Share

22. Wanita Pengacau

Penulis: A mum to be
last update Terakhir Diperbarui: 2023-07-14 22:40:37

Bagaimana ini? Permintaan Farel barusan sangat memberatkan. Lily tidak mungkin membujuk sang suami untuk mengiyakannya bukan?

“Maaf ya. Mama benar. Kau tak bisa ikut,” kata Keenan memberikan jawaban.

“Kenapa? Aku janji tidak akan mengganggu papa,” rengek Farel manja. “Dulu papa bilang aku masih kecil makanya belum boleh ikut kerja. Sekarang aku sudah besar.”

Ada rasa perih yang seketika menjalar di hati Lily usai mendengar kalimat putranya tadi. Terbayang bagaimana banyak caci maki yang dilontarkan pihak keluarga mantan suaminya kala itu. Ternyata Farel bisa mengingat luka tersebut sampai sekarang.

“Waktunya tidak tepat. Lain kali saja ya.”

“Aku mau sama papa.” Farel masih memohon.

Keenan pun menghela napas berat. Lantas berbisik pada Lily. “Apa yang bisa kulakukan agar dia tidak menganggu?”

Lily berpikir sejenak kemudian memberikan saran pada Keenan yang langsung disanggupi oleh pria dingin itu. “Kita makan siang di luar saja yuk. Papa masih punya waktu. N
Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • Papa Baru untuk Anakku   23. Siapa Nih?

    Lily menggeleng pelan. “Ini bukan apa-apa. Hanya memar biasa.”“Baiklah,” jawab Keenan singkat. Tak mau memikirkan hal yang dianggapnya remeh seperti barusan. Dia pun memberikan perintah pada sang sopir untuk mengemudikan mobil ke hadapannya. “Kalian pulanglah.”“Papa gimana?” tanya Farel dengan polosnya.“Sebentar lagi ada mobil lain yang menjemput.” Farel pun lekas menurut dan segera masuk ke dalam mobil. Tak pelak bocah itu mengecup punggung tangan Keenan. Namun, saat Lily hendak melakukan hal yang sama suara nyaring dari arah belakang mengalihkan atensinya. Seorang pria dengan setelan jas formal seperti sang suami berjalan mendekat sambil tersenyum. Tatapannya tertuju pada Lily dengan pandangan yang sangat sulit diartikan. Tak berapa lama kemudian dia mengulum senyum.“Wah, siapa nih? Malah kelihatan bening. Kalau gebetan kayaknya enggak mungkin.”Keenan berdecak pelan. “Bukan urusanmu.” Dia melirik ke arah Lily yang tampak canggung. “Masuklah.”“I-iya.

    Terakhir Diperbarui : 2023-07-17
  • Papa Baru untuk Anakku   24. Bukan Siapa-Siapa

    “Permisi,” ucap Lily dengan suara yang sangat pelan.“Hei, saya belum selesai bicara,” kata pria itu. “Kamu yang tadi bersama dengan Keenan ‘kan?”Lily menggeleng cepat. “Bu-bukan. Anda pasti … salah orang.”“Benarkah?” Kedua alis lawan bicaranya itu saling bertaut. “Kayaknya memang kamu. Tunggu dulu biar saya—”“Maaf, Pak. Saya masih banyak kerjaan. Permisi,” potong Lily yang bergegas pergi dari sana. Wanita itu berjalan setengah berlari dengan sekuat tenaga. Napasnya pun sudah terengah-engah.“Eh, kenapa?” tanya Nina begitu melihatnya kembali ke ruangan.“Enggak. Aku tadi salah masuk toilet pas kebelet,” bohong Lily yang tampak begitu natural.Nina pun tergelak. “Ada ya gitu. Jadi kamu udah lihat apa aja?”

    Terakhir Diperbarui : 2023-07-18
  • Papa Baru untuk Anakku   25. Apa Dia Begitu Spesial?

