Mereka mendatangi seorang pria tua yang besar dan tangguh. “Widar, orang ini tadi ingin masih bergabung menjadi Gridor. Namanya Khaigor.”
“Heuhh... Menjadi Gridor, anda baru saja bersedia mempertaruhkan segalanya, pekerjaan yang bisa saja lebih sulit dari pada melawan seorang manusia sendirian,” ucapnya.
“Aku siap menjadi itu, aku tak ragu dan siap dengan segala apa pun.”
“Ingat, ini juga kemungkinan akan berkaitan dengan orang-orang yang kau kenal. Jadi bersiaplah menghadapinya. Tempat markas kami di wilayah Barat sana, cukup jauh dari pemukiman kerajaan, jadi dalam tiga hari ini kita akan berangkat ke sana. Bersiaplah.”
Di dalam rumahnya Khaigor merenung duduk di atas kasurnya. Mengingat keputusan itu. Lalu berbaring di atas ranjangnya. Mempertanyakannya dalam hati, “Apa yang harus menjadi beban yang membuatku lebih baik tidak menanggungnya?”
Ketika dia tertidur dalam mimpinya, “Kalistha, Kalistha? Bunga itu kenapa ada di tanganmu?” “Delina, kenapa kau memutus juntaian tanaman itu?”
Kalistha mengambil bunganya lagi, membuat Khaigor keheranan padahal seingatnya dia yang melarang Khaigor memetiknya. Wajahnya diam menatap Khaigor memegang bunga itu dengan kedua tangannya, dengan ekspresi wajah yang penuh emosional. Setelah terbangun, Khaigor bergumam sendiri, “Tidak mungkin bunga itu terkutuk untuk yang memetiknya. Astaga padahal Kalistha dan Delina sudah tidak ku temui lagi.” Mengingat kerajaan tempat mereka dulunya tinggal telah hancur.
Pada pagi harinya setelah mandi dan sarapan, Khaigor pergi keluar dari rumahnya, mencoba menenangkan pikirannya. Dia berjalan-jalan seperti biasanya. Ketika berada di jalanan, dia ada melihat pertarungan adu dua hewan merangkak berkaki empat yang berukuran kurang lebih seperti berukuran sedang tubuh anjing biasanya tidak berekor. Dua hewan petarung itu sangatlah ganas, mereka bersorak-sorai.
Khaigor duduk di suatu tempat mengeluarkan pedangnya dan menancapnya di tanah, masih memegangnya dan menatap ke arah atas langit. Memikirkan kehidupan yang berada di bawah langit di tanah yang di injaknya dan di tempat lainnya. Besok harinya, dia kembali bertemu dengan sekelompok Gridor, mengusulkan tentang perjalanan besok. “Baiklah, ini bukanlah awal kau kembali mengulang menjadi pejuang baru, sebab kau telah menjadi pejuang jauh lebih dulu sebelumnya, namun hal ini akan menjadi berbaur bersama kebiasaan baru,” tegas Widar.
Salah satu pria yang bernama Devior, menyuruhnya duduk bersamanya. Kemudian mengeluarkan salah satu bentuk figuran berbentuk monster yang lebih besar dari pada catur dan menaruhnya di meja bundar, “Ini adalah Zolgart, jenis monster yang pernah berkali-kali kami habisi.” Lalu meminjamkannya topeng yang berbentuk bagian atas setengah muka, “Pakai topeng ini, lalu tatap matanya pusatkan perhatian penuh serius dan emosi, pakailah taktikmu tuk mengalahkannya.”
Monster itu berukuran begitu besar dan tinggi, lebih besar dari pada manusia, berdiri namun dengan postur membungkuk seperti kangguru, berekor lancip berbentuk seperti ekor reptil panjang dan besar. Bermoncong seperti dinosaurus, berdaun telinga lancip, berjari tangan dan kaki sepuluh, dengan berjumlah lima jari di setiap masing-masing sebelahnya, serta kukunya bercakar, pupil matanya lancip layaknya binatang buas taringnya lebih besar daripada taring singa atau pun harimau. Badannya begitu kuat dan berkulit sangat tebal. Gerakannya mirip seperti manusia dengan berjalan dua kaki dan mampu memegang dan menggenggam benda serta memanjat.
