Willy senang dipuji putrinya cantik seperti dirinya dan mirip dengannya, tetapi panggilan ‘Nyonya’ pada putrinya yang masih muda sangat tidak menyenangkan di telinganya."Panggil dia Nona Muda. Putriku masih muda."“Tetapi Nona Muda sudah punya putri." Manajer itu langsung menutup mulut melihat Willy melotot padanya. "Maaf, Nyonya Willy. silakan beristirahat, Nona Muda. Kami akan menyiapkan minuman dan camilan."Manajer toko itu menunjukkan sikap yang hormat dan menyanjung Laura. Dia bisa melihat Laura adalah seorang tuan putri di keluarga Adams, yang bahkan mungkin lebih penting daripada Willy. Para staf juga mengikuti sikap manajer toko untuk menyanjung Laura dan menatapnya dengan tatapan hormat.Laura meringis karena sikap hormat yang sangat berlebihan. Sebaliknya, Willy sangat puas."Mama, mau pipis." Amel menarik tangan Laura dari dalam stroller-nya."Biar sama Nenek saja, kaki Mama capek.""Ibu, kamu juga harus istirahat. Biar aku mengurus Amel ke toilet," kata Laura hendak bangu
Laura terkejut mendengar kata-kata Seline. Kakek menghukum Lucian?Apa karena itu Lucian bersikap agak aneh tadi pagi? "Bibi!" Viola menangis, memegang pipinya yang perih. "Kak Laura berbohong dan memfitnahku! Mungkin dia mengadu pada Kakek Billy karena Lucian bersikap tidak baik padanya. Kak Laura meninggalkan rumah dan tidak kembali semalam! Dia pasti tinggal dengan pria lain, jika tidak, bagaimana dia akan membeli semua ini!" Dia menunjuk wajah Laura dengan ekspresi dendam dan kemarahan karena dipermalukan."Jangan libatkan aku dalam masalah kalian. Aku tidak peduli dengan masalah kalian," balas Laura dingin."Laura!" Seline menggertakkan gigi mengalihkan pandangannya pada Laura. "Aku belum selesai denganmu! Semua ini karena kamu, Lucian menanggung hukuman dari Kakeknya! Jika kamu dengan patuh bercerai, Lucian tidak akan mengalami semua ini!"Laura menatapnya tanpa ekspresi. "Ibu, kamu yakin itu karena aku? Lucian berselingkuh dan dihukum karena sebagai orang tua, kalian tidak me
Laura marah dan balas menarik rambutnya. Dia melampiaskan kemarahan dan dendam di kehidupan sebelumnya pada adiknya."Jadi kenapa jika aku menyebarkan video pornomu? Kenapa pula kamu mengirim video porno mu dengan suamiku padaku! Jika kamu terus memprovokasi aku, aku akan menyebarkan videomu ke seluruh dunia biar semua orang tahu kamu hanya pelacur dan wanita gatal menjadi simpanan suamiku!"Viola melepaskan cengkeramannya di rambut Laura, takut dengan ancamannya. Laura memanfaatkan kesempatan itu dengan memukul hidung Viola."Argh!" Viola berteriak kesakitan. Suaranya paling kencang di antara perkelahian dan umpatan Willy dan Seline. Semua orang menoleh dan menganga melihat wajah Viola. Hidungnya bengkok dengan posisi aneh, seperti sosis yang dipencet. Darah mengalir di hidungnya."Hidungku, hidungku! Aku menghabiskan 10.000 dolar untuk hidung ini... Aaaaaaa..." Viola menangis histeris, tanpa sadar mengungkap hidungnya yang hasil operasi plastik. Beberapa staf menahan tawa melihat
Laura pulang ke rumah sore hari dengan lima mobil mengiringinya. Semuanya penuh dengan barang belanjaannya dan lima pengawal yang dikirim orang tuanya.Sopir dan lima pengawal keluarga Adams membantunya membawa semua barang belanjaannya, sementara dia hanya menggendong putrinya yang sudah tidur.“Taruh saja di sini, Pak. Biar pelayan yang akan mengurus nanti,” kata Laura setelah lima pengawal yang diutus keluarga Adams meletakkan barang-barang belanjaannya di lantai ruang tamu. Saking banyaknya, hingga hampir memenuhi seluruh ruang tamu.Hal itu menarik perhatian para pelayan di rumahnya.“Dari mana Nyonya mendapat uang untuk membeli semua ini?”“Astaga, lihat semuanya bermerek terkenal. Nyonya Seline bahkan tidak pernah membeli sebanyak ini. Tuan Lucian pasti akan marah jika Nyonya menghambur-hamburkan uang seperti ini.”“Ini tidak mungkin dari Tuan Lucian. Pernahkah kalian melihat Tuan memberinya uang? Apalagi mengutus para pengawal itu.”“Jadi, dari mana Nyonya mendapatkan uang?”
