuk beberapa pegawai rumah sakit tempat Dilla melahirkan buah hatinya beberapa saat yang lalu. "Arghhhhhh!" terdengar teriakan dari dalam kamar pasien. Ketika Arya dan Prameswari sedang bercengkrama di ruang terbuka rumah sakit, mereka tiba-tiba mendengar suara teriakan dari dalam kamar Dilla yang tengah beristirahat untuk memulihkan kondisinya pasca persalinan. "Dilla!" teriak Arya sambil beranjak dan berlari menuju sumber suara teriakan yang baru saja ia dengar bersama Prameswari, kakaknya. Ketika mereka berdua sampai di ruangan

    Terakhir Diperbarui : 2023-07-30
  • Parade 1000 Jin : Kitab Sidhimantra   Bab 13 : Makhluk Menyeramkan

    Suasana genting di dalam kamar pasien,"Udah mbak gak perlu tanya, yang jelas sekarang mbak pergi menjauh dulu ya mbak, bisa kan ndorong sendiri?" Arya tersenyum lalu meninggalkan wanita yang beberapa saat lalu mengangguk mengiyakan pertanyaan Arya. Dhuarrrr! Gubragggg! Makhluk besar itu terpental dan menabrak meja kotak yang ada di samping ranjang pasien, "Uwarghhhhh!" geram Reksakarna setelah terkena sabetan pedang Prameswari di dada kirinya. "Mbak, kau tak apa-apa?" teriak Arya ketika baru saja kembali ke dalam ruang pasien yang sudah porak poranda itu. "Iya dek, mbak gak apa-apa, tolong kamu diam saja di situ, tunggu aba-aba dari aku!" perintah Prameswari kepada adiknya yang sudah dalam mode waspada itu. "Oke kak siap!" Arya langsung mengeluarkan cincin yang sebelumnya ia kantongi, lalu mengenakannya pada jari tengah tangan kanannya. "Huh huh, lumayan kuat juga makhluk ini!" gumam Prameswari sembari kembali merapalkan sebuah mantra untuk melancarkan serangan selanjutn

    Terakhir Diperbarui : 2023-08-01
  • Parade 1000 Jin : Kitab Sidhimantra   Bab 14 : Tanda Kutukan

    Suasana yang sebelumnya tenang dan jauh dari keramaian tiba-tiba menjadi heboh karena kejadian abnormal di ruangan Cempaka 2 tepat di sebelah ruangan istri Arya yang sedang dirawat. Terlihat 2 jin wanita, 1 manusia, dan 1 siluman tengah berada di dalam ruang yang telah hancur akibat pertarungan sengit dua sosok tak kasat mata beberapa saat yang lalu. Beberapa barang yang ada di tempat itu pun tak luput dari mereka, menyebabkannya hancur dan berantakan. Di tengah ruangan telah berdiri sesosok makhluk tinggi besar yang menyeramkan. Makhluk yang bernama Reksakarna itu tengah di amati oleh Nyai Prameswari, guru spiritual Arya dari alam jin. "Loh? Apa ini!" matanya terbuka lebar ketika melihat tanda aneh di punggung Reksakarna. "Guru lihat apa?" tanya Prameswari dengan nada sedikit penasaran. Ia lantas beranjak dan menghampiri gurunya yang tengah menunduk memperhatikan tanda itu. "Ini, rasanya aku pernah melihat tanda ini, tapi di mana ya, aku lupa! Nduk, apa kau tau tanda ini?" ucap

    Terakhir Diperbarui : 2023-08-02
  • Parade 1000 Jin : Kitab Sidhimantra   Bab 15 : Kutukan Apa Ini?

