“Tentu, Mas! Tentu saja boleh! Tidak mungkin tidak boleh!” Istri tercinta Juna ini menjawab dengan cepat ketika suaminya meminta energi padanya.
Anika yang memegangi lengan Juna, mulai menyalurkan energi chakranya ke Juna. Aliran energi yang hangat dan menenangkan segera terasa oleh Juna, masuk melalui setiap titik-titik chakra di tubuhnya.
“Aku akan mulai.” Juna berkata ke lelaki di depannya.
Sambil berdiri, Juna menaruh tapak tangan kanan dia ke puncak kepala lelaki yang sudah lemas dan pasrah tak bisa melawan itu.
Mata Juna terpejam dan semua orang di ruangan itu terdiam, tak ada yang berani bersuara, hanya saling pandang saja antara mereka. Tentu mereka saling mempertanyakan apa yang sedang dilakukan bos mereka ini.
“Hm ….” Juna masuk ke memori pekerjanya itu dan melihat kelebatan dan kilasan cepat bagaikan kilat, bagaikan lampu blitz.
Semua kejadian tadi di gudang perusahaan ini mulai disusun J
“Aku merasa orang payah tak berguna kalau begini. Maaf merepotkan kalian semua.” Juna sambil menggertakkan gigi yang dia gigit.Dia tidak menyangka akan berada di tahap selemah ini dalam hidupnya. Ternyata benar kata orang: “di atas langit masih ada langit”. Dia tidak bisa selalu merasa jumawa karena ternyata dia bukan yang paling hebat.“Mas, jangan begitu. Mas adalah segalanya bagiku, yang paling luar biasa untukku.” Anika memompa mental suaminya agar Juna tidak merasa terpuruk.Menatap haru ke sang istri, Juna mengelus sayang pipi Anika sambil tersenyum. Dia melihat ke Rafa dan Wenti yang memandangnya dengan penuh keyakinan.“Karena kalian sudah memercayaiku seperti ini, maka aku harus berusaha yang terbaik hingga akhir!” Semangat juang Juna mulai berkobar, menyala tinggi hingga memenuhi seluruh sanubarinya.Oleh sebab itu, sambil Juna masih berbaring dengan memeluk Rafa di atas dadanya, dia berkon
‘Dia tahu aku meludahi makanannya?!’ Si wanita cemberut merasa jantungnya bagaikan baru saja dihantam godam raksasa. Wajahnya pias seketika. ‘Bagaimana bisa?’ Batinnya sibuk memekik. Sementara itu, Lexus masih terlihat santai saja di tempatnya duduk jumawa di salah satu sofa besar di ruangan VIP itu sambil menatap si wanita cemberut yang kini terlihat tegang. "Dia ... dia Yuliandra, Tuan!" Si rekan sudah gemetaran, menjawab Lexus, mewakili temannya. Mana mungkin dia tidak gemetaran jika ternyata tamu VIP itu mengetahui tindakan rekannya, Yuliandra. Apakah setelah ini mereka akan dieksekusi? Nasib macam apa yang akan menghampiri mereka? Meludahi makanan tamu VIP, akan seburuk apa hukuman yang ditimpakan untuk dia dan Yuliandra nantinya? "Aku tidak bertanya padamu. Aku tanya ke dia. Jangan lancang menjawab pertanyaan yang bukan ditujukan untukmu." Lexus bersuara santai. Meski begitu, tetap saja itu membawa dominasi yang menekan bagi kedu
“Memangnya kenapa kalau aku bersekutu dengan setan?” Lexus makin menyeringai lebar, menambah seram wajah bengisnya.Maka, dini hari itu merupakan hari paling sial bagi Yuliandra. Dia tak hanya disetubuhi oleh pria kasar nan kejam seperti Lexus, tapi sekaligus oleh setan hitam besar bertaring yang masuk ke tubuh Lexus untuk ikut menikmati dirinya.Kesucian yang dijaga Yuliandra dengan susah payah semenjak dia bekerja di kelab malam itu pun terenggut secara mengenaskan oleh 2 makhluk jahat beda ras.Di sela-sela tangis dan air matanya, Yuliandra membatin, ‘Apakah ini karma karena aku berkhianat pada keluargaku? Ini hukuman karena membuat kecewa ibuku?’Sementara itu, rekan Yuliandra, si senior, sibuk membujuk ke manajernya untuk berbuat apa pun caranya demi menolong Yuliandra.“Jangan gila! Apa kau ingin kepalaku terpisah dari leherku, hah? Pak Bos sudah setuju tunduk ke orang itu! Jangan macam-macam dan diam saja! Angga
Di tempatnya, Juna akhirnya mulai pulih energinya sehingga dia bisa bangun dari tempat tidur sambil memeluk Rafa yang setengah tertidur.“Terima kasih, Rafa. Kamu memang yang terbaik.” Juna mengelus kepala Rafa.Dia menoleh ke samping dan ada Anika serta Wenti yang masih berjaga di dekatnya.“Maafkan aku membuatmu lelah berjaga seperti ini, Nik.” Juna menampilkan senyum terbaiknya ke sang istri.“Sama sekali bukan merupakan beban untukku, Mas.” Anika membalas senyuman suaminya.“Eh! Oh! Sudah selesai?” Wenti yang duduk di sebelah Anika mulai sadar sepenuhnya dan membuka lebar-lebar matanya.Rafa dikembalikan ke Wenti dan bocah itu meringkuk manja ke ibunya sambi menggosok-gosokkan wajahnya ke dada sang ibu.“Terima kasih, Ma. Dan maaf karena terus merepotkan Mama dan Rafa begini.” Juna sebenarnya malu terlihat lemah seperti ini.Dia sudah berusaha meningkatkan kekuatan