    “Asih, jangan ngomong sembarangan,” tegur Mbok Jum yang malah merasa tak enak hati dengan sikap anggotanya. “Minta maaf kamu!”“Kenapa harus minta maaf, Mbok? Aku salah apa?” Pelayan bernama Asih itu tetap keras hati.Lily yang baru saja menghabiskan tiga suapan nasi ke dalam mulutnya lekas tersenyum simpul. “Udahlah Mbok. Enggak pa-pa. Bi Asih enggak ngerasa bersalah sih wajar. Kelihatannya dia memang biasa ngomong begitu.” Lily sama sekali tak menunjukkan rasa tersinggungnya. Hingga kemudian dia kembali melanjutkan suara, “Cukup tahu saja sebenarnya. Oh ya. Sikap seseorang mencerminkan dari mana dia berasal bukan? Emas jika dilemparkan ke selokan pun nilainya akan tetap berharga, sedangkan bangkai jika diletakkan di taman bunga sekalipun masih dipandang menjijikkan.” Perkataan telak yang ditujukan untuk menyindir Asih memang. Terbukti wanita yang usianya hanya beda beberapa tahun lebih muda darinya itu tengah kelabakan sendiri. Sekaligus merasa tertampar pula. Sementar

    Terakhir Diperbarui : 2023-07-22
  • Papa Baru untuk Anakku   26. Menjemput Farel

    Keenan mendengkus kasar lalu berdecak setelahnya. Kesal lantaran temannya tersebut tampak tertarik pada Lily.“Oke,” kata Dimas sambil tersenyum penuh arti. “Aku pamit sekarang. Tolong sampaikan salamku pada Lily ya.” Tatapan tajam Keenan membuatnya justru terkekeh. “Iya iya. Lain kali mungkin kami bisa bertemu lagi.” Usai memastikan kalau Dimas sudah benar-benar pergi, barulah dia bergegas menaiki anak tangga. Menyusul sang istri yang ternyata ada di kamar Farel.TOK TOK TOK!!“Lily! Buka pintunya!” pekik Keenan tak sabaran. Lily yang sudah sangat mengantuk mau tak mau terpaksa mengayunkan langkah menuju sumber suara. Lantas menyembulkan kepala begitu membuka sedikit pintu kamar putranya itu.“Kenapa?” tanyanya dengan suara serak karena mata yang sudah memberat.Alih-alih menjawab pertanyaan barusan, Keenan malah mendorong tubuh sang istri ke dalam. “Apa yang kau lakukan tadi, hah??”“Apa? Aku hanya menjelaskan agar Pak Dimas tidak salah paha

    Terakhir Diperbarui : 2023-07-25
  • Papa Baru untuk Anakku   27. Menikmati Sore

    “Suaminya Lily ya?” tanya wanita yang baru saja tiba di depan Keenan dan Farel.“Iya,” jawab Keenan singkat.Wanita tersebut meringis pelan lalu berjalan mendekati mereka. “Kenapa mau sama Lily sih? Kamu dipelet mungkin sama dia.”Keenan berdecak lalu mengeratkan dekapannya pada Farel yang mulai terganggu dengan kedatangan orang itu. Baru saja dia hendak bersuara, Lily dan sang bibi muncul dari arah dalam. Kedua perempuan itu saling menoleh ketika melihat senyum yang dipaksakan oleh tetangga mereka.“Eh, Bu. Saya mau beli beras kemari.”“Iya. Langsung ke warung saja kalau gitu. Sebentar lagi saya menyusul. Lily mau pamit dulu,” jawab bibi dengan cepat.Setelah wanita tadi pergi, barulah Lily mendekati dua pria beda usia tersebut. “Kita pergi yuk, Sayang,” katanya pada Farel. “Salim ke nenek dulu.”Farel menurut lalu tersenyum begitu kepalanya dielus le

