“Mas Janu!” Anika memang susah melupakan nama asli Juna di era lampau. Dia berlari keluar mencari Juna.Sedangkan Rafa, dia memberi isyarat ke ibunya agar dibawa mengikuti Anika. Wenti segera menggendongnya.Di balkon samping ….“Haarkkhh!” Juna sudah terengah-engah dengan tangan memegang dadanya.Ada sedikit bekas darah mengalir di sudut mulutnya yang sudah dia elap dengan tangan.‘Sial!’ gerutu Juna sambil melirik ke lengan dan area tulang rusuk di bawah dada.Di sana ada kabut warna hitam melintang horizontal membentuk seperti bekas tebasan. Ya, itu luka dia yang diberikan kedua makhluk astral yang mengeroyoknya.“Whiii kikk kikk kikk!” Si jin tua berwujud wanita bergaun putih setinggi 6 meter tertawa keras sambil terbang lalu-lalang di depan Juna.Sedangkan jin siluman burung berkepala manusia terus mengepakkan sayapnya dan terus menerjang Juna, mencoba menambahkan luka
“Mas Janu! Aku ikut denganmu!” Anika bersikeras mendampingi suaminya.Mereka sudah susah payah menyatukan cinta, jiwa, dan raga dalam era modern ini, maka tak mungkin Anika sudi berpisah lagi dengan Juna.“Sayang, kamu baru saja pulih.” Juna mencoba menasehati istrinya.Sebagai pria yang teramat mencintai Anika, mana sanggup dia melihat jika nantinya Anika terluka lagi?Namun, Anika menggelengkan kepala dengan tegas dan menatap serius ke suaminya sambil berkata, “Aku harus ikut! Mas, kita ini suami dan istri, apa kau lupa?”Anika mungkin lemah lembut dan gampang mengalah di hari-hari biasa, tapi ketika ini menyangkut keselamatan Juna, dia akan keras kepala melebihi batu karang.“Baiklah.” Juna tak berdaya jika Anika sudah menginginkan sesuatu. “Rafa, tolong tangani yang di sini, yah!”“Ayy!” Rafa menyahut seperti paham saja apa yang diinginkan Juna. Suaranya lucu dan menggemaskan.Juna diikuti Anika, berlari ke ruang tengah dan mereka duduk bersila berdampingan sambil bergandengan tan
“Rasakan!” Juna berteriak, “Musnahlah!” Dia masih memberikan semburan energi murni yang tersisa miliknya untuk ditembakkan secara gila-gilaan ke jin tua berwujud wanita bergaun putih setinggi 6 meter itu.Bisa terlihat dengan jelas secara astral, jin tua berwujud wanita bergaun putih setinggi 6 meter makin meraung kesakitan karena dia tertahan oleh energi ilahi Anika sedangkan dirinya dibombardir energi murni Juna.“Arrrrgghhhh! Bajingan kaliaaann!”Si jin tua berwujud wanita bergaun putih setinggi 6 meter menyeru penuh kebencian.Kepalanya yang diserang Juna, mulai terkikis dan rusak, menampilkan sosoknya yang makin jelek mengerikan.Hingga kemudian, muncul grim reaper di dekat jin tua berwujud wanita bergaun putih setinggi 6 meter dan dia berkata ke Juna, “Biarkan aku mengurus dari sini.”Hanya perkataaan singkat itu saja dan sabit besar yang dibawa grim reaper itu menyambar jin tua berwujud wanita b
“Hah? Penjaga malam ada yang meninggal?” Juna menyeru kaget mendapatkan berita dari Saini.Anika dan Wenti sama-sama menunjukkan raut wajah terkejut ketika mendengar dari Juna.“Aku sudah bertanya ke rekan-rekan di sana, katanya orang itu mendadak melompat dari lantai 6 ketika sedang patroli rutin, dan disaksikan oleh rekan lainnya di sana!” Saini menambahkan.Sudah seperti ini, apakah Juna masih bisa tenang dan akan memeriksa besok pagi saja? Tentu tidak bisa.“Oke, Pak Saini, terima kasih atas laporan Anda. Aku akan ke sana secepatnya. Tolong diurus dulu ini dan itunya sebelum saya hadir.” Juna kemudian menyudahi telepon usai mengatakan itu ke Saini.Kemudian, ponsel digenggam kuat-kuat oleh Juna yang geregetan. Dia sangat yakin, sejuta persen yakin, bahwa kejadian meninggalkan salah satu penjaga malam di gedung baru yang hampir rampung itu pasti ada kaitannya dengan serangan jin-jin tua yang juga terjadi di ge