“Hah!” Juna membuka matanya dan membatin, ‘Aku tetap sulit menembus penghalang untuk mengetahui siapa dalang dari serangan itu. Apakah dia juga pelaku supranatural?’ Melihat telapak tangannya dalam waktu beberapa detik, Juna memikirkan mengenai sosok yang masih samar bagaikan tertutupi kabut, yang belum bisa dia singkap identitasnya. ‘Meskipun aku sudah melacak jin bawahannya, tapi itu tidak membawa aku ke majikannya. Hm, siapa orang itu sehingga bisa memiliki anak buah jin-jin tua yang kuat?’ batin Juna terus bertanya-tanya. Dengan ini, Juna ingin semakin bertambah kuat dan memiliki tingkatan kanuragan yang lebih tinggi lagi agar dia bisa mengungkap bedebah yang mempecundangi dia. “Mas.” Anika masuk ke kamar sambil membawa wedang uwuh untuk Juna. Segera, Juna menoleh ke arah pintu dan melihat istrinya sudah berjalan dari sana mendekat ke dia di tepi ranjang. Dia baru saja duduk bersila untuk melacak lagi keberadaan dan identitas dalang penyerangan astral padanya, tapi tak menemu
“Hah? Shevia dan Rin tinggal bersama kita?” Juna tentu saja kaget dengan permintaan istrinya yang akhir-akhir ini susah ditebak karena terlalu aneh dan benar-benar out of the box. Anika mengangguk penuh keyakinan. “Ini demi keselamatan mereka berdua.” Anika terpaksa mengatakannya. Mendengar itu, Juna langsung paham maksud permintaan dari Anika tadi. Memang, saat ini dia sedang menjadi target serangan astral oleh seseorang yang belum dia ketahui. Maka, bisa jadi orang-orang terdekat Juna juga akan terkena imbasnya. ‘Hm, masuk akal juga keinginan Nik. Kalau dua calon istriku itu kembali pulang ke rumah masing-masing, mereka bisa jadi sasaran empuk serangan astral lawanku. Memang tempat teraman bagi mereka justru ada di penthouse yang sudah diberi pagar gaib yang kuat oleh Rafa.’ Juna berpikir dalam benaknya. Dia tidak terlalu khawatir mengenai Wenti dan Hartono karena mereka pastinya sudah diberi pengaman gaib oleh Rafa. ‘Kalau meminta Rafa memberikan pengaman gaib ke Rafa, rasan
“Astaga, Nik, apa kamu sadar yang kamu minta itu?” Juna sampai mengusap dadanya sendiri sambil menatap heran ke istrinya, dan dia berkata lagi, “Kok bisa kamu ingin aku mengawini mereka malam ini juga? Bukannya itu kurang pantas?”Juna patut tercengang dengan permintaan luar biasa dari Anika. Sampai-sampai dia kembali meragukan cinta Anika padanya. Apa ada seorang istri malah mendesak suaminya untuk segera melakukan persetubuhan dengan wanita lain meski belum resmi menikah?Mengetatkan rahangnya ketika menggigit geraham, Anika menyahut, “Mas, aku serius. Sudah seharusnya Mas dan kedua calon mempelai Mas menyatukan diri malam ini juga. Percayalah padaku.”Ini sungguh aneh. Juna tidak bisa meraba-raba apa sekiranya yang membuat istrinya ngotot ingin dia menyetubuhi wanita lain. Istri orang lain pastinya tidak ada yang begini, ‘kan?Di luar kamar, tepatnya di ruang tengah, Shevia dan Rinjani masih duduk santai sambil mengobrol dan melihat-lihat sekeliling penthouse meski tetap duduk di s
“Aku … ingin mengobrol supaya kita bisa semakin dekat dan … saling terbiasa satu sama lain.” Juna berdalih.Dia mendekat ke tempat tidur tempat kedua calon istrinya berbaring dan duduk.“Sini, sini, Jun! Jangan malu-malu, yah!” Rinjani menepuk tempat kosong di dekatnya, memberi isyarat agar Juna menyamankan diri saja bersama mereka, calon istrinya.“Kalian, tentu sangat bingung kenapa harus langsung tinggal di sini. Um, yah, aku juga pasti yakin orang tua kalian sama bingungnya dengan kalian.” Juna membuka obrolan.Sesuai dengan tebakan Juna, orang tua Shevia dan Rinjani memang sama herannya dengan putri mereka.Bahkan ketika Hartono diberitahu mengenai ini oleh orang tua Rinjani, yang bisa dibatinkan ayah mertua Juna hanyalah, ‘Ya ampun, bocah itu! Saking tidak sabarnya sampai ingin secepatnya menikmati malam pertama?’Meski begitu, semua orang tua para calon istri Juna tidak keberatan, karena mereka mengetahui dengan jelas seperti apa mendambanya putri mereka pada Juna.Apalagi Juna