“Serang pakai tombak lalu lemparkan, keluarkan pedang.” Kemudian makhluk itu mulai menyerang dengan tangan kanannya. “Hindari, potong jari tangan kanannya.” Kemudian monster itu menyerang dengan tangan kirinya menghajarnya. Lalu menendangnya terjatuh. Kemudian makhluk itu mulai kembali menyerangnya, “Keluarkan pedang ke atas.” Monster itu menghindar, Khaigor mengarah pedangnya monster itu merasa terancam hingga bergerak kiri-kanan, lalu menendangnya lagi hingga terjatuh. Khaigor pun memutarkan dirinya ke arah sebelah, kemudian monster itu mulai menerkamnya selagi dia terbaring di tanah, dia menahan dengan pedangnya secara posisi vertikal membalikkan pedangnya hanya memegang bagian tipisnya. Terkamannya terus menerobos pertahanannya. Khaigor menendang tubuhnya dua kali lalu menyerang dengan lututnya, kemudian melepaskan genggaman sebelah tangannya di ujung pedangnya, meninju matanya sekuat tenaga dan menebasnya mengenai mulutnya, seketika monster itu menjerit dan mengamuk.
Kemudian bangkit berlari memasukkan kembali pedangnya dan mengambil tombaknya, lalu mulai menyerangnya seketika monster itu menahan tangan kanannya dengan tangan kirinya, memutarnya hingga dia kesakitan sampai melepas tombaknya. Kemudian monster itu, mulai menyerang menggunakan tangan kanannya, lalu dia menarik pedangnya ditebasnya hingga telapak tangan kanannya tersayat luka. Kemudian memotong tangan kirinya itu dengan pedang. Mengambil tombak itu dan menusuk kaki sebelahnya memutarnya. Dan menikam tubuhnya menggunakan pedang berkali-kali.
Kemudian figuran itu terdengar berbunyi hewan kesakitan satu menit kesekian detik setelah diceritakan caranya, kemudian figuran itu jatuh. “Oooo... Kau membuatnya mati secara perlahan, lebih baik langsung dibuat mati saja.” Khaigor menyakini suara merintih kesakitan itu, berasal dari benda unik itu.
“Lihat aku cara membunuhnya.” Devior memainkannya tanpa menggunakan topeng itu dan seketika bentukan urat matanya terlihat, serta warna pupil matanya menjadi lebih terang.
Dia memperhatikannya dengan serius.
“Panah kakinya, kemudian matanya.” Makhluk itu menahannya dengan kedua tangannya, hingga tangan kanannya tertancap panah yang mencoba melindungi matanya, lalu melepaskannya. Devior maju menyerang kakinya. Dia menahannya dengan perisainya dari tendangan makhluk itu hingga terdorong mundur. Kemudian makhluk itu menahan tangan kanannya yang memegang pedang, lalu memukul tangannya dengan ujung perisai bawahnya dari arah atas ke bawah hingga kesakitan dan genggamannnya terlepas. Lalu menikam tangan kirinya yang mulai bergerak menyerangnya. Lalu menyerang ke belakang kedua kakinya hingga urat nadinya terputus dan membungkuk ke depan, lalu menyerang lehernya seketika berkali-kali hingga terakhir menusuk kepalanya.
Teriakan kesakitan terdengar dan benda figuran itu pun terjatuh. Devior menang lebih singkat.
Devior mengambil kembali benda itu.
“Mainan apa itu?” penasarannya.
“Mainan,” herannya mendengar katanya yang diucapkan barusan pada benda itu, menatap kembali benda itu, “Ya ini memang terlihat tampak seperti mainan, tapi ini dibuat pada awalnya bukanlah mainan,” lalu kembali menatapnya, “Ini barang langka sebagai metode pembelajaran pemikiran pemburu monster. Perkiraannya selalu tepat. Tapi lama-kelamaan malah sering digunakan seperti mainan.”
“Aku ingin membelinya, tampaknya benda itu amatlah menarik,” kesannya.
“Ini tidak untuk dijual, nanti akan ku jual padamu, setelah kau sudah lebih lama bergabung dalam pekerjaan Gridor,” balasnya.
Khaigor benar-benar penasaran dan sangat ingin memiliki benda itu. Membuatnya semakin bertekat menjadi Gridor. Dalam perjalanan pulangnya ke rumah, dia ada melihat seekor anjing besar peliharaan yang juga digunakan sebagai pekerja penarik, transportasi dan gembala sedang mengamuk dan menyerang seorang warga pria. Warga itu sangat terpuruk. “Hei!...” teriak Khaigor yang terkejut melihatnya tuk memperingatinya.
Para warga di sekitar tak berani menghentikannya.