    Suasana terasa begitu hening tatkala beberapa pasang dari mereka tengah menatap makhluk yang sedang berdiri tegap itu. Mata Prameswari sekarang menatap gurunya itu, "Kutukan? Apa maksud guru?" Nyai Pitaloka beranjak dari tempatnya lalu duduk di atas meja yang sedikit rusak, "Iya, tanda ini mengandung sebuah mantra kutukan yang membuat pemiliknya bersumpah untuk selalu setia kepada kelompok pemberontak itu," ujarnya dengan sorot mata serius. "Hmm, terus kalau gak setia gimana nek?" celetuk Arya yang terkesan asal nyeplos. "Yah konsekuensi umum yang sudah pasti kalian ketahui, yakni kematian. Apabila salah satu anggotanya berkhianat atau membocorkan rahasia perkumpulan itu, tanda ini akan secara otomatis menyebarkan racun mematikan di tubuh pemiliknya." jawab Nyai Pitaloka dengan wajah tanpa mimik, sengaja di buat sedemikian rupa untuk menakuti kedua muridnya. Arya yang tak begitu memperhatikan wajah gurunya hanya bisa menjawab seadanya tanpa keseriusan, "Waduh, udah kayak di pile

    Terakhir Diperbarui : 2023-08-03

Bab terbaru

  • Parade 1000 Jin : Kitab Sidhimantra   Bab 24 : Resi Agung Wisesa

    Kehadiran sosok Resi Wisesa membuat mereka sejenak bisa bernafas lega, kebuntuan yang terjadi beberapa saat yang lalu kini telah menemukan titik terang. Arya yang sebelumnya sedang dalam kondisi kritis, kini sudah mulai kembali normal. "Urghhhh!" tiba-tiba Arya merintih sembari berusaha menggerakkan anggota tubuhnya. "Arya!" teriak Prameswari dengan raut wajah bahagia karena adiknya telah sadar dari pingsannya. "Kau sudah sadar, Le?" tanya Nyai Pitaloka. Arya berusaha bangkit kembali dari posisinya. Seakan merasakan dejavu, kini ia kembali dikerubungi oleh banyak orang seperti beberapa saat yang lalu. Namun kali ini ia melihat sosok asing berada di tengah-tengah mereka. "Kenapa kau menatapku seperti itu, Nak? Aku bukanlah orang jahat! ahahaha," gelak tawa resi Wisesa pecah saat melihat wajah lucu Arya yang sedang kebingungan. Arya mengernyitkan dahi, "Emang aku bocah kek? Yah aku penasaran aja siapa kakek yang tiba-tiba ikut nimbrung ini," celetuknya sembari meregangkan otot-otot

  • Parade 1000 Jin : Kitab Sidhimantra   Bab 23 : Aliran Cakra yang Berubah

    Arya sedang berusaha menahan tekanan energi yang disalurkan oleh kedua gurunya, namun kondisi tubuhnya kembali mengalami suatu masalah. Aliran energi spiritual di dalam tubuhnya mendadak berubah arus. "Arghhhhh! Hueekkkkk!" teriak Arya saat memuntahkan gumpalan darah yang telah membeku. Ia dalam kondisi memejamkan mata tetap fokus menerima energi spiritual yang bergejolak di sekujur tubuhnya. "Dhanu, gawat! aliran arus Cakra milik Arya berubah arah!" pekik Nyai Pitaloka ketika tersadar dengan alirann energi di tubuh muridnya itu. Argadhanu menjingkat terkejut setelah mendengar perkataan Nyai Pitaloka, "Astaga Nyai, hentikan dulu penyaluran energinya!" teriaknya cemas. "Tak bisa Dhanu, kalau kita hentikan, tubuh Arya akan mengalami kerusakan yang parah!" sahut nyai Pitaloka berusaha menstabilkan energinya. "Lantas bagaimana ini, Nyai!" Raut muka kebingungan tersirat di wajah Argadhanu. Saat mereka dalam kondisi krusial, tiba-tiba sekelabat bayangan putih melintas di tengah-tenga

  • Parade 1000 Jin : Kitab Sidhimantra   Bab 22 : Munculnya sebuah Simbol

    Suasana dalam gua telah porak poranda akibat serangan membabi buta dari Arya yang sedang dikuasai Iblis. Batu-batu besar berserakan, dinding gua yang berlubang, serta dua sosok jin yang tengah pasrah menjemput ajalnya. Namun secercah harapan muncul di tengah peristiwa yang pelik ini. Argadhanu telah berhasil memunculkan ajian kuno penyegel iblis milik leluhurnya. Ajian itu bertujuan untuk menyegel kekuatan iblis yang sudah menguasai tubuh dan kesadaran Arya, muridnya itu. "Uwarghhhh! Kekuatan apa ini! Tubuhku rasanya mau hancur!" pekik Arya terus meronta ketika terpapar energi berwarna putih yang berasal dari lingkaran magis yang berpendar di bawah tubuhnya. Sejenak Argadhanu memejamkan mata, "Bethara Brahmadewa, tolong kami," gumamnya mengharap sebuah keajaiban terjadi saat ia berusaha menyegel kekuatan iblis pada diri muridnya itu. Swushhhhh... Dalam sekejap mata cahaya putih itu menutupi seluruh bagian tubuh Arya, sekilas terlihat beberapa rantai ghaib muncul dari balik cahaya

