Setelah mengalami kekalahan, Khaigor bersama prajurit lainnya kembali ke kerajaan Timur tersebut, dan disediakan tempat tinggal oleh raja di sana. Khaigor masih berpikir bagaimana dengan para rombongan lainnya sebelumnya itu. Apakah mereka telah lebih dulu sampai di sana dan dimanakah mereka sekarang?
Khaigor pun hidup di sana selama beberapa bulan bekerja sebagai serabutan dan tukang besi, dan juga menolak tawaran untuk menjadi bagian dari prajurit atau melatih para prajurit di kerajaan tersebut, karena tak sudi mengabdi pada negara lain meskipun kerajaan mereka pernah bersekutu. Berselang di sana dia juga ikut dalam pertarungan seperti pertarungan jalanan dan resmi, untuk mendapatkan uang. Khaigor pun juga pernah berpikir untuk membuka kursus pelatihan pertarungan, namun diurungkannya.
Khaigor bertarung dengan pedang kayu tanpa perisai dengan seorang pria yang sebaya dan bentuk fisiknya yang tak jauh beda dengan dirinya pada pertarungan resmi yang khusus. Para penonton disekitar bersorak-sorai. Mereka meneriaki pertarungan yang sedang berlangsung memberi dukungan serta sebagian mencoba menghasut emosi kedua petarung tersebut. Musik dari tanduk binatang serta senar gitar dibunyikan dalam memeriahkan suasana. Di tanah telah tersedia berbagai senjata kayu yang digunakan dalam serangan jarak dekat berserakan berupa tiruan pedang, tombak, pemukul, palu besar dan kapak untuk persiapan jika senjata yang dipakai patah kecuali panah. Karena dinilai lebih berbahaya dan bisa menyebabkan cacat fisik. Senjata-senjata kayu tiruan itu didesain khusus setumpul mungkin agar tak terlalu mengakibatkan fatal.
Lawan menatap Khaigor menjaga jarak dan Khaigor penuh kehati-hatian menghadapinya. Lawan mulai menebas ke depannya dari tebasan atas ke bawah, Khaigor menangkisnya dengan pedang dalam gerakan horizontal. Mereka saling menebas, namun tak ada satu pun yang terkena serangan, karena selalu saling tertangkis pedang mereka. Pada saat lawan mulai menebas lagi, Khaigor menangkisnya langsung menendang depan tubuhnya dengan kaki kanannya. Kemudian melompat menebasnya dengan gerakan vertikal arah miring, kemudian lawan menangkisnya lagi dan Khaigor pun menendang tubuhnya kembali.
Lawan terpancing menendangnya dengan kaki kanannya, namun Khaigor menangkapnya menebas kaki kanannya sekuat mungkin, hingga lawan kesakitan lawan mulai melompat maju ingin menyerangnya, kemudian mendorong kakinya hingga tubuhnya ikut terdorong, setelah melepaskan kakinya dia menikam tubuhnya. Lawan itu menebas pipi kirinya, lawan semakin marah mereka saling menebas. Hingga pedang kayu Khaigor patah. Khaigor lari menghindar, lawan mengambil satu lagi pedang kayu, memegang dua pedang dan mengejarnya.
Khaigor memasukkan pedang kayunya yang patah itu di dalam kantong celananya, kemudian mengambil pedang kayu yang besar, yang hanya mampu diangkat manusia dengan dua tangan. Dia memegangnya dengan menahan beratnya, lawannya bergerak secara perlahan-lahan.
Dia menyerang lawannya terus menghindar sembari menebas tangkis dengan pedangnya, ketika dia mulai menebasnya dengan pedang raksasanya ke arah samping satu pedang lawannya di genggaman tangan sebelah terlepas, kemudian menghempaskannya sembari melemparkannya hingga lawan hampir terjatuh, lalu dia mengeluarkan pedang yang patah itu, dan menikam tubuhnya berkali-kali. Beberapa burung Nebri yang berterbangan dan bertengger di luar kerangkeng pertarungan yang membantu manusia menjadi juri pun, melihatnya dan memberi tau kepada juri, para burung Nebri itu bersuara sambil mengucapkan nama satu peserta sembari mengarahkan kepalanya berkali-kali ke arah yang menang dan dinyatakanlah bahwa si Khaigor yang menang. Khaigor mendapatkan bayaran yang cukup besar.
Burung Nebri, adalah burung jujur yang cerdas yang ada di semesta ini, sedikit lebih besar dari ukuran burung elang biasanya, burung yang memiliki ketajaman penglihatan dan pendengaran setara elang dan bisa meniru suara beberapa perkataan manusia, serta dipercaya mampu mengantarkan surat atau barang kecil lainnya selagi mampu dibawanya seperti merpati. Serta mempunyai daya ingat yang sangat kuat.