Sang pemilik berusaha melawan ketakutannya untuk menenangkan anjingnya itu. Namun anjingnya menggonggong padanya dan kembali mengganggu korbannya. Khaigor mengeluarkan pedangnya, lari mendekatinya. “Tolong jangan sakiti dia...!” teriak pemiliknya yang seorang pria dewasa. Khaigor mengambil batu segenggam tangannya lalu melemparkannya. Anjing itu pun seketika teralihkan perhatiannya, mulai lari mendekatinya, “Cepat lari...!” Teriak Khaigor memperingati korban itu. Anjing itu mulai mengejar kembali korbannya yang berlarian ketakutan tersebut. Khaigor pun sontak mengejar anjing itu, lalu melemparkan pedangnya mengenai salah satu kaki belakang kanannya hingga terluka. Kakinya pun seketika kesakitan berjalan pincang sementara. Anjing itu pun menggigit pedang itu dan menahannya, menggunakan senjata itu menatap Khaigor dengan penuh beringas bersedia menghadapinya. “Ternyata dia sampai secermat itu,” ucapnya dalam hati tercengang tak menyangka. Khaigor yang tak punya senjata apa pun, serta pelindung dan baju zirah, serasa harus melawannya menggunakan kekuatan tubuhnya sendiri. Pemilik anjing itu ketakutan, pergi masuk ke dalam toko.
Tiba-tiba ada seorang anak kecil lelaki menyahutnya, “Hei!!!... Kau di sana ke sini...!!!” Khaigor menoleh, anak itu berada di lantai atas terlihat di luar jendela rumah, menyuruh Khaigor menggunakan ketapelnya dan karung kecilnya seukuran genggaman tangan, “Ini kemari, pakai ini!...” Sontak Khaigor berlari sekian langkah, lalu dia mengambil ketapel dan karung kecilnya yang dilemparkan, lalu membukanya, di dalamnya tersedia berbagai batu dan logam berbentuk bundar bersudut, agak mirip dengan bentuk kristal yang baru dihancurkan tuk diambil. Sebagai bahan lontaran ketapel tersebut. Dia menggunakan ketapel itu mencoba penuh ketelitian. Anjing buas itu lari menujunya, dia mengketapel mengenai salah satu matanya. Anjing itu semakin mencoba menghindari serangan ketapelnya dengan jalan yang masih tidak stabil, karena menahan sakit akan luka di kakinya. Dia terus mengketapel mencoba mengenai anjing itu.
Khaigor yang sekarang memiliki sarung pedangnya, dia gunakan sebagai senjatanya, jika sarung pedang khusus dipakai untuk menyimpan pedang, maka sarung pedang berarti bisa menahan gaya beban pedang dalam kondisi gaya tertentu, pikirnya. Dia menahan serangan pedang dan cakar kaki dari anjing itu. Lalu menahan lehernya dengan sarungnya dari arah belakang dengan tangan dan posisi di sebelah badannya, kemudian naik duduk ke atas badannya, menindih tubuhnya dan masih mencekik lehernya dengan sarung pedang itu, dan kemudian memasukkan sarung itu ke pedang yang digigit anjing itu. Dia memukul-mukul kepala anjing besar itu.
Kemudian dari balik belakang salah seorang warga pria, melilitkan tali yang sudah dilingkarkan sebelumnya ke leher anjing itu, dibantu Khaigor hingga anjing itu pun pingsan. Mereka merantai anjing itu dan memasukkannya ke kandang kayu.
Khaigor menghampiri anak itu, “Aku sungguh berterima kasih padamu. Mau membantuku,” kemudian mengembalikan barangnya itu.
Mengulurkan tangan kanannya, “Bisakah kita berteman?”
“Bisa,” bersalaman, “Jadi siapa namamu?”
“Verdis, namamu?”
“Khaigor, untunglah kau ada di sini.”
“Ya,” Melepaskan salaman genggaman tangan. “Di mana rumahmu?”
"Rumahku berada di pinggir kota yang terletak di dekat toko, tidak jauh dari sini yang mengalir di sebelah timur. Di sekitar toko, rumahku sendiri terbuat dari batu dengan atap yang terdiri dari genting-genting keramik, pintu kayu besar berwarna cokelat tua dan jendela-jendela berbingkai putih di fasadnya. Jika kau mengikuti jalan setapak yang melintasi ini, rumahku berada di sebelah kanan, tepat di ujung jalan sebelum sampai ke taman kerajaan.”