Apa yang diambil para pelayan adalah perhiasan, sepatu, kosmetik, dan skincare mahal. Adapun bajunya, dia menyuruh mereka mencuci bajunya. Apa yang dicuri para pelayan itu adalah hal yang tak seharusnya mereka sentuh!Laura tersenyum dingin. “Bagus sekali. Tangan kalian memang sangat kotor dan busuk.”Dia dengan tenang turun ke lantai bawah melihat para pelayan sedang membersihkan lantai dan pura-pura mengabaikannya.“Di mana barang-barangku yang kalian curi?” Dia bertanya tenang.Tapi mereka hanya menatapnya dan melanjutkan pekerjaan mereka.Laura mendekat, mengambil vas bunga terdekat dan menghancurkannya di bawah kaki mereka.“Akh!”Mereka menjerit dan menjauh dari pecahan beling.“Nyonya, apa kamu gila!” Seru seorang pelayan bernama Sindy yang tidak beruntung kakinya terkena pecahan beling.“Aku tanya sekali lagi, di mana barang-barangku yang kalian curi!” Bentak Laura.“Tidak ada yang mencuri barang-barangmu, Nyonya! Kamu sendiri yang tidak bisa menjaga barang dan menghilangkann
“Benar, CCTV ini merekam suara dan orang-orang di rumah ini. Mari kita lihat apakah yang dikatakan para pelayan benar atau salah. Kita tidak boleh membiarkan pelayan mencuri, apalagi memfitnah majikan.” Lucian berbicara membantu Laura.Laura menoleh menatap Lucian dengan alis terangkat, heran dan curiga, mengapa dia membantunya?Kakek Billy memandang dengan puas dan mengangguk. “Jika memang seperti itu, mari kita lihat rekaman CCTV. Lucian, bawakan rekaman CCTV rumahmu. Kita tidak bisa membiarkan pelayan memfitnah majikan, dan juga tidak boleh membiarkan rumor tentang keluarga Wilson menganiaya pelayan tersebar. CCTV ini akan menjadi bukti.” Dia berhenti sejenak dan menatap para pelayan tegas. “Jika ada pelayan yang mencuri, kami akan mengirimnya ke kantor polisi dan memblacklist mereka agar tidak bekerja di mana pun. Jadi, sebaiknya kalian mengaku sekarang atau menanggung konsekuensi yang lebih parah jika ketahuan berbohong dan mencuri.” Para pelayan gemetar ketakutan dan saling pan
"Kalianlah yang memulai duluan. Kamu menyabotase lounge VIP yang sudah kupesan. Manajer dan karyawan di toko itu bahkan tidak menghormatiku, meski tahu aku dari keluarga Wilson," balas Seline marah."Sudah cukup. Jika karyawan dan manajer toko tidak menghormatimu, itu berarti status orang itu sangat tinggi dari keluarga Wilson." Sela Kakek Billy lalu menatap Laura. "Apa identitas temanmu itu, Laura? Apa dia orang yang sangat penting?""Nyonya Willy tidak suka mengumbar identitasnya demi kenyamanannya. Maaf, aku tidak bisa memberitahu kalian.""Halah, dia pasti musuh keluarga Wilson. Jika bukan, dia tidak akan berani melawan dan mempermalukan aku!" Seline menggertakkan gigi, memelototi Laura."Cukup! Hentikan semua omong kosong ini," bentak Kakek Billy tegas. "Biarkan saja jika Laura tidak ingin memberitahu, tapi orang ini tampaknya cukup penting. Dan Seline, jangan lagi bertengkar dengan orang yang tidak kamu kenal. Di Capital ini, bukan hanya keluarga Wilson yang memiliki status berg