  • Parade 1000 Jin : Kitab Sidhimantra   Bab 21 : Sisi Gelap Arya

    "Huahaha! Hahaha!" Dari dalam pusaran angin yang berputar disertai energi listrik yang terus saling menyambar, muncul sosok Arya yang sekarang benar-benar telah berubah dari bentuk fisik maupun kepribadian. Sosoknya kini terasa penuh dengan aura membunuh yang kuat. Arya telah berubah menjadi sosok setengah iblis, akibat dari penyatuan secara paksa dua jenis pusaka yang bereda. Tekanan kekuatan kedua pusaka itu mungkin saling menolak di dalam tubuhnya. Membuat tubuh fisik Arya mengalami ketidakseimbangan yang spontan. "Arya! Sadarlah!" teriak Prameswari sembari bangkit setelah tersungkur karena tekanan energi yang begitu besar dari sosok Arya yang telah berubah menjadi iblis. Tubuh Arya membesar dua kali lipat, menjadi lebih berisi dan berotot bak seorang binaragawan. Kulitnya berubah warna menjadi keunguan dihiasi dengan corak tribal yang menyebar di seluruh permukaannya. Di atas kepalanya tumbuh sepasang tanduk runcing yang sedikit melengkung ke belakang. Sayap bak kele

  • Parade 1000 Jin : Kitab Sidhimantra   Bab 20 : Kekuatan Perisai Kuno

    Swirlllllll blurbbb blubbbb Brajatirta mengayunkan tongkat kecil di tangannya dengan membuat gerakan memutar, dengan ajaib sebuah gumpalan air yang melayang, muncul dan mulai terkumpul semakin lama semakin membesar. Dengan hentakan dari tongkat kecil itu, Brajatirta melemparkan bola air besar itu tepat ke tubuh mereka. Cplashhhhhh! "Urghhhh!" kedua makhluk itu terhuyung kebelakang, namun belum tumbang. Keduanya langsung berlari dan hendak membalas serangan dari Brajatirta. Pukulan demi pukulan palu mereka layangkan ke arah Brajatirta. Dengan gesit makhluk peliharaan Arya itu menghindar. Terlihat Brajatirta lebih unggul dalam hal penghindaran berkat badannya yang kecil. Setelah beberapa kali menghindar, Brajatirta menggumamkan sebuah mantra singkat. Setelah mantra itu selesai ia rapalkan, muncullah beberapa tombak es yang melayang di hadapannya. Dengan hentikan jari kecilnya yang bersisik, Brajatirta menghujam kedua makhluk itu dengan ajian yang baru saja ia gunakan. "Hah! Rasaka

  • Parade 1000 Jin : Kitab Sidhimantra   Bab 19 : Perisai Dewandaru

    Dari balik dimensi gelap yang sunyi, tiba-tiba terdengar sebuah suara menggelegar yang membuat Arya terkejut, "Apakah kau manusia yang telah ditakdirkan untuk menjadi tuanku yang baru?" suara khas lelaki dewasa yang berat menggema di penjuru dimensi ini. "Siapa itu!" bentak Arya kepada sosok di balik suara yang berat itu. "Aku adalah kesadaran perisai pusaka peninggalan Yang Mulia Dharma Wisesa, namaku Ki Dewandaru! Wahai anak manusia, coba buktikan kelayakanmu untuk menjadi tuanku!" Sejurus kemudian, ruangan gelap itu berubah menjadi terang seperti siang hari. Terhampar di depan Arya sebuah tanah lapang berumput hijau yang di kelilingi oleh pohon yang rindang. Lengkap dengan pemandangan gunung yang menjulan tinggi di ujung panorama dimensi ghaib itu. Tiba-tiba dari udara kosong, beberapa sosok makhluk seperti siluman kadal muncul di hadapan Arya yang tengah berdiri seorang diri, "Huwaa, apaan tuh! Kok bentuknya kayak lizardmen di game RPG sih!" celetuk Arya tak menunjukkan