“Bisakah aku nanti berkunjung ke rumahmu?”
“Ya, aku akan memberitaukannya nanti.”
“Kenapa?”
“Sebetulnya mungkin aku tak tinggal di sini lagi seperti dulu, aku akan menetap, bolak-balik, berpindah-pindah.”
“Mengapa kau pergi?”
“Aku akan menjadi Gridor, jadi aku harus ikut mereka dalam pekerjaan para Gridor.”
“Oh Gridor aku tau mereka, para kelompok terkenal pembasmi monster, sosok jahat dan prajurit bayaran, apakah menurutmu aku kemungkinan nanti dapat menjadi Gridor? Ayolah, aku pernah diajarkan bertarung oleh ayahku dulunya yang seorang prajurit di medan perang.”
“Kau harus perlu pertimbangan yang teramat matang terlebih dahulu, bahwa untuk menjadi Gridor itu adalah pekerjaan taruhan nyawa yang jauh lebih mandiri dan tugas yang sangat sulit katanya.”
“Apakah kau meragukanku?”
“Kau perlu waktu mempertimbangkannya. Kau harus bersedia melalui risikonya dan katanya lebih berisiko, dari pada menjadi manusia biasa dengan gelar prajurit tertinggi. Aku saja sudah merasakan betapa berisikonya menjalani hidup seorang ksatria. Kau baru saja mengatakan, “kemungkinan,” itu saja sudah membuat kau merasa ragu. Datanglah ke sana nanti dengan sendirinya. Ketika kau benar-benar sudah sungguh merasa mampu dan siap.”
“Ku’kan tetap terus berlatih dan mengingat itu teman. Dan akan datang ke sana nantinya.”
Melihat anjingnya yang keluar liur berlebih dan sangat agresif dia menduga, “Anjing ini rabies, lebih baik segera dibawa ke dokter, aku menyarankan untuk kau tidak memeliharanya kembali meskipun setelah dia sembuh.”
Lagi pula ini juga bukan salahnya sang pemilik itu, memang hewan sebagian besar tetaplah mempunyai sifat liar pikirnya.
Besok harinya mereka bersiap-siap untuk perjalanannya.
“Sudah siap!... Ayo kita berangkat,” Mereka pun berangkat dengan menunggangi kuda dan untanya.
Ketika sedang dalam perjalanan panjangnya, mereka bertemu dengan makhluk besar buas merangkak dengan keempat kakinya, sedikit lebih besar dari ukuran beruang, sedang lewat berjalan dia seketika melihat mereka. “Tunggu, tetaplah waspada, jangan sampai mengundang perhatiannya,” beri Widar peringatan. Salah satu anggota ingin menghabisinya sedang menarik pedangnya terlihat sedikit keluar dari sarungnya. Berharap ada yang akan ikut menghabisinya. Devior pun melarangnya, “Jangan.”Mereka menunggu, melihat makhluk itu tetap berdiam posisi, bergerak-gerak memperhatikan mereka. Dari pada merasa menguras tenaga dan waktu untuk melewati jalan lain, mereka pun memutuskan melanjutkan jalannya lewat situ secara perlahan-lahan. Saat melewatinya, makhluk itu seketika bersuara memberi ancaman, sontak salah satu kuda seorang anggota terkejut bersuara sembari mengangkat setengah badannya dengan kedua kakinya ke atas secara miring. Matanya pun menatap kesal makhluk itu. Seketika makhluk itu berlari meng
“Bagaimana seandainya kita menjebak mereka nanti, kita buat saja perangkap?” usul Khaigor.“Bagaimana caranya kita mencoba memancing mereka?” tanya Widar.“Bukan memancing, kita bersembunyi seolah-olah kita terlihat tidak menjaga tempat ini....” selagi terdiam berpikir.“Jadi maksudmu menyamar?” penasaran Widar.“...bukan menyamar, kita berdiam saja dulu di dalam rumah mereka sementara ini, pasti butuh waktu yang lama. Kita buat jebakan,” lanjut Khaigor.“Itu akan jadi sia-sia dan merepotkan orang-orang yang akan mengurus kita di dalam rumah mereka di sini. Lagi pula kita punya waktu untuk tawaran lainnya,” ragunya.“Pemukiman ini jika tak dapat dijaga dan dirusak, akan merugikan perekonomian pihak perusahaan yang bersangkutan,” ucap warga pria di sana yang khawatir.“Aku ingat, kau tau burung Nebri? Burung itu memang perlu sang ahli untuk memerintahkannya. Burung itu bisa memberikan sinyal. Aku tau burung itu sewaktu tinggal di kerajaan Timur. Aku berharap para bandit itu takkan bisa
