Beranda / Rumah Tangga / Papa Baru untuk Anakku / 140. Menjelang Persalinan

Share

140. Menjelang Persalinan

Penulis: A mum to be
last update Terakhir Diperbarui: 2023-09-21 21:59:44
“Hai, Tante!” sapa Farel sembari melambaikan tangannyan ke arah Lisna. Bocah polos itu bahkan sudah bergerak untuk salim pada wanita yang ada di depan mereka.

Lisna pun mengangguk sambil tersenyum. “Kau sudah semakin besar ya.”

“Iya dong,” sahut Farel cepat. “Aku juga mau punya adik.”

“Ya.” Lagi-lagi Lisna hanya bisa mengangguk saja. Dia pun menoleh pada Lily lalu berkata, “Selamat ya atas kehamilannya.”

“Terimakasih.” Kali ini Keenan yang menjawab dengan sorot mata tidak bersahabat. Dia masih menyimpan amarah atas perbuatan Lisna kala itu.

“Maafkan aku.”

“Sudahlah. Jangan dipikirkan lagi,” kata Lily yang kini sudah tersenyum manis. “Kamu apa kabar?”

“Aku … baik.”

Tak lama setelah itu mereka mendengar nama Lisna yang dielukan oleh seseorang. Semuanya sontak menoleh.

“Sayang, kamu di sini?”

Dimas. Pria tersebut terlonjak kaget begitu melihat tiga orang yang sekarang bersama Lisna. Dia pun jadi salah tingkah.

“A-aku dan Dimas —”

“Bulan depan kami akan tunangan,” potong Dima
Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • Papa Baru untuk Anakku   141. Keluarga Yang Hangat (TAMAT)

    “Maafkan aku karena telah membuatmu hamil.” Pernyataan barusan membuat Lily yang tengah kesakitan sontak tertawa. Tak pelak sopir yang juga ikut mendengarnya terbahak tanpa sadar. “Abang?” rengek Lily di sela-sela kontraksi yang memelan sekejap. “Enggak pa-pa. Aku bisa. Jangan cengeng dong. Anak kita mau lahir. Masa’ papanya nangis.” “Iya, Tuan. Harus semangat supaya Nyonya kuat lahirannya.” Sang sopir juga tak mau kalah memberikan dukungan. “Kalian benar.” Keenan menyeka cepat air matanya yang sudah membasahi pipi. “Aku harus mendampingimu di ruang bersalin nanti. Kalau dokter melihatku lemah, mereka tidak akan mengijinkanku masuk.” Lily tersenyum mendengar ucapan suaminya. Tak berapa lama mobil pun tiba di tempat tujuan. Keenan pun memekik dari arah luar agar para petugas menyiapkan kursi roda untuk istri tercintanya. Seorang bidan yang kebetulan bertugas shift sore memeriksa jalan lahir Lily. Lantas mengatakan, “Ini masih pembukaan sembilan lebih. Sebentar lagi waktunya ber

    Terakhir Diperbarui : 2023-09-21
  • Papa Baru untuk Anakku   1. Dia Tidak Akan Datang

    “Aku cuma mau papa," gumam anaknya. Lily hanya tersenyum getir usai mendengar kalimat barusan. Permintaan sederhana yang ternyata sangat sulit untuk dia wujudkan. Wanita bersurai panjang itu terdiam cukup lama sembari memandangi buah hatinya yang tengah sibuk menyantap makan siang. “Mau tambah lagi, hemm? Tempe goreng atau ikannya?” tanyanya dengan wajah yang terlihat kembali ceria. “Enggak. Aku sudah kenyang,” tolak Farel pelan. “Mama denger tidak yang aku katakan tadi? Aku mau papa datang di pesta ulang tahunku.” “I-iya. Akan mama usahakan ya, Sayang,” jawab Lily yang sebenarnya juga tak begitu yakin. “Atau aku yang telepon papa saja ya? Aku sudah kangen.” Gelengan Lily membuat bocah yang usianya hampir mencapai empat tahun tersebut seketika cemberut. “Kenapa sih? Papa sudah tidak sayang aku?” “Eh? Siapa bilang begitu? Papa lagi sibuk bekerja. Kamu sabar ya. Nanti mama yang hubungi papa kamu. Sekarang cepat selesaikan makannya, terus tidur siang. Oke?” Anggukan Farel membuat

    Terakhir Diperbarui : 2023-05-22
  • Papa Baru untuk Anakku   2. Papa Ke Mana Saja?