“Secara teknis ini juga adalah kamarku. Istriku, mari kita tidur bersama. Sudah lama sekali kita tidak pernah tidur bersama.” Lucian tersenyum sambil menepuk sisi tempat tidurnya. “Hari ini kamu sangat menarik dan tidak seperti biasanya. Kamu menyingkirkan para pelayan kurang ajar yang dikirim ibuku dan mengatur kembali rumah tangga kita.”Laura tertawa dingin. “Jadi kamu sudah tahu para pelayan itu sangat kurang ajar padaku dan diam saja?!”“Aku baru tahu mereka memperlakukan kamu seperti itu hari ini,” balas Lucian datar. “Sudahlah, berhenti berdebat. Mari kita tidur. Besok aku harus berangkat kerja pagi-pagi.” Dia mencoba tersenyum menawan pada Laura dan mengulurkan tangannya padanya.“Ayo, sini sayang. Tidurlah di sampingku.”Laura menatapnya seolah dia gila.“Apa kamu gila? Salah makan obat? Siapa yang mau tidur denganmu? Keluar!”“Jangan marah-marah terus. Kamu akan cepat tua.”“Apa sih yang salah dengan otakmu? Kita tidak pernah tidur bersama sejak kamu bangun dari koma dan ber
Wajah Laura memucat, rasa sakit mencengkeram dadanya.“Periksa kartu ATM-mu, aku sudah mentransfer lima miliar ke rekeningmu.”“Terima kasih, Sayang. Aku mencintaimu.”“Aku juga mencintaimu.” Lucian mengakhiri panggilan telepon dan berbalik. Dia tertegun melihat Laura berdiri di belakangnya.Laura menatapnya dengan mata memerah dan menamparnya. “Dasar bajingan!”Lucian mengusap pipinya yang terasa perih dan menatap Laura dengan tenang.“Kamu memanfaatkan aku untuk mendapatkan Wilson Group? Jangan harap bisa memanfaatkan aku. Aku akan mengatakan sendiri pada Kakek bahwa aku akan menceraikanmu.”Lucian menatapnya tanpa ekspresi, sudut bibirnya terangkat dalam seringai. “Silakan saja katakan pada Kakek. Dan aku akan menyebarkan ini pada semua orang di ibu kota,” desisnya, mengangkat sebuah dokumen yang sedari tadi dipegangnya ke depan wajah Laura.Laura mengerutkan kening, merasa akrab dengan dokumen itu.“Tes DNA?”“Ya, ini bukti bahwa Amelia bukan putri kandungku,” desis Lucian, menata
Dia tiba-tiba membungkuk, menggendong Laura ke pundaknya, dan berjalan ke tempat tidur. Laura menjerit, mencoba melepaskan diri dan memukul-mukul punggungnya. "Lucian! Lepaskan aku!" Lucian melemparkannya ke tempat tidur. Laura bergerak mundur, menjauhinya, dan hendak melarikan diri. Tetapi Lucian menarik kakinya dan membawanya kembali. Dia merangkak ke atas tubuhnya sambil melepaskan kancing kemeja. Ekspresinya tampak benar-benar gelap.Wajah Laura memucat, jantungnya berdetak kencang. Dia mencengkeram handuknya, berusaha mempertahankan handuk di tubuhnya. Dia menggeram. "Lucian, jangan berani-berani kamu menyentuhku, atau aku akan memberitahu Kakek…"Laura tidak menyelesaikan kalimatnya ketika Lucian tiba-tiba mencengkram lehernya. Dia tersedak, hampir tidak bisa bernapas. Dia menatap mata biru Lucian yang sangat dingin."Ini alasan aku membencimu. Apa kamu tahu berapa banyak penderitaanku karena kasih sayang Kakek padamu?" bisiknya, menunduk dan bernapas di telinga Laura. "Setiap
"Jadi, kita tidak bisa berbuat apa-apa pada Lucian Wilson dan membiarkannya memanfaatkan Laura?" Dean menggerutu."Tentu tidak, kita bisa memberinya pelajaran diam-diam tanpa perlu mengungkap identitas kita. Jangan berhadapan langsung dengannya, juga… Tergantung bagaimana sikap Laura terhadap Lucian dan keluarga Wilson. Dia tidak boleh berhati lemah pada mereka."Willy menghela napas, "Putriku yang malang harus terjebak dengan keluarga seperti itu. Andai saja kita menemukannya lebih