Sebelum masuk sebagai peserta petarung, para peserta harus mendaftar terlebih dahulu beberapa bulan sebelumnya dengan nama yang dituliskan, ini juga sekaligus menjadi pengingat bagi burung Nebri, untuk menyebut salah satunya nama siapa yang akan menang dalam pertarungan. Saat pertama peserta mendaftar dan setelah peserta hadir, burung Nebri disuruh mengingatkan pesertanya dari identitasnya. Awalnya pertarungan itu memiliki wasit, namun dinilai bisa berbahaya pada wasit walaupun menggunakan senjata tiruan maka tak lagi menggunakan wasit. Khaigor mendaftar menggunakan nama samaran yaitu Heibor Odura.
Pada minggu berikutnya Khaigor bertarung, kini dengan dua orang pria tertangguh. Mereka menggunakan pedang dan perisai kayu dan satunya mengunakan tombak dan perisai kayu. Mereka berdua kelihatan lebih tangguh dari lawan sebelumnya. Membuat Khaigor menggunakan sedikit strategi baru. Khaigor berjuang keras menghadapi mereka, pertarungan ini membuat Khaigor kesulitan sebab yang dilawannya adalah perwira dan salah satunya petarung yang amat terlatih. Khaigor menggunakan perisai dan kapak kayu. Ketika lawan kiri mulai ingin menebas, Khaigor menangkisnya, menendang perwira sebelah kanan. Ketika lawan kiri mulai menikam dengan tombaknya, Khaigor menghalaunya dengan kapaknya, selagi kondisi seperti itu perwira mulai menebasnya dengan pedang, dia menendang lawan kirinya dan menahan tebasan lawan kanan dengan kapak lalu memutarnya dan menendang tangan kanannya yang memegang pedang itu, hingga terlepas.
Khaigor mulai menebas dengan kapaknya dari atas ke bawah, perwira itu mulai menahan dengan perisai kayunya, seketika lawan kiri mulai menusuk perutnya Khaigor kesakitan dan menahan tombaknya langsung melempar perisainya mengenai kepalanya dan menendang tubuh perwira itu, hingga melemparkan kapaknya secara horizontal ke lawan kiri mengenai lehernya. Lalu mendorong tombaknya hingga dia mundur terkapar menahan rasa sakit.
Kemudian Khaigor mulai menggunakan tombak itu melawan perwira, perwira itu terus menangkis, Khaigor mulai memutar tombaknya ke bawah memukul kedua kakinya hingga dia terjatuh, lalu mulai mencoba menusuknya yang terjatuh itu, namun perwira masih bertahan menangkis beberapa serangan tombak dari berbagai arah Khaigor, mulai berlari mendekatinya, dan mulai melompat ke atas tubuhnya sontak perwira langsung menahan dengan perisainya itu sambil menahan injakan kedua kaki Khaigor. Khaigor pun mulai menusuk kepalanya dengan tombak itu, kemudian mencoba kedua kalinya namun lawan itu menahannya dengan salah satu tangan kanannya. Khaigor melompat sekuat tenaganya menginjak perisainya yang menumpu tubuhnya, langsung menusukkan tombak ke wajahnya.
Khaigor pun menang lagi, burung-burung nebri yang berterbangan, bersuara sambil menyoraki namanya yaitu Heibor Odura. Dan tentunya mendapatkan hadiah uang yang lebih besar.
Pertarungan demi pertarungan dia ikuti.
Dua tahun kemudian dia bertemu dengan sekelompok mereka yang disebut sebagai Gridor datang ke kerajaan tersebut.
Karena Khaigor begitu dekat dengan seorang raja di situ, Khaigor pun bertanya, siapa mereka? Mereka sedang berburu monster yang diincar, sebagian dari anggota mereka diketahui adalah militer dan sebagiannya lagi bukan namun amat terlatih. Alasan mereka digunakan karena tak ingin adanya prajurit kerajaan sendiri yang memakan korban jiwa. Dulunya Khaigor pernah sedikit mendengar sekelompok orang-orang yang serupa tersebut. Mendengar itu Khaigor meminta untuk melihat mereka dalam berburu monster tersebut. Awalnya sang raja itu ragu tapi karena Khaigor pernah menjadi seorang Ksatria yang berpengalaman, maka dipersilahkannyalah.
Pada siang hari si Khaigor meminta untuk ikut, dan menjelaskan keizinannya atas raja di daerah itu. Mereka memperbolehkannya, perjalanan dimulai dengan menunggangi kuda. Beberapa prajurit lokal dengan pedang dan tombak, menuntun mereka untuk menunjukkan jalan menuju ke tempat monster tersebut berada. Yang jauh dari pemukiman. Dalam perjalanan mereka tak berbicara sepatah kata pun, kecuali beberapa prajurit lokal yang berbicara menunjukkan arah dan kondisi jalan.