    Napasnya terasa sesak ketika melihat tubuh Farel yang menggigil di bawah selimut. “Pa-pa!” “Sayang, bangun. Ini mama,” ucap Lily dengan suara seraknya yang tertahan. Dirinya panik bukan main ketika merasakan sekitaran badan putranya yang panas. Farel masih dalam keadaan mata terpejam dengan racauannya yang tadi. Dengan cepat Lily menyibak selimut kemudian mengggendong tubuh sang putra dalam hitungan detik. Saat itu juga dia merasakan adanya guncangan yang hebat. “Bibi! Paman! Tolong!!” pekik Lily yang sudah berada di ambang pintu. Tak butuh waktu lama hingga seorang wanita paruh baya muncul dari kamar yang lain. “Eh? Kenapa sama Farel?” “Farel demam lagi, Bi. Dia barusan kejang-kejang! Kita harus ke rumah sakit sekarang.” “Iya iya. Bibi bangunin paman kamu dulu ya.” Kini kendaraan roda tiga yang biasanya dijadikan sang paman untuk mencari nafkah sehari-hari sedang melaju kencang membawa Lily, Farel dan bibinya menuju rumah sakit terdekat. Beruntung jarak fasilit

    Terakhir Diperbarui : 2023-05-23
  • Papa Baru untuk Anakku   3. Tawaran Gila

    “Papa di sini saja. Jangan pergi ke mana-mana lagi,” pinta Farel dengan wajahnya yang masih kelihatan pucat.“Sayang, sudah ya. Susternya mau pasang infus kamu dulu. Sebentar lagi obatnya mau dimasukkan. Dengerin kata mama ya, Nak,” ucap Lily yang hampir frustrasi. Farel hendak memberontak, tetapi tubuh pria dewasa yang dianggapnya adalah sang papa tadi mulai mendekat. Jadilah dia mengangguk dan akhirnya menurut untuk tidak bergerak lagi.“Sakit itu tidak enak. Jadi kau harus cepat sembuh,” katanya dengan suara datar. Namun, ternyata berhasil membuat Farel senang karena merasa diperhatikan.“Papa janji ya tidak akan jauh-jauh dari kami lagi,” gumam Farel dengan sorot matanya yang sendu. “Besok aku ulang tahun. Teman-teman pasti akan bertanya lagi di mana papa. Jadi jangan pergi.”“Aku ada—“Ucapan tadi terjeda saat dokter yang menangani Farel muncul ke dalam ruangan. “Selamat pagi. Wah. Infusnya terlepas ya?”“Maaf, Dokter,” cengir Farel seraya menunjukkan cengiran kudanya

    Terakhir Diperbarui : 2023-05-23
  • Papa Baru untuk Anakku   4. Pilihan Ada Di Tanganmu

    Keenan mengatakan itu dengan sadar, tetapi wanita yang ada di hadapannya malah menuduh kalau dia sudah gila. Rahangnya pun mengeras dengan tatapan yang begitu menusuk pada Lily. “Kau akan menyesali ucapanmu.”“Dasar pria aneh,” gumam Lily. Dia pun lekas berbalik badan dan bergerak cepat meninggalkan Keenan. Hal pertama yang ia lihat adalah wajah sayu sang putra yang tampak celingukan kian kemari. Lily mengulas senyumnya lalu mendekat ke arah brankar.“Papa di mana, Ma?” tanya Farel tanpa mengindahkan kehadirannya sama sekali. “Aku enggak mimpi ‘kan? Tadi kita ketemu papa di taman rumah sakit. Nenek saja yang tidak percaya.” Diamnya sang mama membuat bocah itu menoleh ke arah wanita paruh baya yang tadi menjaganya. “Beneran loh, Nek. Papa nemenin aku di sini. Iya ‘kan, Ma?”“Beneran, Ly?” tanya bibi Lily yang terlihat masih ragu.Lily menggeleng lemah. Dia pun segera mengalihkan pembicaraan. “Gimana, Sayang? Apa tadi bekas infusnya sakit, hemm?”“Mama belum jawa