awal."Keluarga Adams tidak ada yang menjawab."Untuk sekarang, jangan berkonfrontasi dengan Lucian. Biarkan Laura menanganinya. Aku percaya Laura bisa mengatasi Lucian dan tidak akan jatuh cinta lagi padanya setelah perselingkuhan Lucian." Tristan membuat keputusan untuk keluarganya."Mari hentikan sejenak liburan ini dan beri waktu pada Laura. Kita sudah bisa melihat Laura membenci Lucian, jadi dia tidak akan dimanfaatkan," lanjutnya, kemudian menatap seluruh anggota keluarganya.Willy protes mendengar k
"Kita sudah tidur satu kamar selama beberapa waktu ini, untuk apa kamu malu?""Aku tidak malu. Aku hanya khawatir kamu akan mengambil kesempatan dariku."Lucian menatapnya sambil tersenyum menarik Laura ke tubuhnya hingga wanita itu jatuh ke pelukannya. Dia memeluk pinggang ramping Laura erat agar menempel di tubuhnya.Laura terjatuh ke pelukannya, meletakkan tangan di dada keras Lucian untuk menopang tubuhnya.Dia merasa dada Lucian keras dan lembab. Aroma sabun segar menguar dari tubuhnya. Dia sangat wangi setelah mandi membangkitkan sesuatu dalam dirinya.Laura menggelengkan kepala spontan menarik tangannya memelototi Lucian. "Apa yang kamu lakukan?" Desisnya."Tenang saja, istriku sayang. Aku tidak akan menggigitmu. Aku yang akan tidur di ruang tamu."Laura menatapnya curiga dan tak percaya. Seseorang seperti Lucian Wilson yang beberap waktu ini menggodanya untuk memiliki anak kedua, langsung menyerah begitu saja.Tapi Lucian benar-benar melakukan kata-katanya. Dia mengambil pakai
Mereka menatap Lucian tak bisa berkata-kata. Meski mereka menganggapnya brengsek dan seorang bajingan tukang selingkuh dan tidak tahu malu, Lucian memiliki otak yang sangat tajam langsung menghubungkan mereka dengan keluarga Adams.Allen tertawa kaku. "Bagaimana kami bisa terhubung dengan keluarga Adams. Kami hanya keluarga di pinggiran, kami ... Keluarga Watson."Istri dan anak-anaknya memelototinya."Keluarga di pinggiran? Maksud kamu orang kampung?! Bagaimana kalian bisa menyewa villa di hawaai?"Ekspresi keluarga Adams semakin kesal, merasa semakin terhina."Haha, begitulah. Kami orang terkaya di kampung. Kami sudah menganggap Laura seperti keluarga kami. Jadi kamu janngan macam-macam dengannya."Namun Lucian tampak tidak terpengaruh oleh ancamannya dan memandan rendah mereka setelah tahu identitas mereka."Laura adalah istriku, aku tidak akan berbuat macam-macam padanya. Sebaliknya kalian tetap orang luar tak seharusnya ikut campur."Willy menggenggam pisau bistik di tangannya er
“Mengapa kamu tidak bahagia lagi?”Willy bertanya, melihat Laura kembali ke restoran tempat mereka singgah untuk makan siang. Wajah putrinya tampak tidak senang.Dia mengambil handuk untuk menutupi tubuh putrinya.Si kembar datang dan menggerutu. “Si Lucian Wilson itu sangat kurang ajar.”“Dia menyebut Laura jalang….” Sean berdeham mendapat tatapan tajam dari orang tuanya. “Pokoknya, dia sangat kurang ajar. Aku tidak merasa puas hanya dengan meninjunya saja.”“Kenapa bajingan itu selalu membuat kita tidak senang? Seharusnya Laura menceraikannya.” Willy menggerutu.“Ibu, di sini ada Amel,” sela Laura, memandang putrinya yang duduk di atas pangkuan Allen.Willy menggerutu dengan suara pelan lalu berkata dengan wajah tersenyum. “Mari makan dulu. Kita akan memberi Lucian pelajaran nanti. Dean, hubungi Tristan untuk datang sekarang. Kenapa anak itu selalu sibuk dengan pekerjaannya saat lagi liburan?”Keluarga Adams dengan cepat memperbaiki suasana hati mereka dan tidak memikirkan L