Monster itu sangat ganas dan besar, makhluk itu sering memakan hewan-hewan yang ada, beberapa manusia pun pernah diserang dan diterkamnya. Ketika sedang berburu dan mencari kayu bakar. Sehingga membuat hewan-hewan buruan berkurang serta berlarian ketakutan, hingga sulit menemukan hewan-hewan buruan tersebut. Sudah ada sekumpulan prajurit bekerja sama dengan pemburu handal sebelumnya yang pernah diutus untuk mengatasi makhluk itu, namun terasa sangat sulit dan bisa mengurangi jiwa yang masih hidup. Raja ingin menangkap makhluk itu, padahal sebelumnya makhluk itu sudah sangat berbahaya dan pernah menyerang dan menewaskan manusia. Mereka menganggap raja itu sudah tidak waras. Alasannya adalah untuk mengurung makhluk raksasa itu dikandang sebagai bahan penelitian serta aset langka kerajaan. Karena jumlahnya hanya satu. Meskipun di sisi lain, hal ini sempat menjadi pertentangan dari beberapa keluarga korban yang protes dan ingin makhluk itu dibunuh. Namun sang raja memberi penjelasan, menurutnya makhluk itu hanya merasa terancam saja, atau sifatnya layaknya binatang liar alami yang bukan sejenis monster yang hobi meneror, serta memberi mereka keluarga korban bantuan donasi sebagai gantinya, dan para keluarga korban tetap menolak.
Setelah menuju area yang diarahkan, para prajurit lokal menyuruh mereka pergi lurus ke arah tersebut dan meninggalkan mereka. Mereka berjalan selama beberapa waktu, perasaan bercampur aduk dan waspada, berjalan perlahan-lahan setelah merasa sudah semakin dekat.
Merasa ada sesuatu yang teramat besar bergerak seperti mengintai dari belakang semak-semak, mulai terlihat sedikit adanya gerakan cepat mengancam, lantas seorang anggota Gridor melemparkan tombaknya mengenai makhluk itu. Makhluk itu seketika mengaum keras. Getaran suara aumannya mengenai beberapa kalung Gridor, namun kembali memental mengenai makhluk itu berbentuk serangan, dia sedikit kesakitan dan terdorong.
“Hati-hati jaga jarak...!!!” teriaknya sekeras mungkin.
Makhluk itu lebih besar dari pada yang dikira. Dia bergigi tajam, berekor, dan bertanduk, berjalan merangkak dengan kaki empatnya. Berjalannya sedikit lebih cepat daripada gajah. Salah satu anggota lainnya mencoba mengingatkan, “Kita diperintahkan menangkapnya hidup-hidup, jangan sampai ada bagian anggota tubuhnya yang akan cacat atau luka yang tak dapat disembuhkan. Ini demi objek penelitian dari perintah sang raja...!!!”
Bagaimana mungkin mereka bisa menangkap makhluk raksasa yang teramat buas, ragu mereka. Mereka sangat kesulitan. Mereka menggunakan lemparan katapul, memanah. Khaigor terlempar dan terjatuh bersamaan dengan kuda tunggangannya terkena hempasan buntutnya. “Hei... Astaga...!” ujar salah satunya yang terkejut melihat itu. Khaigor bangkit berdiri, menangkis serangan buntutnya yang begitu dahsyat dengan perisainya. Kemudian dari belakang salah satunya melempar tombak, hingga makhluk itu teralihkan berbalik ke belakang. Khaigor pun berlari ke kudanya yang berlari ke arahnya dan menungganginya.
Setiap makhluk itu mengaum keras maka suara getarannya yang mengenai kalung mereka Gridor, akan kembali memental padanya dalam bentuk getaran serangan.
Anggota Gridor yang melempar tombak itu berlari menunggangi kudanya sampailah berada di atas perangkap, hingga perangkap yang dibawah pijakan runtuh ke dalam bawah beserta monster tersebut yang mengejarnya dan kudanya yang dikorbankan ikut terjatuh, kemudian dia langsung melompat, memegang dan menahan tali dari atas yang sudah disediakan seerat-eratnya. Dia memanjat tali itu, kemudian melihat ke bawah dan mencoba mengayunkan dirinya ke depan melompat melewati jebakan itu. Makhuk itu jatuh ke dalam kerangkeng besi teramat besar, yang sudah disiapkan jauh-jauh hari dan ditarik dengan tali dari dua gajah. Mereka berhasil menangkap monster itu.