    Terakhir Diperbarui : 2023-05-23
  • Papa Baru untuk Anakku   5. Status Baru

    “Kita tidak akan melakukan peperangan di atas ranjang,” gumam Keenan sambil tersenyum miring. Wajah Lily yang tadinya terlihat tegang kini tampak kemerahan. “Kenapa? Apa kau kurang belaian, hemm?”“Jaga ucapanmu!” sentak Lily kemudian. Sungguh perkataan barusan sangat menyinggung harga dirinya. Ah. Dia hampir lupa kalau sudah lama kehilangan itu sejak memutuskan menikah dengan Adrian.“Jadi bagaimana?” Keenan sama sekali tak peduli dengan perubahan diri lawan bicaranya tersebut yang tampak tertekan. “Karena kau diam, maka aku anggap setuju. Aku akan urus ini bersama pengacaraku. Jadi bilang pada anakmu bahwa aku akan kembali.” Tanpa ingin mendengar balasan dari Lily, pria arogan tersebut melenggang pergi begitu saja. Kini Lily duduk di sofa ruang rawatan mewah putranya. Di sisi lain ada sang bibi yang sudah tertidur pulas di ranjang samping pasien. Sementara dirinya masih juga terjaga sejak dua jam yang lalu. Meratapi kemalangan hidup yang sepertinya tiada bertepi.

    Terakhir Diperbarui : 2023-05-24
  • Papa Baru untuk Anakku   6. Semakin Menderita

    Teguran tadi membuat sepasang suami istri baru tersebut mematung seketika. Keduanya saling memandang dengan tatapan entah. Hingga beberapa detik kemudian Keenan mengulurkan tangan kanannya pada Lily.“Nah begitu. Jangan lupa diambil buat dokumentasi ya,” kata Pak Penghulu pada orang suruhan Keenan yang tengah memegang kamera.Sementara itu Lily menempelkan dahinya ke arah punggung tangan Keenan. Tak pelak sang pria pun mendekatkan bibir ke telinganya.“Aku bersedia menjadi papa untuk anakmu, tetapi jangan pernah berharap agar aku menganggapmu layaknya seorang istri.” Ucapan yang hanya bisa didengar oleh Lily saja karena jarak mereka yang sangat dekat.CUP!! Suami barunya itu mengecup singkat dahinya. Lantas kembali memundurkan tubuh menjauhi Lily.Penderitaannya bukan berakhir. Malahan bertambah hanya karena status baru yang sekarang ia sandang. Sebagai istri dari seorang pria yang bahkan tidak dikenal sama sekali. Bodoh. Tentu saja. Namun, nalurinya sebagai se

    Terakhir Diperbarui : 2023-06-13
  • Papa Baru untuk Anakku   7. Terlalu Mudah Bagiku

    “Maaf, Pak. Emm... Bb-Bang Keenan maksud saya,” cicit Lily dengan suara seraknya. “Kali ini aku maafkan.” Keenan menatapnya dengan tajam. “Dengar baik-baik, Lily. Aku tak suka kau memanggilku dengan nada yang tinggi. Jadilah penurut kalau mau aku memperlakukan kalian dengan baik.” Wanita itu mengangguk tanpa suara. Lalu kembali berjalan berdampingan dengan Keenan menuju mobil. Tempat di mana putranya kini sudah berada. “Pa, kita mau ke mana?” tanya Farel ketika keduanya sudah berada di masing-masing sisi kanan kirinya. “Kau tunggu saja. Nanti juga akan sampai,” jawab Keenan dengan wajah dingin dan datarnya. Hal itu membuat Farel menunduk dan tak lagi berkata-kata. “Hei, tadi papa bilang apa, hemm? Dia mau kasih kejutan loh. Jadi jangan diganggu dulu,” bisik Lily seraya mengusapi puncak kepala anaknya. “Papa begitu karena dia takut keceplosan bicara, Sayang.” “Oh. Iya,” sahut Farel bernada pelan. Keenan yang tadinya membuang pandangan ke arah luar melirik Farel yang t