Di suatu tempat ketika sedang terjadi turunnya salju deras begitu dingin, sesosok makhluk humanoid misterius seukuran manusia tubuhnya mirip manusia, kuku tangan dan kakinya tajam dan panjang seperti serigala, bergigi tajam ukuran giginya sedikit lebih besar dari pada ukuran gigi macan, berjalan merangkak dan lari secepat anjing, menyerang para warga di sana. Makhluk berbahaya itu selain mampu bersiul, juga mampu meniru suara bahasa perkataan manusia seperti layaknya para burung nuri dan kakaktua serta sejenisnya. Tempat itu pun menjadi mencekam, membuat warga resah dan penuh ketakutan. “Bery!... Bery...!” tok tok tok, suara ketokan pintu depan dari luar. Pemilik rumah pun mendengar, “Siapa itu?!...” “Bery!... Buka!... Buka...!” “Iya, akan ku bukakan pintunya.” “Aneh aku tak pernah mengenal suaranya sekali pun, mungkin ada yang menyuruhnya memberikan suatu barang atau memberi tau pesan,” ucapnya berbicara sendiri yang keheranan. Lalu membuka pintunya, pria itu pun langsung diserang
Monster ganas bersayap burung, kedua kaki cakarnya begitu kuat, mampu memegang dan menahan serta mengangkat seekor domba dan kambing. Devior dan Khaigor dibayar untuk membasmi monster bersayap itu, yang memakan hewan ternak, mengganggu makhluk hidup dan menyerang, serta mengangkat manusia, hewan dan makhluk hidup lainnya.Sampailah mereka di suatu desa, makhluk itu muncul mengganggu para warga, Devior dengan busur mengarahkan panahnya pada makhluk itu, namun tak kena. Khaigor, memanahnya dengan busur silang, begitu sulit mengenainya. Devior pun mencoba dengan tiga anak panah lagi-lagi tak kena hanya satu anak panah yang hampir mengenainya, sempat seketika mengganggu pandangannya. Monster itu pun turun mereka berdua menunduk, menyerang dengan cakarnya kemudian mengambil busur silang milik Khaigor berusaha merusaknya, Devior meminjam tombak, seketika makhluk itu mulai terbang ke arah mereka, Devior pun melempar tombaknya ke arah makhluk itu, namun makhluk itu berhasil menghindarinya lag
Setelah sekian tahun berlatih menjadi Gridor dan telah mengembankan berbagai misinya, kini Khaigor resmi sudah menjadi seorang Gridor yang sebenarnya, yang sudah menjalani ketentuannya, meskipun dulunya belum sepenuhnya resmi menjadi Gridor dalam ikut menjalani perbuatan bersama para Gridor, yang tampak seperti kontradiksi yang terjadi.Khaigor yang seorang Gridor sedang berada di lumpur melewati rawa-rawa, diserang oleh suatu makhluk yang berada di bawah menarik kedua kakinya, karena Khaigor yang terlalu kuat itu pun dan terus mempertahankan diri, makhluk itu kesulitan menariknya dari bawah, makhluk itu langsung keluar dari dalam lumpur. Bentuknya seperti manusia mayat hidup dengan mata yang terang seperti hewan nokturnal, tubuhnya sedikit lebih besar dari pada manusia, makhluk itu gemar menyerang siapa saja yang menurutnya mampu dihabisinya, Khaigor mengerahkan tenaga dalamnya berupa sinar yang mematikan menyerang makhluk itu, mengenai kepalanya. Lalu satunya lagi muncul dari belaka
Di tempat pedalaman hutan yang jauh, dicurigai adanya gerak-gerik para goblin yang berada di sana. Lima Gridor dibayar untuk menumpaskan mereka, karena mereka dicurigai berbahaya dan mengancam para warga, mengambil hewan ternak, buah-buahan dan sayuran, serta terjadinya pembunuhan beberapa kali pada para warga, yang mengejutkannya adalah meninggalnya seorang pemimpin pasukan khusus tertinggi di sana sewaktu sedang bepergian sendirian. Goblin adalah makhluk yang menyerupai dan seukuran manusia juga tak secerdas manusia, namun secara kekuatan fisik cenderung lebih kuat, bersifat licik, jahat serta suka mencuri. Kulitnya berwarna hijau serta bertelinga runcing dan bergigi tajam seperti hewan. Wajahnya seperti monster mirip kera. Mereka adalah pengganggu kecil. Sebagian para Goblin tersebut ahli dalam kegerakan mengendap-endap. Mereka terlihat sedang membakar santapan mereka. Kelima Gridor itu langsung membantai mereka, para goblin itu bertempur melawan mereka. Goblin dari segala arah ya