“Hei, aku ingin bergabung pada pekerjaan ini. Bisakah aku menjadi Gridor?”
“Menjadi Gridor bukan bertumpu hanya pada salah satu pihak saja, terutama yang menggunakan jasa Gridor. Namun tetap bersikap seimbang, Gridor mempertahankan ini.”
“Mengapa, apakah aku kurang layak?” Kemudian mendekati, “Apa alasannya?”
“Untuk menjadi Gridor, kau harus mengikuti ketentuan pelatihannya, meskipun kau sebelumnya adalah seseorang yang sudah amat terlatih. Seharusnya kau pikirkan kembali terlebih dahulu, sebelum memutuskan.”
Khaigor terdiam dan merenungkannya, lalu duduk di suatu tempat makan, masih merenungkannya. Waktu itu sempat terjadi konflik antara seorang pria dengan seorang pria pelanggan di sana. Khaigor awalnya tidak ingin ikut campur, namun mereka berdua telah mengeluarkan pedangnya setelah seorang pelanggan pria melemparkan kursi kayunya ke pria tersebut, namun berhasil ditahan dengan perisai logam yang dikeluarkannya dan pelanggan pria tersebut mengeluarkan pedangnya terlebih dahulu.
Karena keributan itu bisa membuat kegaduhan yang makin parah, termasuk bisa merusak barang-barang disekitar. Khaigor pun datang menghampiri dan mencoba melerainya, ternyata pria itu dan yang terlihat sebagai teman-temannya adalah sekelompok (Gridor) tadi. Hanya sebagian mereka yang ada disitu. “Jangan membuat gaduh di sini. Apa penyebabnya sebenarnya?”
Lalu pria pelanggan tersebut menunjuknya dengan jari tangan kanannya, “Kau orang luar, jangan ikut campur.”
“Aku mencoba mengamankan, jadi jangan membuat masalah.”
“Masalah, kau justru ingin ikut-ikutan terlibat dalam permasalahan ini.”
“Sudahlah, berhenti. Atau tidak, aku akan memotong kedua tanganmu, jika setelah kau melakukan dosa lebih besar. Kami waktu itu yang berhasil ikut memburu seekor monster raksasa buas itu, yang membuat keresahan di kerajaan ini.”
Pria itu ketakutan dan berhenti lalu mereka membayar hidangan mereka, setelah itu pergi meninggalkan tempat makan itu. Khaigor menghadap mereka, “Sudahlah, lagi pula kalian juga harus berhati-hati, bisa jadi dia nanti akan memantau kalian atau kita. Setelah keluar, untuk melakukan hal yang lebih buruk.”
“Terima kasih.” “Kalian sekelompok orang tadi, aku tertarik pada kalian.”
“Bisakah kita berbicara dengan orang ini di tempat lain?” tanya salah satu anggota Gridor pada yang lebih tua, “Ya.” Lalu menoleh padanya, “Siapa namamu?”
“Namaku Khaigor.” Lalu berjabat tangan dengan mereka semua, saling memperkenalkan nama masing-masing.
“Kau tadi bilang ingin bergabung menjadi Gridor, maka kita bicarakan ini di tempat lain. Ikuti kami.”
“Baik, dengan senang hati.” Mereka pun keluar setelah membayar hidangan mereka masih dalam perasaan waspada.
Mereka mendatangi seorang pria tua yang besar dan tangguh. “Widar, orang ini tadi ingin masih bergabung menjadi Gridor. Namanya Khaigor.”“Heuhh... Menjadi Gridor, anda baru saja bersedia mempertaruhkan segalanya, pekerjaan yang bisa saja lebih sulit dari pada melawan seorang manusia sendirian,” ucapnya.“Aku siap menjadi itu, aku tak ragu dan siap dengan segala apa pun.”“Ingat, ini juga kemungkinan akan berkaitan dengan orang-orang yang kau kenal. Jadi bersiaplah menghadapinya. Tempat markas kami di wilayah Barat sana, cukup jauh dari pemukiman kerajaan, jadi dalam tiga hari ini kita akan berangkat ke sana. Bersiaplah.”Di dalam rumahnya Khaigor merenung duduk di atas kasurnya. Mengingat keputusan itu. Lalu berbaring di atas ranjangnya. Mempertanyakannya dalam hati, “Apa yang harus menjadi beban yang membuatku lebih baik tidak menanggungnya?”Ketika dia tertidur dalam mimpinya, “Kalistha, Kalistha? Bunga itu kenapa ada di tanganmu?” “Delina, kenapa kau memutus juntaian tanaman itu?”