    Terakhir Diperbarui : 2023-07-26
  • Papa Baru untuk Anakku   28. Sopir Cantik

    Ucapan tadi terjeda lantaran sang sopir meringis setelahnya. “…, Perut saya mules lagi. Sepertinya salah makan.”Lily yang langsung tanggap segera memutar pandangannya ke berbagai arah. Kedua matanya menyipit saat melihat klinik bersalin di seberang café. “Pak, badan Bapak lemes itu. Kita ke sana ya.”“Eh, enggak usah Nyonya. Saya masih kuat kok. Cuma enggak bisa nyetir aja. Takut salah fokus,” tolak pria seusia pamannya tersebut.Keenan pun berdecak. “Jangan membantah. Turutin kata-kata Lily.”“I-iya, Tuan. Maaf kalau merepotkan.” Lily sibuk memapah sang sopir. Sementara Keenan menggendong Farel agar perjalanan mereka bisa cepat menuju klinik bersalin yang dimaksud Lily tadi. Setidaknya ada pertolongan pertama yang didapatkan oleh pria tersebut.“Kasihan kakek itu ya, Ma,” gumam

    Terakhir Diperbarui : 2023-07-28
  • Papa Baru untuk Anakku   29. Apa-Apaan Ini??

    “Oh. Hemm … dari teman. Sudah lama sekali,” jawab Lily sembari mengulum senyum. Setelahnya tidak ada lagi pembicaraan karena Lily kembali fokus ke jalan raya sana. Hingga beberapa menit kemudian mereka tiba di tempat tujuan. Beruntung hujan berangsur reda. “Makasih ya, Nyonya. Maaf sudah merepotkan,” kata Pak Sopir yang merasa sungkan. “Sama-sama, Pak. Namanya juga musibah ya kita mana tahu,” balas Lily yang segera menyerahkan kunci mobil pada pria paruh baya tersebut. Farel yang tampak kelelahan karena satu harian bermain segera pamit undur diri menuju kamarnya. Meninggalkan sang mama dan papa yang masih berada di ambang pintu utama. “Bang!” panggil Lily saat suami dinginnya itu berjalan menuju anak tangga. Keenan pun menoleh tanpa mengeluarkan suara sama sekali. Menunggu apa yang hendak diucapkan oleh wanita tersebut. “Apa ada yang mau masak untuk nanti malam.” “Terserah. Yang penting jangan terlalu banyak minyak dan santan.” “Kalau sup iga bagaimana?” tanya Lily menawarkan.

    Terakhir Diperbarui : 2023-08-01
  • Papa Baru untuk Anakku   30. Perkara Alergi

    PRANG!! Keenan melemparkan piring makannya ke lantai. Sontak aksinya barusan membuat semua orang ketakutan.“Bang.” Lily hendak bertanya. Namun, dia kembali mengatupkan bibir ketika melihat sorot mata tajamnya suami. Sementara Farel sudah bangkit dari duduknya usai mendengar pecahan piring tersebut. Bocah itu segera memandang awas sang papa sambung yang kelihatan sangat menyeramkan.“Mbok Jum!! Kemari!!” pekik Keenan dengan suara tegasnya. Tak butuh waktu lama hingga kepala pelayan yang dielukan namanya tadi muncul di depan mata. “I-iya, Tuan.”Keenan meneguk habis sisa air minumnya lalu berujar dengan lantang, “Siapa yang menyiapkan makan malam ini??”“Aku, Bang. Aku yang masak sendiri,” ucap Lily cepat. “Kenapa?”“Mama,” rengek Farel yang sudah gemetaran. Anak usia empat tahunan itu memeluk pinggang mamanya. Suaranya bergetar hendak menangis.“Sayang, jangan takut ya.” Lily memberi kode pada Keenan agar menjaga sikapnya. Lantas segera menyuruh