Khaigor melawan monster yang sangat kuat, musuh yang lebih besar, tubuhnya seperti gabungan gajah dan badak, namun lehernya panjang setengah ukuran ular biasanya. Bergigi tajam dan memiliki cakar di setiap kakinya. Ada satu cula di kepalanya. Dia menyerang keempat kakinya, menebas demi tebasan, namun diseruduk dan terlempar. Lalu mengeluarkan tenaga mematikan cahaya lebar dari tangannya, mengenai kepalanya. Lalu melemparkan belati beracun pada salah satu matanya, sekian waktu mereka bertarung, makhluk itu mulai melemah akibat efek racun itu.Dia menebar bubuk-bubuk ungu yang menyengat, makhluk itu semakin mengamuk, namun tenaganya semakin berkurang hingga terlihat dari luar eskpresinya tak semengamuk perasaan di dalamnya. Dia menyerang telinga sebelahnya dengan energi cahaya mematikan itu, hingga makhluk itu berdenging. Melompat ke atas tubuhnya, mengambil belati yang tertancapkan itu, lalu menikam lehernya dengan kedua senjata, pedang di tangan kanan dan belati beracun itu di sebelah
Dalam perjalanannya kudanya mulai melambat, lalu dia melihat kudanya yang terasa kelaparan, “Ayolah... Makanan sisa sedikit.” Dia tetap meneruskan perjalanannya, tak lama kemudian melihat hutan belantara jauh di sebelahnya, lalu pergi mendekatinya, turun dari kudanya mencari buah-buahan yang bisa dimakan.Tanpa disadari dia memasuki sarang siluman manusia ular, dia melihat sesosok siluman ular wanita, dengan tombak kayu di tangan kanannya dan parang di tangan kirinya dengan gerakan tubuh yang marah dan melihat makhluk itu mulai mengancam dirinya.Khaigor melawan siluman ular itu, dia memotong tombak kayunya dan menangkis parangnya, melukai tubuhnya, lalu memenggal kepalanya. Sesosok siluman ular pria yang melihat itu bersembunyi, memberitaukan kepada para siluman ular lainnya. Dalam perjalanan berikutnya, dia bertemu dengan beberapa puluh siluman ular. Membawa parang, tombak kayu dan batu serta panah kayu.“Hei, apa maksud kalian?” dia kebingungan. “Ini pasti karena siluman ular wanit
Di tengah pencarian sahabatnya, dia singgah di suatu kerajaan yang berada di bawah kepemimpinan kerajaan Bukit Ragam di Barat akibat sudah di invasi, salah satu dari lima kerajaan kuat yang telah menginvasi negerinya. Dan rajanya menjadi raja boneka kerajaan tersebut.Khaigor jadi teringat ketika mau menanyakan ke penduduk sana tentang keberadaannya sahabatnya itu, “Ingat jangan tunjukkanSesudah menanyakan sekian orang, Khaigor tampak menyesal telah membakar gulungan lukisan bergambar dia dan keempat sahabatnya itu, sampai suatu ketika bertemu dengan seorang prajurit legion dan menanyakan mereka, “Kau tau pria yang bernama Alan dari Therazium, dia temanku, dulunya dia pernah mengatakan dia pergi ke negeri ini?”“Iya aku tau. Dia sudah pergi lama jauh sebelum kerajaan ini di bawah kekuasaan negeri Bukit Ragam, tapi aku kenal seseorang yang berteman dengannya, dia seorang perwira yang sulit di temui, ngomong-ngomong besok ada pertemuan penting di suatu gedung, akan ku tanyakan dia di sa