Ketika sedang dalam perjalanan panjangnya, mereka bertemu dengan makhluk besar buas merangkak dengan keempat kakinya, sedikit lebih besar dari ukuran beruang, sedang lewat berjalan dia seketika melihat mereka. “Tunggu, tetaplah waspada, jangan sampai mengundang perhatiannya,” beri Widar peringatan. Salah satu anggota ingin menghabisinya sedang menarik pedangnya terlihat sedikit keluar dari sarungnya. Berharap ada yang akan ikut menghabisinya. Devior pun melarangnya, “Jangan.”Mereka menunggu, melihat makhluk itu tetap berdiam posisi, bergerak-gerak memperhatikan mereka. Dari pada merasa menguras tenaga dan waktu untuk melewati jalan lain, mereka pun memutuskan melanjutkan jalannya lewat situ secara perlahan-lahan. Saat melewatinya, makhluk itu seketika bersuara memberi ancaman, sontak salah satu kuda seorang anggota terkejut bersuara sembari mengangkat setengah badannya dengan kedua kakinya ke atas secara miring. Matanya pun menatap kesal makhluk itu. Seketika makhluk itu berlari meng
“Bagaimana seandainya kita menjebak mereka nanti, kita buat saja perangkap?” usul Khaigor.“Bagaimana caranya kita mencoba memancing mereka?” tanya Widar.“Bukan memancing, kita bersembunyi seolah-olah kita terlihat tidak menjaga tempat ini....” selagi terdiam berpikir.“Jadi maksudmu menyamar?” penasaran Widar.“...bukan menyamar, kita berdiam saja dulu di dalam rumah mereka sementara ini, pasti butuh waktu yang lama. Kita buat jebakan,” lanjut Khaigor.“Itu akan jadi sia-sia dan merepotkan orang-orang yang akan mengurus kita di dalam rumah mereka di sini. Lagi pula kita punya waktu untuk tawaran lainnya,” ragunya.“Pemukiman ini jika tak dapat dijaga dan dirusak, akan merugikan perekonomian pihak perusahaan yang bersangkutan,” ucap warga pria di sana yang khawatir.“Aku ingat, kau tau burung Nebri? Burung itu memang perlu sang ahli untuk memerintahkannya. Burung itu bisa memberikan sinyal. Aku tau burung itu sewaktu tinggal di kerajaan Timur. Aku berharap para bandit itu takkan bisa
Di suatu tempat ketika sedang terjadi turunnya salju deras begitu dingin, sesosok makhluk humanoid misterius seukuran manusia tubuhnya mirip manusia, kuku tangan dan kakinya tajam dan panjang seperti serigala, bergigi tajam ukuran giginya sedikit lebih besar dari pada ukuran gigi macan, berjalan merangkak dan lari secepat anjing, menyerang para warga di sana. Makhluk berbahaya itu selain mampu bersiul, juga mampu meniru suara bahasa perkataan manusia seperti layaknya para burung nuri dan kakaktua serta sejenisnya. Tempat itu pun menjadi mencekam, membuat warga resah dan penuh ketakutan. “Bery!... Bery...!” tok tok tok, suara ketokan pintu depan dari luar. Pemilik rumah pun mendengar, “Siapa itu?!...” “Bery!... Buka!... Buka...!” “Iya, akan ku bukakan pintunya.” “Aneh aku tak pernah mengenal suaranya sekali pun, mungkin ada yang menyuruhnya memberikan suatu barang atau memberi tau pesan,” ucapnya berbicara sendiri yang keheranan. Lalu membuka pintunya, pria itu pun langsung diserang
Monster ganas bersayap burung, kedua kaki cakarnya begitu kuat, mampu memegang dan menahan serta mengangkat seekor domba dan kambing. Devior dan Khaigor dibayar untuk membasmi monster bersayap itu, yang memakan hewan ternak, mengganggu makhluk hidup dan menyerang, serta mengangkat manusia, hewan dan makhluk hidup lainnya.Sampailah mereka di suatu desa, makhluk itu muncul mengganggu para warga, Devior dengan busur mengarahkan panahnya pada makhluk itu, namun tak kena. Khaigor, memanahnya dengan busur silang, begitu sulit mengenainya. Devior pun mencoba dengan tiga anak panah lagi-lagi tak kena hanya satu anak panah yang hampir mengenainya, sempat seketika mengganggu pandangannya. Monster itu pun turun mereka berdua menunduk, menyerang dengan cakarnya kemudian mengambil busur silang milik Khaigor berusaha merusaknya, Devior meminjam tombak, seketika makhluk itu mulai terbang ke arah mereka, Devior pun melempar tombaknya ke arah makhluk itu, namun makhluk itu berhasil menghindarinya lag