    Terakhir Diperbarui : 2023-08-02

Bab terbaru

  • Papa Baru untuk Anakku   141. Keluarga Yang Hangat (TAMAT)

    “Maafkan aku karena telah membuatmu hamil.” Pernyataan barusan membuat Lily yang tengah kesakitan sontak tertawa. Tak pelak sopir yang juga ikut mendengarnya terbahak tanpa sadar. “Abang?” rengek Lily di sela-sela kontraksi yang memelan sekejap. “Enggak pa-pa. Aku bisa. Jangan cengeng dong. Anak kita mau lahir. Masa’ papanya nangis.” “Iya, Tuan. Harus semangat supaya Nyonya kuat lahirannya.” Sang sopir juga tak mau kalah memberikan dukungan. “Kalian benar.” Keenan menyeka cepat air matanya yang sudah membasahi pipi. “Aku harus mendampingimu di ruang bersalin nanti. Kalau dokter melihatku lemah, mereka tidak akan mengijinkanku masuk.” Lily tersenyum mendengar ucapan suaminya. Tak berapa lama mobil pun tiba di tempat tujuan. Keenan pun memekik dari arah luar agar para petugas menyiapkan kursi roda untuk istri tercintanya. Seorang bidan yang kebetulan bertugas shift sore memeriksa jalan lahir Lily. Lantas mengatakan, “Ini masih pembukaan sembilan lebih. Sebentar lagi waktunya ber

  • Papa Baru untuk Anakku   140. Menjelang Persalinan

    “Hai, Tante!” sapa Farel sembari melambaikan tangannyan ke arah Lisna. Bocah polos itu bahkan sudah bergerak untuk salim pada wanita yang ada di depan mereka. Lisna pun mengangguk sambil tersenyum. “Kau sudah semakin besar ya.” “Iya dong,” sahut Farel cepat. “Aku juga mau punya adik.” “Ya.” Lagi-lagi Lisna hanya bisa mengangguk saja. Dia pun menoleh pada Lily lalu berkata, “Selamat ya atas kehamilannya.” “Terimakasih.” Kali ini Keenan yang menjawab dengan sorot mata tidak bersahabat. Dia masih menyimpan amarah atas perbuatan Lisna kala itu. “Maafkan aku.” “Sudahlah. Jangan dipikirkan lagi,” kata Lily yang kini sudah tersenyum manis. “Kamu apa kabar?” “Aku … baik.” Tak lama setelah itu mereka mendengar nama Lisna yang dielukan oleh seseorang. Semuanya sontak menoleh. “Sayang, kamu di sini?” Dimas. Pria tersebut terlonjak kaget begitu melihat tiga orang yang sekarang bersama Lisna. Dia pun jadi salah tingkah. “A-aku dan Dimas —” “Bulan depan kami akan tunangan,” potong Dima

  • Papa Baru untuk Anakku   139. Lily Yang Manja

    Farel sangat bersemangat bercerita dengan Adrian tentang kabar janin yang dikandung oleh sang mama. Dia bahkan sama sekali tak menggubris kue dan camilan yang disediakan di atas meja. Seperti biasa. Suaranya selalu mendominasi di antara para orang dewasa.“Wah. Papa turut senang karena sebentar lagi kamu mau jadi seorang kakak.” Adrian merespon dengan kuluman senyumnya. Lantas dia menoleh ke arah Lily yang tengah mengusapi perut buncitnya. Jujur kalau memang sampai sekarang rasa cinta itu masih belum memudar.“Ya sudah. Papa antar kau ke atas untuk bersiap-siap ya.” Keenan bangkit dari duduknya lalu menggamit tangan Farel. Meninggalkan Lily bersama Adrian yang masih berada di ruang tengah. Suasana berubah menjadi hening. Hingga kemudian Adrian memilih untuk berbicara terlebih dahulu. Dia tersenyum getir menyaksikan sang mantan istri yang kini sedang berbadan dua.“Selamat ya untuk kehamilan kamu.”“Makasih, Mas.” Lily mengangguk sambil tersenyum. “Jangan lu

