“Kamu benar, Jack. Dia betul-betul bidadari.” pria itu terus mengagumi Lidya. Dia mendekati Lidya dan terus melotot menyusuri setiap lekuk liku di tubuh Lidya.Pria ini adalah Johnny. berumur di awal 50 tahunan, bertubuh agak tambun dan berkepala agak botak. Matanya yang mesum itu, terus menatap wajah dan tubuh Lidya.“JANGAN BERANI MENYENTUH TUBUH KAKAKKU,” teriak Gerry.Tapi, Gerry langsung dipukul oleh salah seorang anak buahnya Johnny sehingga Gerry harus meringis kesakitan.“JANGAN LAGI PUKUL ADIKKU!” teriak Claudia.Mendengar teriakan Claudia ini, Johnny langsung melotot kepada anak buahnya yang tadi memuku Gerry. “Jangan pukul dia! Kalian telah mengikat dia, buat apa lagi memukulnya, hah! Dia adalah adik dari istriku.” Johnny menunjuk ke arah Lidya. “jadi, tidak ada yang boleh menyakitinya.”“Baik, bos,” kata anak buahnya Johnny itu.Johnny melirik ke arah Gerry dan dia berkata kepada anak buahnya, “bawa dan obati dia. Aku tidak mau dia kenapa-kenapa. Dia adalah adikku.”“Janga
Melihat Silvia jatuh ke dalam air, Ken yang sebenarnya hendak kabur dari kejaran Silvia terpaksa memutar balik speedboat-nya untuk kembali ke posisi di mana Silvia terjatuh.Dari kejauhan, Ken masih bisa melihat tangan Silvia yang menyembul ke atas dengan posisi Sylvia yang hampir-hampir tMelihat Silvia jatuh ke dalam air, Ken yang sebenarnya hendak kabur dari kejaran Silvia terpaksa memutar balik speedboat-nya untuk kembali ke posisi di mana Silvia terjatuh.Dari kejauhan, Ken masih bisa melihat tangan Silvia yangenggelam.Setelah berada di jarak yang cukup dekat dengan posisinya Silvia, dengan cepatnya Ken langsung mematikan mesin speedboat-nya dan segera melompat sejauh-jauhnya untuk melompat sedekat mungkin dari posisinya Silvia.Setelah itu, Ken langsung berenang secepat mungkin menuju ke posisinya Silvia tapi sayangnya Silvia tidak lagi terlihat. Tangannya tidak lagi terlihat di permukaan air, karena itu, dengan cepatnya Ken langsung menyelam ke arah bawah.Dengan kemampuan yang
Lidya sangat kaget mendengar kata-kata Johnny ini sehingga tubuhnya langsung kaku. Dia menatap ke arah ruangan sebelah dimana Gerry masih dirawat.Melihat Lidya terdiam dengan tangan diturunkan seperti itu, perlahan-lahan Johnny mendekat dan langsung menangkap tangan Lidya yang memegang asbak itu.Lidya baru sadar saat asbak ssudah tidak lagi berada di tangannya dan sudah dirampas Johnny. Johnny langsung membawa asbak itu ke arah lemari dan menaruhnya di dalam lemari yang memiliki kode sehingga hanya bisa dibuka dengan kode.Setelah memastikan Lidya tidak lagi memiliki senjata, Johnny kembali mendekati Lidya yang masih terdiam sambil menatap ke arah Gerry di ruangan sebelah.Nafsu di dada Johnny semakin memuncak saat dirinya sudah berada begitu dekat dengan Lidya. Dada penuh Lidya membuat Johnny langsung berusaha menggerayangi dada penuh itu.Merasa dadanya diraba oleh lelaki yang tidak dia sukai, secara refleks, Lidya langsung mundur selangkah dan melayangkan sebuah tamparan ke pipi
Saat ini Lidya sudah tidak berdaya lagi. Dia tidak bisa melakukan perlawanan karena dia takut anak buahnya Johnny akan kembali menyiksa Garry yang berada di ruangan sebelah, karena itu, saat Johnny mendekatinya, Lidya tidak bisa melawan.Lidya hanya bisa mundur-mundur ke belakang hingga tubuhnya menempel di jendela kaca.Saat ini, Johnny tiba-tiba mendengar suara handphone miliknya berdering, sehingga Johnny langsung mengambil handphone-nya dari balik sakunya, membalikkan tubuhnya dari posisi sebelumnya dan mulai menelepon.Lidya menyingkap gorden jendela kaca di belakang tubuhnya. Lidya menggunakan kesempatan ini untuk berusaha mencari pertolongan.Saat ini, di kejauhan sana Lidya melihat speedboat yang di luar yang sebelumnya hanya satu, kini sudah ada 2 speedboat yang terlihat berdekatan dan ada beberapa orang yang berdiri di salah satu speedboat itu dengan seorang di antaranya kelihatan sedang menatap ke arah kapal di mana Lidya berada saat ini.Tapi orang itu sangat jauh. Wajahny