Setelah sekian tahun berlatih menjadi Gridor dan telah mengembankan berbagai misinya, kini Khaigor resmi sudah menjadi seorang Gridor yang sebenarnya, yang sudah menjalani ketentuannya, meskipun dulunya belum sepenuhnya resmi menjadi Gridor dalam ikut menjalani perbuatan bersama para Gridor, yang tampak seperti kontradiksi yang terjadi.Khaigor yang seorang Gridor sedang berada di lumpur melewati rawa-rawa, diserang oleh suatu makhluk yang berada di bawah menarik kedua kakinya, karena Khaigor yang terlalu kuat itu pun dan terus mempertahankan diri, makhluk itu kesulitan menariknya dari bawah, makhluk itu langsung keluar dari dalam lumpur. Bentuknya seperti manusia mayat hidup dengan mata yang terang seperti hewan nokturnal, tubuhnya sedikit lebih besar dari pada manusia, makhluk itu gemar menyerang siapa saja yang menurutnya mampu dihabisinya, Khaigor mengerahkan tenaga dalamnya berupa sinar yang mematikan menyerang makhluk itu, mengenai kepalanya. Lalu satunya lagi muncul dari belaka
Di tempat pedalaman hutan yang jauh, dicurigai adanya gerak-gerik para goblin yang berada di sana. Lima Gridor dibayar untuk menumpaskan mereka, karena mereka dicurigai berbahaya dan mengancam para warga, mengambil hewan ternak, buah-buahan dan sayuran, serta terjadinya pembunuhan beberapa kali pada para warga, yang mengejutkannya adalah meninggalnya seorang pemimpin pasukan khusus tertinggi di sana sewaktu sedang bepergian sendirian. Goblin adalah makhluk yang menyerupai dan seukuran manusia juga tak secerdas manusia, namun secara kekuatan fisik cenderung lebih kuat, bersifat licik, jahat serta suka mencuri. Kulitnya berwarna hijau serta bertelinga runcing dan bergigi tajam seperti hewan. Wajahnya seperti monster mirip kera. Mereka adalah pengganggu kecil. Sebagian para Goblin tersebut ahli dalam kegerakan mengendap-endap. Mereka terlihat sedang membakar santapan mereka. Kelima Gridor itu langsung membantai mereka, para goblin itu bertempur melawan mereka. Goblin dari segala arah ya
Khaigor melawan monster yang sangat kuat, musuh yang lebih besar, tubuhnya seperti gabungan gajah dan badak, namun lehernya panjang setengah ukuran ular biasanya. Bergigi tajam dan memiliki cakar di setiap kakinya. Ada satu cula di kepalanya. Dia menyerang keempat kakinya, menebas demi tebasan, namun diseruduk dan terlempar. Lalu mengeluarkan tenaga mematikan cahaya lebar dari tangannya, mengenai kepalanya. Lalu melemparkan belati beracun pada salah satu matanya, sekian waktu mereka bertarung, makhluk itu mulai melemah akibat efek racun itu.Dia menebar bubuk-bubuk ungu yang menyengat, makhluk itu semakin mengamuk, namun tenaganya semakin berkurang hingga terlihat dari luar eskpresinya tak semengamuk perasaan di dalamnya. Dia menyerang telinga sebelahnya dengan energi cahaya mematikan itu, hingga makhluk itu berdenging. Melompat ke atas tubuhnya, mengambil belati yang tertancapkan itu, lalu menikam lehernya dengan kedua senjata, pedang di tangan kanan dan belati beracun itu di sebelah
Di tengah pencarian sahabatnya, dia singgah di suatu kerajaan yang berada di bawah kepemimpinan kerajaan Bukit Ragam di Barat akibat sudah di invasi, salah satu dari lima kerajaan kuat yang telah menginvasi negerinya. Dan rajanya menjadi raja boneka kerajaan tersebut.Khaigor jadi teringat ketika mau menanyakan ke penduduk sana tentang keberadaannya sahabatnya itu, “Ingat jangan tunjukkanSesudah menanyakan sekian orang, Khaigor tampak menyesal telah membakar gulungan lukisan bergambar dia dan keempat sahabatnya itu, sampai suatu ketika bertemu dengan seorang prajurit legion dan menanyakan mereka, “Kau tau pria yang bernama Alan dari Therazium, dia temanku, dulunya dia pernah mengatakan dia pergi ke negeri ini?”“Iya aku tau. Dia sudah pergi lama jauh sebelum kerajaan ini di bawah kekuasaan negeri Bukit Ragam, tapi aku kenal seseorang yang berteman dengannya, dia seorang perwira yang sulit di temui, ngomong-ngomong besok ada pertemuan penting di suatu gedung, akan ku tanyakan dia di sa