  • Papa Baru untuk Anakku   138. Persiapan Tujuh Bulanan

    “…, ya. Dia laki-laki seperti dirimu.”“Laki-laki?” ucap Farel mengulang pernyataan sang dokter. Pria berjas putih itu mengangguk singkat sambil tersenyum.“Kau senang?” tanya Keenan yang dilangsung diiyakan oleh Farel tanpa jeda.“Aku punya teman. Yeay!!” soraknya lagi. Setelahnya dokter pun menginformasikan pendidikan kesehatan tentang kehamilan pada Lily dan Keenan. Kini pasangan suami istri tersebut saling menggenggam sembari tersenyum penuh.“Usia kehamilan Anda sudah masuk 22 minggu. Semoga prediksi jenis kelamin tetap tidak berubah ya.”“Kalaupun adikku perempuan tidak masalah,” celetuk Farel masih dengan keceriaan yang sama. “Nanti aku bisa minta papa untuk—”“Sayang?” potong Keenan cepat. “Tali sepatumu terlepas.” Atensi bocah usia empat tahunan itu pun teralihkan. Beruntung percakapan tadi tidak berlanjut. Kalau tidak bisa dipastikan bahwa Keenan dan Lily akan merasa malu. Tahu bahwa anak mereka tersebut mengutarakan hal yang menggelikan.“Makanya

  • Papa Baru untuk Anakku   137. Detak Cinta

    “Aku mau adik laki-laki,” ucap Farel ketika keluarga kecil mereka baru saja beristirahat usai berjibaku di dalam kolam renang. Matanya berbinar ketika ikut meletakkan tangan di perut buncit sang mama. “Sepertinya kau yakin sekali,” goda Keenan yang kini sudah menempelkan telinga di bagian sisi perut yang lain. Pria itu mengerjap ketika merasakan sesuatu menendang dari dalam sana. Membuat dia dan Farel terkekeh serempak lalu sibuk berdebat tentang jenis kelamin calon anggota keluarga baru mereka tersebut. “Tuh ‘kan? Dia bilang kalau akan menjadi temanku bermain badminton nanti.” Kali ini Farel justru merasa sangat percaya diri dengan tebakannya. Sementara Lily hanya tersenyum sembari mendengar dua pria beda usia yang dicintainya itu berdebat terus-terusan. Pemandangan indah yang sudah lama ia dambakan sejak jauh hari. Tak lama kemudian dirinya menyingkirkan tangan mereka dan bersiap hendak bangkit dari kursi. “Ma, katakan kalau adikku laki-laki,” rengek Farel yang ham

  • Papa Baru untuk Anakku   136. Jangan Jadi Ayah Seperti Daddy

    “Om minta maaf ya.” Namun, Keenan masih membungkam mulutnya. Sama sekali tak menggubris permintaan maaf dari pria paruh baya tersebut. Sementara Lily yang memang gampang sekali kasiha menatap wajahnya dengan iba.“Bang, kasihan sama Dokter Faisal.” Lily meremas lembut telapak tangan suaminya agar respon. Barulah Keenan berdecak pelan lalu menoleh ke arah tamu yang tak diharapkannya itu.“Om tidak salah apa-apa.”“Iya, Nak, tapi Lisna—”“Itu tidak ada sangkut pautnya dengan Om,” tegas Keenan dengan rahang yang sudah mengetat. “Dari dulu Om selalu menutupi kesalahannya. Memanjakannya dan selalu jadi tameng. Lihatlah sekarang! Dia bahkan hampir menjadi seorang pembunuh. Untungnya janin di kandungan istriku bisa selamat.”“Lily hamil?” Dokter Faisal semakin merasa bersalah.“Ya.” Keenan lantas menatap kesal dokter kepercayaan keluarganya itu. “Sebenarnya aku ingin melaporkannya pada polisi, tetapi gagal karena istriku yang mencegah. Jadi sebagai gantinya aku mohon dengan san