    Terakhir Diperbarui : 2023-06-16

Bab terbaru

  • Papa Baru untuk Anakku   141. Keluarga Yang Hangat (TAMAT)

    “Maafkan aku karena telah membuatmu hamil.” Pernyataan barusan membuat Lily yang tengah kesakitan sontak tertawa. Tak pelak sopir yang juga ikut mendengarnya terbahak tanpa sadar. “Abang?” rengek Lily di sela-sela kontraksi yang memelan sekejap. “Enggak pa-pa. Aku bisa. Jangan cengeng dong. Anak kita mau lahir. Masa’ papanya nangis.” “Iya, Tuan. Harus semangat supaya Nyonya kuat lahirannya.” Sang sopir juga tak mau kalah memberikan dukungan. “Kalian benar.” Keenan menyeka cepat air matanya yang sudah membasahi pipi. “Aku harus mendampingimu di ruang bersalin nanti. Kalau dokter melihatku lemah, mereka tidak akan mengijinkanku masuk.” Lily tersenyum mendengar ucapan suaminya. Tak berapa lama mobil pun tiba di tempat tujuan. Keenan pun memekik dari arah luar agar para petugas menyiapkan kursi roda untuk istri tercintanya. Seorang bidan yang kebetulan bertugas shift sore memeriksa jalan lahir Lily. Lantas mengatakan, “Ini masih pembukaan sembilan lebih. Sebentar lagi waktunya ber

  • Papa Baru untuk Anakku   140. Menjelang Persalinan

    “Hai, Tante!” sapa Farel sembari melambaikan tangannyan ke arah Lisna. Bocah polos itu bahkan sudah bergerak untuk salim pada wanita yang ada di depan mereka. Lisna pun mengangguk sambil tersenyum. “Kau sudah semakin besar ya.” “Iya dong,” sahut Farel cepat. “Aku juga mau punya adik.” “Ya.” Lagi-lagi Lisna hanya bisa mengangguk saja. Dia pun menoleh pada Lily lalu berkata, “Selamat ya atas kehamilannya.” “Terimakasih.” Kali ini Keenan yang menjawab dengan sorot mata tidak bersahabat. Dia masih menyimpan amarah atas perbuatan Lisna kala itu. “Maafkan aku.” “Sudahlah. Jangan dipikirkan lagi,” kata Lily yang kini sudah tersenyum manis. “Kamu apa kabar?” “Aku … baik.” Tak lama setelah itu mereka mendengar nama Lisna yang dielukan oleh seseorang. Semuanya sontak menoleh. “Sayang, kamu di sini?” Dimas. Pria tersebut terlonjak kaget begitu melihat tiga orang yang sekarang bersama Lisna. Dia pun jadi salah tingkah. “A-aku dan Dimas —” “Bulan depan kami akan tunangan,” potong Dima

  • Papa Baru untuk Anakku   139. Lily Yang Manja

    Farel sangat bersemangat bercerita dengan Adrian tentang kabar janin yang dikandung oleh sang mama. Dia bahkan sama sekali tak menggubris kue dan camilan yang disediakan di atas meja. Seperti biasa. Suaranya selalu mendominasi di antara para orang dewasa.“Wah. Papa turut senang karena sebentar lagi kamu mau jadi seorang kakak.” Adrian merespon dengan kuluman senyumnya. Lantas dia menoleh ke arah Lily yang tengah mengusapi perut buncitnya. Jujur kalau memang sampai sekarang rasa cinta itu masih belum memudar.“Ya sudah. Papa antar kau ke atas untuk bersiap-siap ya.” Keenan bangkit dari duduknya lalu menggamit tangan Farel. Meninggalkan Lily bersama Adrian yang masih berada di ruang tengah. Suasana berubah menjadi hening. Hingga kemudian Adrian memilih untuk berbicara terlebih dahulu. Dia tersenyum getir menyaksikan sang mantan istri yang kini sedang berbadan dua.“Selamat ya untuk kehamilan kamu.”“Makasih, Mas.” Lily mengangguk sambil tersenyum. “Jangan lu