Seorang ksatria, ksatria kegelapan dengan kudanya sedang berjalan di salju deras pada malam hari, begitu dingin dan mengganggu penglihatan juga gerak tubuh.Dia merasa mempunyai kesalahan, kesalahan yang teramat besar sangat sulit di maafkan.Negerinya telah hancur, para pemimpinnya raja, ratu, pangeran dan tuan putrinya telah mati, sepertinya hanya dia sendiri yang tersisa.Dia sedang tidak menebus kesalahannya lagi, hanya berkelana dan ingin menghilangkan kebosanan. Dia pernah ingin memakan monster sebagai simbol atas penebusannya tersendiri tapi tak ada satu pun monster yang bisa di makan, setelah dia mencoba mengunyah daging satu monster yang dibunuhnya, terasa sangat tidak enak, begitu pahit, keras, bau, sebelumnya dia sangat berhati-hati dalam memilih monsternya, agar terhindar dari racun atau penyakit yang mengganggu fungsi tubuh.Seorang anak kecil laki-laki tersesat di tengah salju tertinggal dari teman-temannya, sampai langit mulai berubah gelap, dan bertemu dengan sesosok m
“Kalian pembasmi monster, makhluk berbahaya dan prajurit bayaran. Sudah banyak musuh-musuh tangguh, ksatria, raja, raksasa, monster, siluman yang kalian bantai habis. Kalian pastilah manusia super, bukan manusia biasa,” ucap seorang raja. Tiga gridor itu di utus untuk menghabisi sesosok monster raksasa yang mengamuk di sekitar sungai, yakni Tarasque makhluk berbentuk seperti naga tanpa sayap dengan kepala singa, tubuh lembu yang ditutupi tempurung kura-kura, kaki enam beruang, dan ekor besar kuat seperti ular. Monster itu mencakar-cakar dan berlari lambat seperti gajah dengan tubuh besarnya, mereka dalam posisi mengelilingi kesulitan menyerangnya, juga menangkis dengan palu, pedang, dan perisainya, sebab makhluk itu menghalau dengan ekornya serta melindungi diri dan menabrakkan diri dengan tempurungnya. Auman nyaringnya terhempas berbalik ke dirinya, akibat pantulan dari kalung mereka gridor. “Heuuhh…. Monster yang teramat ganas,” ragu Gedrix dengan pedang dan perisainya. “Aku kebi
Setelah dia pergi dari situ seketika dia bertemu dengan gerombolan orc, lalu berkata pada mereka, “Kalian para orc, aku tadi tak sengaja melihat mayat para orc lainnya dan manusia suku pedalaman berserakan karena pertempuran.”“Jangan bicara omong kosong. Kami sedang pergi tak untuk berperang.”“Orc, siapa peduli?!”Kemudian berubah pikiran, “Mohon jangan ke arah sana, aku ada merasa firasat buruk, kalau tak percaya lihat saja sendiri.”“Memangnya kau manusia lebih berpihak pada kami orc, dan melawan sesama manusia.”“Mereka musuh kami juga. Aku mencoba menyakinkan kalian. Ada saatnya tuk berperang.”“Jangan coba membohongi kami, kau kira kami takut,” lalu sambil mengacungkan pedangnya ke depan, “Karena kau seorang gridor,”“Kalau begitu terserah kalian, bukan urusanku.” Mendengar peringatannya mereka jadi ragu membantahnya.Tak lama kemudian dari jauh orang-orang pedalaman muncul berlarian di antaranya berkuda, dengan jumlahnya yang sebegitu banyak mengejar mereka.“Cepat pergi, biar
Seorang raja yang menugaskan Avery beserta pasukannya ke sana sebelumnya merasa curiga, “Hmmm… Kenapa mereka belum juga kembali, apakah semuanya telah tewas?”Dalam mimpinya, Avery sewaktu kecil sedang bermain dengan seorang teman perempuan sebayanya, dia berada di suatu bukit dipenuhi dengan rumput-rumput subur. Lalu pergi ke pinggir perairan, temannya itu tiba-tiba ditarik oleh sesuatu yang aneh berwarna gelap, panjang dan begitu besar, dibawa ke dalam perairan, Avery dan temannya berteriak ketakutan, dia tak dapat berbuat apa-pun. Pada saat-saat amat terdesak itu dia mengeluarkan sebuah material gelap dan kasar seperti batu dari kantong celananya, yang dia dapatkan di gua sewaktu mencoba-coba berjelajah sendirian lalu dipukulnyalah badannya, makhluk itu kesakitan dan menjerit luar biasa, seketika dia berlari ketakutan sekencang-kencangnya hingga melepaskan benda itu dari genggamannya.Pada keesokan harinya, Avery yang lemas setengah sadar di bopong oleh dua orang di kiri-kanannya de