  • Parade 1000 Jin : Kitab Sidhimantra   Bab 18 : Sisa Kesadaran Sebuah Pusaka

    "Loh? Kenapa cincinku bergetar seperti ini?" gumam Arya dengan suara yang hampir tak bisa didengar. Argadhanu yang mengetahui gelagat aneh Arya lantas bertanya, "Kau kenapa Arya?" Tiba-tiba terbesit suatu dorongan di benak Arya untuk mendekati perisai yang tengah melayang berputar itu. Aryapun secara naluri melangkah mendekatinya dan mengangkat tangannya untuk sekedar menyentuhnya. Argadhanu sempat kaget saat melihat tingkah Arya yang sebelumnya menolak, kini malah mencoba mendekati perisai itu. "Arya!" Argadhanu sempat berteriak ke arah Arya untuk menghentikannya karena takut sesuatu hal yang buruk terjadi padanya. Namun nihil, Arya sama sekali tak mendengar teriakan gurunya itu, seperti sedang terhipnotis. Ketika tangan Arya menyentuh perisai itu, tiba-tiba... Siyuuuutttttt! Arya tiba-tiba terhisap masuk ke dalam perisai merah emas yang kini telah berhenti berputar. Perisai itu mendadak tak bercahaya lagi semenjak Arya menyentuhnya. Argadhanu yang kebingungan, mendadak

  • Parade 1000 Jin : Kitab Sidhimantra   Bab 17 : Kejutan dari sang Guru

    Di ujung dunia jin yang terpencil, mereka sedang mengantarkan Argadhanu dan juga Arya untuk pergi ke dalam gua yang asing. Tak tahu sebenarnya apa tujuan Argadhanu mengajak Arya ke tempat antah berantah ini. Di tengah ruang terbuka yang ada di ujung gua terdalam, kedua makhluk beda alam yang berstatus guru dan murid sedang menatap sesuatu yang menakjubkan di hadapan mereka. "Guru, apa ini?" tanya Arya kepada Argadhanu ketika pertama kali melihat benda berbentuk perisai berwarna merah dan emas yang sedang berputar melayang itu. "Ini adalah salah satu benda pusaka kerajaan Agniamartha yang sudah aku miliki lebih dari 600 tahun, sengaja aku sembunyikan di gua ini sampai benda itu menemukan sendiri tuannya yang baru," ucap Argadhanu sedikit menjelaskan. "Tuannya yang baru?" tanya Arya mengulangi kalimat gurunya itu. Argadhanu mengangguk pelan, "Iya Le, pusaka Perisai Dewandaru ini mempunyai kesadarannya sendiri. Ketika aku menilik lebih dalam tentang perisai ini dengan mengaja

  • Parade 1000 Jin : Kitab Sidhimantra   Bab 16 : Kunjungan Mendadak Guru Argadhanu

    Ruangan semi VIP yang sebagian besar di penuhi warna biru dan putih itu mendadak sedikit gempar karena kehadiran sesosok makhluk tak kasat mata berwujud bapak-bapak berjubah putih. Sosok familiar itu berdiri di samping ranjang pasien sedang bercengkrama dengan Dilla. Ketika mereka bertiga memasuki ruangan, sosok jin itu langsung menoleh dan tersenyum santai ke arah mereka seakan tak terjadi apa-apa. "Loh? Kenapa kau tiba-tiba ada di sini?" teriak Nyai Prameswari kepada sosok tua itu. "Haha, jangan kaget begitu Nyai, aku hanya menjenguk istri dari muridku, sekaligus melihat anaknya, iya kan Nduk?" ucap santai sosok berkumis itu sambil mengerling ke arah Dilla. "Ahh i-iya kek," sahut Dilla sedikit terbata-bata. "Argadhanu! Seharusnya kau mengabari dulu kalau mau ke sini," ucap Nyai Prameswari seraya berjalan menghampirinya. Argadhanu menghela nafas panjang, "Ah, buat apa, wong ya nantinya juga bakal ketemu, lagian aku bosan sendirian di alam jin, Chandranala pergi tak tahu

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status