  • Papa Baru untuk Anakku   138. Persiapan Tujuh Bulanan

    “…, ya. Dia laki-laki seperti dirimu.”“Laki-laki?” ucap Farel mengulang pernyataan sang dokter. Pria berjas putih itu mengangguk singkat sambil tersenyum.“Kau senang?” tanya Keenan yang dilangsung diiyakan oleh Farel tanpa jeda.“Aku punya teman. Yeay!!” soraknya lagi. Setelahnya dokter pun menginformasikan pendidikan kesehatan tentang kehamilan pada Lily dan Keenan. Kini pasangan suami istri tersebut saling menggenggam sembari tersenyum penuh.“Usia kehamilan Anda sudah masuk 22 minggu. Semoga prediksi jenis kelamin tetap tidak berubah ya.”“Kalaupun adikku perempuan tidak masalah,” celetuk Farel masih dengan keceriaan yang sama. “Nanti aku bisa minta papa untuk—”“Sayang?” potong Keenan cepat. “Tali sepatumu terlepas.” Atensi bocah usia empat tahunan itu pun teralihkan. Beruntung percakapan tadi tidak berlanjut. Kalau tidak bisa dipastikan bahwa Keenan dan Lily akan merasa malu. Tahu bahwa anak mereka tersebut mengutarakan hal yang menggelikan.“Makanya

  • Papa Baru untuk Anakku   137. Detak Cinta

    “Aku mau adik laki-laki,” ucap Farel ketika keluarga kecil mereka baru saja beristirahat usai berjibaku di dalam kolam renang. Matanya berbinar ketika ikut meletakkan tangan di perut buncit sang mama. “Sepertinya kau yakin sekali,” goda Keenan yang kini sudah menempelkan telinga di bagian sisi perut yang lain. Pria itu mengerjap ketika merasakan sesuatu menendang dari dalam sana. Membuat dia dan Farel terkekeh serempak lalu sibuk berdebat tentang jenis kelamin calon anggota keluarga baru mereka tersebut. “Tuh ‘kan? Dia bilang kalau akan menjadi temanku bermain badminton nanti.” Kali ini Farel justru merasa sangat percaya diri dengan tebakannya. Sementara Lily hanya tersenyum sembari mendengar dua pria beda usia yang dicintainya itu berdebat terus-terusan. Pemandangan indah yang sudah lama ia dambakan sejak jauh hari. Tak lama kemudian dirinya menyingkirkan tangan mereka dan bersiap hendak bangkit dari kursi. “Ma, katakan kalau adikku laki-laki,” rengek Farel yang ham

  • Papa Baru untuk Anakku   136. Jangan Jadi Ayah Seperti Daddy

    “Om minta maaf ya.” Namun, Keenan masih membungkam mulutnya. Sama sekali tak menggubris permintaan maaf dari pria paruh baya tersebut. Sementara Lily yang memang gampang sekali kasiha menatap wajahnya dengan iba.“Bang, kasihan sama Dokter Faisal.” Lily meremas lembut telapak tangan suaminya agar respon. Barulah Keenan berdecak pelan lalu menoleh ke arah tamu yang tak diharapkannya itu.“Om tidak salah apa-apa.”“Iya, Nak, tapi Lisna—”“Itu tidak ada sangkut pautnya dengan Om,” tegas Keenan dengan rahang yang sudah mengetat. “Dari dulu Om selalu menutupi kesalahannya. Memanjakannya dan selalu jadi tameng. Lihatlah sekarang! Dia bahkan hampir menjadi seorang pembunuh. Untungnya janin di kandungan istriku bisa selamat.”“Lily hamil?” Dokter Faisal semakin merasa bersalah.“Ya.” Keenan lantas menatap kesal dokter kepercayaan keluarganya itu. “Sebenarnya aku ingin melaporkannya pada polisi, tetapi gagal karena istriku yang mencegah. Jadi sebagai gantinya aku mohon dengan san