Beberapa Gridor yang disewa bergabung bersama prajurit yang diantaranya terdiri dari manusia raksasa tuk berperang, di depannya ribuan pasukan bersiap sambil menunggu aba-aba.Seorang prajurit manusia raksasa dengan tombak dan perisainya, berbicara pada Khaigor, “Aku ingat di saat aku terhalau dan temanku diserang dalam perang, dia sudah menyerah meminta ampun, tapi belas kasihan tetap tak diberikan…”“….. tak akan pernah adanya kedamaian yang absolut, buktinya perang masihlah terjadi dan menumpahkan darah, baik melawan manusia, orc, monster atau pun musuh lainnya,” lanjutnya.Lalu kedua belah pihak mulai berlari maju saling melawan. Khaigor menebas, menangkis, menebas lagi dan menikam kepala. Si raksasa itu menombak, para musuh menghindar menjaga jarak sehingga serangan mereka jadi lebih lambat. Dia menendang kaki musuh, menangkis serangan dengan perisai lalu maju berlari sambil menombak salah satunya tertancap di dada, dia mengantam beberapa musuh di sebelahnya dengan perisai seperti
“Para goblin mengganggu orang-orang yang melewati jembatan kita, pada saat kerajaan kita sedang mengalami kekurangan prajurit akibat perang!” amuk seorang raja sampai memukul sekali pegangan kursi singgasananya dengan sebelah genggaman bawah tangan kanannya. “Kita harus menggunakan jasa gridor,” Saran penasihatnya.“Apa?!” ucapnya terheran-heran. “Ayolah hanya perlu satu gridor untuk membasmi mereka semua, lagi pula kerajaan kita ini kerajaan kecil,” lanjut penasihatnya. Raja pun memikirkannya membuka dua jari tangan kanan telunjuk dan tengah, menyandarkannya ke dagu, ditambah lagi kerajaannya sekarang mengalami ketidakstabilan ekonomi, “Baiklah, panggil satu gridor.”Neos berjalan menyamar sebagai warga biasa di jembatan mengenakan jubah bertudung, para goblin datang mulai merampok dengan ancaman senjata, kemudian salah satunya mulai hendak menikam dengan pisau, dia menangkap tangannya dan memelintirnya, lalu goblin itu mengapaknya menggunakan tangan sebelahnya, Neos melompat mundur s
“Bantu aku dan akan ku bagikan sebagian dari bayaran yang akan dibayarkan padaku. Senilai SN365.000,” ucap Megrito yang akan melawan satu monster dan melihat di sebelahnya ada Khaigor yang sedang berjalan melewati genangan air hendak menuju ke daratan, sehabis membantai satu makhluk berbahaya yang mirip manusia dan mayat hidup dengan tebasan terakhir ke belakang kepalanya tersungkur dalam posisi tengkurap. “Dengan senang hati,“ Khaigor pun setuju membantunya. Monster itu berupa makhluk berkaki dua, muka seperti reptil, berjari kaki dan tangan berjumlah lima serta bercakar, memiliki ekor yang lancip seperti reptil pula, badan membungkuk seperti ayam. Di setiap tubuhnya adanya duri dari atas kepala sampai tubuh sebatas awal ekor. Di kedua lengannya adanya sayap berbentuk setengah bundar, seperti sayapnya kadal Draco yang melompat secara melayang. Monster itu memajukan serangannya dengan giginya dan menyeruduknya dengan kepalanya dan badannya, dia mencakar-cakar. Dia melompat dan menyer
Di sisi waktu Khaigor mendapatkan tawaran untuk membunuh sesosok monster bergender perempuan yang dijuluki sebagai The Sharp Hider (Si Tajam Penyembunyi), yang diperkirakan sebagai penculik dan pemakan anak-anak. Dia berukuran begitu besar dan mampu memanjat dan bergelantungan di pepohonan, semua giginya tajam bertaring dan mampu membuka mulutnya sangat lebar selayaknya mulut ikan hiu, pupil matanya lancip dan penglihatannya serta pendengarannya tajam, gerakannya begitu cepat, semua kuku jarinya tajam dan panjang, mampu mengeluarkan suara ultrasonik yang memekikkan telinga, terkadang berjalan merangkak atau berdiri, tubuhnya cukup panjang, bisa bersembunyi dengan mengubah bentuk luarnya dengan berbagai macam bentuk benda yang ada, namun rupanya tetap, jika ada pohon, kayu atau benda berbentuk kotak, dia akan mengubah bentuknya menjadi kotak atau sesuai bentuk benda tersebut berusaha anggota fisiknya tak terlihat keluar dari benda itu, dan bersembunyi di sana serta berkamuflase dengan