“KEN … KEN …” Lidya berteriak kencang saat dia sadar kalau lelaki yang sedang bergelantungan dengan tali untuk naik ke atas helikopter itu adalah Ken.Tapi, sayang. Ken sudah lewat dan tak terlihat lagi. Lidya menangis dan terus berteriak. “KEN TOLONG AKU, KEN. MAAFKAN AKU, KEN. MAAFKAN AKU YANG TELAH MENGECEWAKANMU. HUUHUHU.”Lidya menunggu. Lidya berharap Ken sudah sempat melihatnya dan akan menjatuhkan diri di atas kapal ini untuk menolongnya. Lidya menunggu sambil menangis karena dia tahu, kalau Johnny kembali ke kamar ini, maka, kemungkinan Lidya akan dipaksa untuk melakukan apa yang diinginkan oleh Johnny.Setelah itu, bermenit-menit Lidya menunggu, hingga akhirnya pintu ruangan ini dibuka dari luar hingga terdengar bunyi yang keras.**Saat Ken bergelantungan dengan tali helikopter, Ken langsung naik ke atas dengan cepat. Dia terlalu fokus untuk naik ke atas sehingga Ken tidak memperhatikan kapal yang tadi dia lihat.Akhirnya, Ken sampai di atas helikopter dan langsung duduk se
Pintu terbuka dari luar. Lidya langsung ketakutan. “Dia datang. Dia akan segera memperkosaku. Huhuhu,” batin Lidya yang ketakutan akan Johnny.Tapi ternyata yang masuk ke dalam ruangan ini adalah Gerry yang diantar oleh dua orang anak buahnya Johnny. Setelah itu, dua anak buahnya Johnny itu langsung mendorong Gerry ke dalam ruangan ini dan cepat-cepat keluar serta menutup dan mengunci pintu dari luar.Gerry langsung berdiri, mendekati Lidya dan berkata, “kakak tidak apa-apa, kan?”“Aku tidak apa-apa. Dia belum sempat menyentuhku. Ada telpon masuk dan dia langsung pergi.”“Iya. Dia pergi karena ada beberapa rekannya yang datang. Menurut pembicaraan anakbuahnya, dia sedang menghadapi masalah. Saham-saham yang dia serta rekan-rekannya pegang lagi terjun bebas dan mereka sedang sibuk mengatasi hal itu.”Lidya jadi senang mendengar itu. “Baguslah. Mudah-mudahan dia sibuk terus sehingga tidak mendekatiku hingga pertolongan datang.”“Kalau dia datang lagi, aku akan membelamu, kak. Dia harus
dSementara itu, di tempat lain, saat Lidya masih memikirkan Ken, tiba-tiba, pintu kembali terbuka dan beberapa orang anak buahnya Johnny nampak masuk ke dalam.Gerry langsung berdiri. Dia tidak gentar sekalipun sebelumnya sudah sempat dipukul oleh anak buahnya Johnny ini. “Kalian mau apa. Hah? Langkahi dulu nyawaku kalau kalian mau membawa kakakku!” Gerry mengepalkan tangannya, bersiap untuk memukul lawan.Tiga anak buahnya Johnny langsung menangkap Gerry. Gerry berusaha berontak tapi tenaganya tidak mampu melawan 3 orang bertubuh besar ini.“JANGAN SAKITI DIA!!!” teriak Lidya.“Jangan khawatir, nona. Kami tidak akan menyakiti adikmu,” kata salah seorang anak buahnya Johnny sambil mengikat kedua tangan Gerry ke belakang sehingga Gerry tidak berdaya lagi.“Bos kami meminta nona untuk naik ke atas,” kata anak buahnya Johnny yang lain sambil menunjukkan sebah pisau yang dia dekatkan ke tubuh Gerry.“Baiklah. Aku ikuti mau bos kalian. Tapi, ingat, jangan sakiti adikku,” tegas Lidya.“JANG
Johnny berdiri dan berkata kepada anak buahnya. “Ikat adiknya disitu. Jangan sampai lepas. Kemudian, kalian semua keluar dari sini.”Anak buahnya Johnny mengangguk. Mereka semua mulai keluar dari ruangan ini. Hanya ada seorang yang mengambil tali untuk tambah mengikat tangan Gerry dan mengaitkan tali itu di sejenis pipa besi agar supaya Gerry tidak bisa kemana-mana.Setelah beres, semua anak buahnya Johnny langsung keluar dari ruangan ini, tidak ada satu pun yang masih berada di dalam ruangan ini.Walaupun semua anak buahnya Johnny itu pergi dengan patuh tapi, ada kekecewaan di hati mereka karena mereka tahu kalau bos mereka dengan dua teman bos mereka, akan segera disuguhi dengan pemandangan istimewa, yaitu pemandangan tubuh polos Lidya, sesuatu yang tidak bisa mereka lihat karena mereka diusir dari ruangan ini.“Kenapa anak buahmu tidak kamu ijinkan melihat?” tanya si pria berkacamata kepada Johnny.“Jangan. Kalau mereka gak bisa nahan nafsu, terus mereka melawan aku, gimana, hah?”