  • Papa Baru untuk Anakku   135. Masih Lima Minggu

    Keenan kehilangan suaranya begitu menyadari apa yang terjadi. Pria itu terus memeluk Lily sepanjang perjalanan menuju rumah sakit. Tak pelak melabuhkan kecupan kecil di area wajah wanitanya tersebut. Sementara Bagas sesekali menoleh ke belakang. Berusaha memacu kendaraan yang saat ini ia kemudikan sendiri agar bisa berjalan lebih cepat lagi. Jika dia ada di posisi sang tuan sekarang, mungkin juga akan berlaku sama. “Tuan Keenan??” “Lakukan yang terbaik untuk istriku!!” Semua petugas yang ada di ruangan IGD rumah sakit itu bergerak cepat menangani Lily, sedangkan Keenan sibuk mondar-mandir tak karuan. Dia merasa sesak sekaligus menyesali apa yang telah terjadi. Menyalahkan diri sendiri karena keadaan istrinya sekarang. Dua jam kemudian … &n

  • Papa Baru untuk Anakku   134. Wanita Gila

    “Dua kali dia menemuiku. Mengajakku bekerja sama untuk menghancurkan pernikahan kalian.”“Aku tidak percaya.”“Ck. Itu urusanmu. Aku hanya berharap semoga Lily baik-baik saja karena kalau benar wanita itu yang menculiknya, maka habislah sudah.” Percakapan tadi masih terngiang di telinga Keenan. Sekarang dia sudah tidak sabar untuk kembali ke Medan. Beruntung Bagas bisa menyediakan jet pribadi sehingga memudahkan pergerakan mereka tiba di sana dengan cepat.“Saya sudah menghubungi orang suruhan kita untuk mengawasi Nona Lisna,” kata Bagas yang baru saja memutus panggilan lewat ponselnya sebelum kendaraan pribadi itu terbang. “Kita akan langsung dapat kabar begitu sampai di Medan.”“Good,” gumam Keenan yang segera memasang kaca mata hitamnya. “Bagaimana dengan Dimas? Kau juga suruh orang untuk mengawasinya ‘kan?”“Iya, Tuan.” Keenan mengembuskan napasnya dengan keras. Benar-benar tak sabar ingin membuktikan tudingan Adrian tadi. Kalau memang apa yang dikataka

  • Papa Baru untuk Anakku   133. Mencurigai Adrian

    “Tidak!” tolak Keenan cepat. “Aku yakin dia yang menculik Lily.”“Kau gila ya?” Lisna pun geleng-geleng kepala.Keenan menatap tajam Lisna. “Atau kaulah orangnya! Oh ya. Aku pernah melihatmu berbicara dengan Adrian. Kalian mungkin sudah bekerja sama. Jawab, Lisna!!” Pria yang sudah frustrasi itu hendak melayangkan satu pukulan lagi ke wajah Dimas, tetapi sang daddy dan Bagas lebih dulu menahan tubuh kekarnya. Membuat dia jadi terhalang oleh keduanya.“Hentikan!” sentak daddy-nya lagi. “Bukan begini caranya bertindak. Kamu harus berpikir dengan kepala dingin. Kenapa jadi malah brutal??”“Lily itu istriku, Dad!” tukas Keenan dengan perasaan yang campur aduk. “Aku bisa gila karena kehilangan dia. Apalagi saat ini dia sedang … agh!! Dia lagi sakit. Bagaimana dia sekarang? Apa dia baik-baik saja? Tidak ada yang tahu ‘kan?”“Kami mengerti perasaanmu. Tenanglah sebentar,” bujuk daddy-nya. Waktu makan malam sudah lewat sejak beberapa jam yang lalu. Namun, Keenan ma

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status