Tubuh Laura menegang."Mengapa kamu bertanya?""Aku curiga keluarga di sebelah tak biasa, lalu hari ini aku bertemu dengan Tristan Adams. Dia membuatku berakhir seperti ini.""Hm, aku tidak mengenal Tristan Adams, keluarga di sebelah tidak ada hubungannya dengan keluarga Adams," balas Laura menghindari tatapan Lucian dan menepis tangan Lucian."Laura...,” kata Lucian dengan kekecewaan melihat Laura pergi tanpa peduli padanya.Dia mengembuskan napas frustrasi berbaring di tempat tidur sambil menahan perasaan yang tidak nyaman di perutnya. Laura tidak kembali sampai malam dan keesokan paginya. Pelayan datang untuk melayaninya sementara istri dan putrinya bersenang-senang dengan keluarga di sebelah. Dia mendengar para pelayan berbicara bahwa mereka tidak seperti pasangan yang berbulan madu lainnya. Laura selalu cemberut ketika berada di vila ini, tapi dia selalu tersenyum dengan keluarga di sebelah. "Menurut apa yang aku dengar, Tuan Wilson telah berselingkuh hingga istrinya marah da
“Tuan Adams, kamu juga di sini?”Lucian dan Tristan tak pernah bersinggungan. Namun, ia sudah banyak mendengar tentang tiga putra elite keluarga Adams. Yang paling menonjol adalah Tristan, seorang pengusaha yang mewarisi kepemimpinan keluarga Adams.Tristan memasukkan tangannya ke dalam saku celananya, menatap Lucian tanpa ekspresi.“Apa yang Anda lakukan di sini, Tuan Wilson?”Lucian menegakkan badannya dengan sikap tenang, berhadapan dengan Tristan.“Aku menjemput istri dan anakku. Bagaimana dengan Anda, Tuan Adams? Apa … kamu berhubungan dengan keluarga ini?”“Tidak, aku hanya kebetulan lewat.”“Apakah kamu berlibur atau berbulan madu di Hawaii?” Lucian penasaran apa yang membuat seorang Tristan Adams berada di Hawaii, tempat yang terkenal liburan romantis pasangan.“Liburan keluarga dan urusan bisnis.”“Ah…” Lucian mengangguk mengerti. “Kalau begitu, lanjutkan urusan anda.” Ia hendak mengetuk pintu gerbang vila ketika Tristan memanggilnya lagi.“Tuan Wilson, sebaiknya kamu janga
Willy melirik dan mengangkat bahu. “Ketiga kakakmu disebut ‘Tiga Malaikat Tampan.’ Pesona mereka sangat menyilaukan, sampai punya klub penggemar sejak SMA. Ibu sudah terbiasa dengan cewek-cewek yang klepek-klepek karena kakak-kakakmu.”Laura mengangkat sebelah alis. “Tiga Malaikat Tampan? Apa itu tidak berlebihan?” Mungkin karena mereka kakak-kakaknya, Laura biasa saja melihat mereka. Di kehidupan sebelumnya, pria yang dianggap sangat tampan adalah Lucian, dan dia mencintainya dengan tergila-gila. Kemudian, setelah melihat kakak-kakaknya yang sangat tampan, dia merasa ketampanan Lucian jadi biasa saja di kehidupan ini dan tidak tergila-gila lagi. Atau mungkin matanya yang sudah terbiasa melihat pria-pria tampan.“Biarkan saja. Apa gunanya tampan jika belum punya pacar? Ibu pikir mereka tidak laku.” Hanya Willy sendiri yang menganggap remeh anak-anak laki-lakinya dijuluki Tiga Malaikat Tampan.“Ibu, kami mendengar itu!” seru Dean tak terima.Willy mengabaikan putranya dan mengeluh p