“Hm, melompat karena melihat hantu, yah?” Juna mengulang sambil dahinya berkerut mendalam.Dari hasil penerawangan dia tadi pun jenazah pria tadi menunjukkan aura ketakutan, tapi dia tak menyangka karena ulah makhluk astral yang terus mendesak dengan teror menakuti si korban.Juna membatin, ‘Ini sudah tidak bisa ditolerir! Aku harus lekas mencari dalangnya!’Baru saja Juna mendapatkan rincian kronologi kejadian dari Saini, ponselnya bergetar di saku kemejanya.“Ya?” Juna menerima panggilan itu di tempat itu juga karena susah berdiri dan berjalan untuk menyingkir sejenak dari Saini dan yang lainnya. “Hah?”Di seberang sana, si penelepon berucap mengulang perkataan sebelumnya, “Benar, Pak! Penjaga gudang mendadak saja seperti orang gila dan menyerang rekan-rekannya. Ini dia sudah diamankan dengan diikat.”Astaga, Juna ingin sekali berteriak. Kenapa serangan untuknya begitu berturutan
“Tentu, Mas! Tentu saja boleh! Tidak mungkin tidak boleh!” Istri tercinta Juna ini menjawab dengan cepat ketika suaminya meminta energi padanya.Anika yang memegangi lengan Juna, mulai menyalurkan energi chakranya ke Juna. Aliran energi yang hangat dan menenangkan segera terasa oleh Juna, masuk melalui setiap titik-titik chakra di tubuhnya.“Aku akan mulai.” Juna berkata ke lelaki di depannya.Sambil berdiri, Juna menaruh tapak tangan kanan dia ke puncak kepala lelaki yang sudah lemas dan pasrah tak bisa melawan itu.Mata Juna terpejam dan semua orang di ruangan itu terdiam, tak ada yang berani bersuara, hanya saling pandang saja antara mereka. Tentu mereka saling mempertanyakan apa yang sedang dilakukan bos mereka ini.“Hm ….” Juna masuk ke memori pekerjanya itu dan melihat kelebatan dan kilasan cepat bagaikan kilat, bagaikan lampu blitz.Semua kejadian tadi di gudang perusahaan ini mulai disusun J
“Aku merasa orang payah tak berguna kalau begini. Maaf merepotkan kalian semua.” Juna sambil menggertakkan gigi yang dia gigit.Dia tidak menyangka akan berada di tahap selemah ini dalam hidupnya. Ternyata benar kata orang: “di atas langit masih ada langit”. Dia tidak bisa selalu merasa jumawa karena ternyata dia bukan yang paling hebat.“Mas, jangan begitu. Mas adalah segalanya bagiku, yang paling luar biasa untukku.” Anika memompa mental suaminya agar Juna tidak merasa terpuruk.Menatap haru ke sang istri, Juna mengelus sayang pipi Anika sambil tersenyum. Dia melihat ke Rafa dan Wenti yang memandangnya dengan penuh keyakinan.“Karena kalian sudah memercayaiku seperti ini, maka aku harus berusaha yang terbaik hingga akhir!” Semangat juang Juna mulai berkobar, menyala tinggi hingga memenuhi seluruh sanubarinya.Oleh sebab itu, sambil Juna masih berbaring dengan memeluk Rafa di atas dadanya, dia berkon
‘Dia tahu aku meludahi makanannya?!’ Si wanita cemberut merasa jantungnya bagaikan baru saja dihantam godam raksasa. Wajahnya pias seketika. ‘Bagaimana bisa?’ Batinnya sibuk memekik. Sementara itu, Lexus masih terlihat santai saja di tempatnya duduk jumawa di salah satu sofa besar di ruangan VIP itu sambil menatap si wanita cemberut yang kini terlihat tegang. "Dia ... dia Yuliandra, Tuan!" Si rekan sudah gemetaran, menjawab Lexus, mewakili temannya. Mana mungkin dia tidak gemetaran jika ternyata tamu VIP itu mengetahui tindakan rekannya, Yuliandra. Apakah setelah ini mereka akan dieksekusi? Nasib macam apa yang akan menghampiri mereka? Meludahi makanan tamu VIP, akan seburuk apa hukuman yang ditimpakan untuk dia dan Yuliandra nantinya? "Aku tidak bertanya padamu. Aku tanya ke dia. Jangan lancang menjawab pertanyaan yang bukan ditujukan untukmu." Lexus bersuara santai. Meski begitu, tetap saja itu membawa dominasi yang menekan bagi kedu