Seorang ksatria, ksatria kegelapan dengan kudanya sedang berjalan di salju deras pada malam hari, begitu dingin dan mengganggu penglihatan juga gerak tubuh.Dia merasa mempunyai kesalahan, kesalahan yang teramat besar sangat sulit di maafkan.Negerinya telah hancur, para pemimpinnya raja, ratu, pangeran dan tuan putrinya telah mati, sepertinya hanya dia sendiri yang tersisa.Dia sedang tidak menebus kesalahannya lagi, hanya berkelana dan ingin menghilangkan kebosanan. Dia pernah ingin memakan monster sebagai simbol atas penebusannya tersendiri tapi tak ada satu pun monster yang bisa di makan, setelah dia mencoba mengunyah daging satu monster yang dibunuhnya, terasa sangat tidak enak, begitu pahit, keras, bau, sebelumnya dia sangat berhati-hati dalam memilih monsternya, agar terhindar dari racun atau penyakit yang mengganggu fungsi tubuh.Seorang anak kecil laki-laki tersesat di tengah salju tertinggal dari teman-temannya, sampai langit mulai berubah gelap, dan bertemu dengan sesosok m
“Kalian pembasmi monster, makhluk berbahaya dan prajurit bayaran. Sudah banyak musuh-musuh tangguh, ksatria, raja, raksasa, monster, siluman yang kalian bantai habis. Kalian pastilah manusia super, bukan manusia biasa,” ucap seorang raja. Tiga gridor itu di utus untuk menghabisi sesosok monster raksasa yang mengamuk di sekitar sungai, yakni Tarasque makhluk berbentuk seperti naga tanpa sayap dengan kepala singa, tubuh lembu yang ditutupi tempurung kura-kura, kaki enam beruang, dan ekor besar kuat seperti ular. Monster itu mencakar-cakar dan berlari lambat seperti gajah dengan tubuh besarnya, mereka dalam posisi mengelilingi kesulitan menyerangnya, juga menangkis dengan palu, pedang, dan perisainya, sebab makhluk itu menghalau dengan ekornya serta melindungi diri dan menabrakkan diri dengan tempurungnya. Auman nyaringnya terhempas berbalik ke dirinya, akibat pantulan dari kalung mereka gridor. “Heuuhh…. Monster yang teramat ganas,” ragu Gedrix dengan pedang dan perisainya. “Aku kebi
Setelah dia pergi dari situ seketika dia bertemu dengan gerombolan orc, lalu berkata pada mereka, “Kalian para orc, aku tadi tak sengaja melihat mayat para orc lainnya dan manusia suku pedalaman berserakan karena pertempuran.”“Jangan bicara omong kosong. Kami sedang pergi tak untuk berperang.”“Orc, siapa peduli?!”Kemudian berubah pikiran, “Mohon jangan ke arah sana, aku ada merasa firasat buruk, kalau tak percaya lihat saja sendiri.”“Memangnya kau manusia lebih berpihak pada kami orc, dan melawan sesama manusia.”“Mereka musuh kami juga. Aku mencoba menyakinkan kalian. Ada saatnya tuk berperang.”“Jangan coba membohongi kami, kau kira kami takut,” lalu sambil mengacungkan pedangnya ke depan, “Karena kau seorang gridor,”“Kalau begitu terserah kalian, bukan urusanku.” Mendengar peringatannya mereka jadi ragu membantahnya.Tak lama kemudian dari jauh orang-orang pedalaman muncul berlarian di antaranya berkuda, dengan jumlahnya yang sebegitu banyak mengejar mereka.“Cepat pergi, biar
Seorang raja yang menugaskan Avery beserta pasukannya ke sana sebelumnya merasa curiga, “Hmmm… Kenapa mereka belum juga kembali, apakah semuanya telah tewas?”Dalam mimpinya, Avery sewaktu kecil sedang bermain dengan seorang teman perempuan sebayanya, dia berada di suatu bukit dipenuhi dengan rumput-rumput subur. Lalu pergi ke pinggir perairan, temannya itu tiba-tiba ditarik oleh sesuatu yang aneh berwarna gelap, panjang dan begitu besar, dibawa ke dalam perairan, Avery dan temannya berteriak ketakutan, dia tak dapat berbuat apa-pun. Pada saat-saat amat terdesak itu dia mengeluarkan sebuah material gelap dan kasar seperti batu dari kantong celananya, yang dia dapatkan di gua sewaktu mencoba-coba berjelajah sendirian lalu dipukulnyalah badannya, makhluk itu kesakitan dan menjerit luar biasa, seketika dia berlari ketakutan sekencang-kencangnya hingga melepaskan benda itu dari genggamannya.Pada keesokan harinya, Avery yang lemas setengah sadar di bopong oleh dua orang di kiri-kanannya de