  • Papa Baru untuk Anakku   135. Masih Lima Minggu

    Keenan kehilangan suaranya begitu menyadari apa yang terjadi. Pria itu terus memeluk Lily sepanjang perjalanan menuju rumah sakit. Tak pelak melabuhkan kecupan kecil di area wajah wanitanya tersebut. Sementara Bagas sesekali menoleh ke belakang. Berusaha memacu kendaraan yang saat ini ia kemudikan sendiri agar bisa berjalan lebih cepat lagi. Jika dia ada di posisi sang tuan sekarang, mungkin juga akan berlaku sama. “Tuan Keenan??” “Lakukan yang terbaik untuk istriku!!” Semua petugas yang ada di ruangan IGD rumah sakit itu bergerak cepat menangani Lily, sedangkan Keenan sibuk mondar-mandir tak karuan. Dia merasa sesak sekaligus menyesali apa yang telah terjadi. Menyalahkan diri sendiri karena keadaan istrinya sekarang. Dua jam kemudian … &n

  • Papa Baru untuk Anakku   134. Wanita Gila

    “Dua kali dia menemuiku. Mengajakku bekerja sama untuk menghancurkan pernikahan kalian.”“Aku tidak percaya.”“Ck. Itu urusanmu. Aku hanya berharap semoga Lily baik-baik saja karena kalau benar wanita itu yang menculiknya, maka habislah sudah.” Percakapan tadi masih terngiang di telinga Keenan. Sekarang dia sudah tidak sabar untuk kembali ke Medan. Beruntung Bagas bisa menyediakan jet pribadi sehingga memudahkan pergerakan mereka tiba di sana dengan cepat.“Saya sudah menghubungi orang suruhan kita untuk mengawasi Nona Lisna,” kata Bagas yang baru saja memutus panggilan lewat ponselnya sebelum kendaraan pribadi itu terbang. “Kita akan langsung dapat kabar begitu sampai di Medan.”“Good,” gumam Keenan yang segera memasang kaca mata hitamnya. “Bagaimana dengan Dimas? Kau juga suruh orang untuk mengawasinya ‘kan?”“Iya, Tuan.” Keenan mengembuskan napasnya dengan keras. Benar-benar tak sabar ingin membuktikan tudingan Adrian tadi. Kalau memang apa yang dikataka

  • Papa Baru untuk Anakku   133. Mencurigai Adrian

    “Tidak!” tolak Keenan cepat. “Aku yakin dia yang menculik Lily.”“Kau gila ya?” Lisna pun geleng-geleng kepala.Keenan menatap tajam Lisna. “Atau kaulah orangnya! Oh ya. Aku pernah melihatmu berbicara dengan Adrian. Kalian mungkin sudah bekerja sama. Jawab, Lisna!!” Pria yang sudah frustrasi itu hendak melayangkan satu pukulan lagi ke wajah Dimas, tetapi sang daddy dan Bagas lebih dulu menahan tubuh kekarnya. Membuat dia jadi terhalang oleh keduanya.“Hentikan!” sentak daddy-nya lagi. “Bukan begini caranya bertindak. Kamu harus berpikir dengan kepala dingin. Kenapa jadi malah brutal??”“Lily itu istriku, Dad!” tukas Keenan dengan perasaan yang campur aduk. “Aku bisa gila karena kehilangan dia. Apalagi saat ini dia sedang … agh!! Dia lagi sakit. Bagaimana dia sekarang? Apa dia baik-baik saja? Tidak ada yang tahu ‘kan?”“Kami mengerti perasaanmu. Tenanglah sebentar,” bujuk daddy-nya. Waktu makan malam sudah lewat sejak beberapa jam yang lalu. Namun, Keenan ma

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status