Beberapa Gridor yang disewa bergabung bersama prajurit yang diantaranya terdiri dari manusia raksasa tuk berperang, di depannya ribuan pasukan bersiap sambil menunggu aba-aba.Seorang prajurit manusia raksasa dengan tombak dan perisainya, berbicara pada Khaigor, “Aku ingat di saat aku terhalau dan temanku diserang dalam perang, dia sudah menyerah meminta ampun, tapi belas kasihan tetap tak diberikan…”“….. tak akan pernah adanya kedamaian yang absolut, buktinya perang masihlah terjadi dan menumpahkan darah, baik melawan manusia, orc, monster atau pun musuh lainnya,” lanjutnya.Lalu kedua belah pihak mulai berlari maju saling melawan. Khaigor menebas, menangkis, menebas lagi dan menikam kepala. Si raksasa itu menombak, para musuh menghindar menjaga jarak sehingga serangan mereka jadi lebih lambat. Dia menendang kaki musuh, menangkis serangan dengan perisai lalu maju berlari sambil menombak salah satunya tertancap di dada, dia mengantam beberapa musuh di sebelahnya dengan perisai seperti
“Para goblin mengganggu orang-orang yang melewati jembatan kita, pada saat kerajaan kita sedang mengalami kekurangan prajurit akibat perang!” amuk seorang raja sampai memukul sekali pegangan kursi singgasananya dengan sebelah genggaman bawah tangan kanannya. “Kita harus menggunakan jasa gridor,” Saran penasihatnya.“Apa?!” ucapnya terheran-heran. “Ayolah hanya perlu satu gridor untuk membasmi mereka semua, lagi pula kerajaan kita ini kerajaan kecil,” lanjut penasihatnya. Raja pun memikirkannya membuka dua jari tangan kanan telunjuk dan tengah, menyandarkannya ke dagu, ditambah lagi kerajaannya sekarang mengalami ketidakstabilan ekonomi, “Baiklah, panggil satu gridor.”Neos berjalan menyamar sebagai warga biasa di jembatan mengenakan jubah bertudung, para goblin datang mulai merampok dengan ancaman senjata, kemudian salah satunya mulai hendak menikam dengan pisau, dia menangkap tangannya dan memelintirnya, lalu goblin itu mengapaknya menggunakan tangan sebelahnya, Neos melompat mundur s
“Bantu aku dan akan ku bagikan sebagian dari bayaran yang akan dibayarkan padaku. Senilai SN365.000,” ucap Megrito yang akan melawan satu monster dan melihat di sebelahnya ada Khaigor yang sedang berjalan melewati genangan air hendak menuju ke daratan, sehabis membantai satu makhluk berbahaya yang mirip manusia dan mayat hidup dengan tebasan terakhir ke belakang kepalanya tersungkur dalam posisi tengkurap. “Dengan senang hati,“ Khaigor pun setuju membantunya. Monster itu berupa makhluk berkaki dua, muka seperti reptil, berjari kaki dan tangan berjumlah lima serta bercakar, memiliki ekor yang lancip seperti reptil pula, badan membungkuk seperti ayam. Di setiap tubuhnya adanya duri dari atas kepala sampai tubuh sebatas awal ekor. Di kedua lengannya adanya sayap berbentuk setengah bundar, seperti sayapnya kadal Draco yang melompat secara melayang. Monster itu memajukan serangannya dengan giginya dan menyeruduknya dengan kepalanya dan badannya, dia mencakar-cakar. Dia melompat dan menyer
Di sisi waktu Khaigor mendapatkan tawaran untuk membunuh sesosok monster bergender perempuan yang dijuluki sebagai The Sharp Hider (Si Tajam Penyembunyi), yang diperkirakan sebagai penculik dan pemakan anak-anak. Dia berukuran begitu besar dan mampu memanjat dan bergelantungan di pepohonan, semua giginya tajam bertaring dan mampu membuka mulutnya sangat lebar selayaknya mulut ikan hiu, pupil matanya lancip dan penglihatannya serta pendengarannya tajam, gerakannya begitu cepat, semua kuku jarinya tajam dan panjang, mampu mengeluarkan suara ultrasonik yang memekikkan telinga, terkadang berjalan merangkak atau berdiri, tubuhnya cukup panjang, bisa bersembunyi dengan mengubah bentuk luarnya dengan berbagai macam bentuk benda yang ada, namun rupanya tetap, jika ada pohon, kayu atau benda berbentuk kotak, dia akan mengubah bentuknya menjadi kotak atau sesuai bentuk benda tersebut berusaha anggota fisiknya tak terlihat keluar dari benda itu, dan bersembunyi di sana serta berkamuflase dengan