“Memangnya kenapa kalau aku bersekutu dengan setan?” Lexus makin menyeringai lebar, menambah seram wajah bengisnya.
Maka, dini hari itu merupakan hari paling sial bagi Yuliandra. Dia tak hanya disetubuhi oleh pria kasar nan kejam seperti Lexus, tapi sekaligus oleh setan hitam besar bertaring yang masuk ke tubuh Lexus untuk ikut menikmati dirinya.
Kesucian yang dijaga Yuliandra dengan susah payah semenjak dia bekerja di kelab malam itu pun terenggut secara mengenaskan oleh 2 makhluk jahat beda ras.
Di sela-sela tangis dan air matanya, Yuliandra membatin, ‘Apakah ini karma karena aku berkhianat pada keluargaku? Ini hukuman karena membuat kecewa ibuku?’
Sementara itu, rekan Yuliandra, si senior, sibuk membujuk ke manajernya untuk berbuat apa pun caranya demi menolong Yuliandra.
“Jangan gila! Apa kau ingin kepalaku terpisah dari leherku, hah? Pak Bos sudah setuju tunduk ke orang itu! Jangan macam-macam dan diam saja! Angga
Di tempatnya, Juna akhirnya mulai pulih energinya sehingga dia bisa bangun dari tempat tidur sambil memeluk Rafa yang setengah tertidur.“Terima kasih, Rafa. Kamu memang yang terbaik.” Juna mengelus kepala Rafa.Dia menoleh ke samping dan ada Anika serta Wenti yang masih berjaga di dekatnya.“Maafkan aku membuatmu lelah berjaga seperti ini, Nik.” Juna menampilkan senyum terbaiknya ke sang istri.“Sama sekali bukan merupakan beban untukku, Mas.” Anika membalas senyuman suaminya.“Eh! Oh! Sudah selesai?” Wenti yang duduk di sebelah Anika mulai sadar sepenuhnya dan membuka lebar-lebar matanya.Rafa dikembalikan ke Wenti dan bocah itu meringkuk manja ke ibunya sambi menggosok-gosokkan wajahnya ke dada sang ibu.“Terima kasih, Ma. Dan maaf karena terus merepotkan Mama dan Rafa begini.” Juna sebenarnya malu terlihat lemah seperti ini.Dia sudah berusaha meningkatkan kekuatan
“Hah!” Juna membuka matanya dan membatin, ‘Aku tetap sulit menembus penghalang untuk mengetahui siapa dalang dari serangan itu. Apakah dia juga pelaku supranatural?’ Melihat telapak tangannya dalam waktu beberapa detik, Juna memikirkan mengenai sosok yang masih samar bagaikan tertutupi kabut, yang belum bisa dia singkap identitasnya. ‘Meskipun aku sudah melacak jin bawahannya, tapi itu tidak membawa aku ke majikannya. Hm, siapa orang itu sehingga bisa memiliki anak buah jin-jin tua yang kuat?’ batin Juna terus bertanya-tanya. Dengan ini, Juna ingin semakin bertambah kuat dan memiliki tingkatan kanuragan yang lebih tinggi lagi agar dia bisa mengungkap bedebah yang mempecundangi dia. “Mas.” Anika masuk ke kamar sambil membawa wedang uwuh untuk Juna. Segera, Juna menoleh ke arah pintu dan melihat istrinya sudah berjalan dari sana mendekat ke dia di tepi ranjang. Dia baru saja duduk bersila untuk melacak lagi keberadaan dan identitas dalang penyerangan astral padanya, tapi tak menemu
“Hah? Shevia dan Rin tinggal bersama kita?” Juna tentu saja kaget dengan permintaan istrinya yang akhir-akhir ini susah ditebak karena terlalu aneh dan benar-benar out of the box. Anika mengangguk penuh keyakinan. “Ini demi keselamatan mereka berdua.” Anika terpaksa mengatakannya. Mendengar itu, Juna langsung paham maksud permintaan dari Anika tadi. Memang, saat ini dia sedang menjadi target serangan astral oleh seseorang yang belum dia ketahui. Maka, bisa jadi orang-orang terdekat Juna juga akan terkena imbasnya. ‘Hm, masuk akal juga keinginan Nik. Kalau dua calon istriku itu kembali pulang ke rumah masing-masing, mereka bisa jadi sasaran empuk serangan astral lawanku. Memang tempat teraman bagi mereka justru ada di penthouse yang sudah diberi pagar gaib yang kuat oleh Rafa.’ Juna berpikir dalam benaknya. Dia tidak terlalu khawatir mengenai Wenti dan Hartono karena mereka pastinya sudah diberi pengaman gaib oleh Rafa. ‘Kalau meminta Rafa memberikan pengaman gaib ke Rafa, rasan
“Astaga, Nik, apa kamu sadar yang kamu minta itu?” Juna sampai mengusap dadanya sendiri sambil menatap heran ke istrinya, dan dia berkata lagi, “Kok bisa kamu ingin aku mengawini mereka malam ini juga? Bukannya itu kurang pantas?”Juna patut tercengang dengan permintaan luar biasa dari Anika. Sampai-sampai dia kembali meragukan cinta Anika padanya. Apa ada seorang istri malah mendesak suaminya untuk segera melakukan persetubuhan dengan wanita lain meski belum resmi menikah?Mengetatkan rahangnya ketika menggigit geraham, Anika menyahut, “Mas, aku serius. Sudah seharusnya Mas dan kedua calon mempelai Mas menyatukan diri malam ini juga. Percayalah padaku.”Ini sungguh aneh. Juna tidak bisa meraba-raba apa sekiranya yang membuat istrinya ngotot ingin dia menyetubuhi wanita lain. Istri orang lain pastinya tidak ada yang begini, ‘kan?Di luar kamar, tepatnya di ruang tengah, Shevia dan Rinjani masih duduk santai sambil mengobrol dan melihat-lihat sekeliling penthouse meski tetap duduk di s
“Aku … ingin mengobrol supaya kita bisa semakin dekat dan … saling terbiasa satu sama lain.” Juna berdalih.Dia mendekat ke tempat tidur tempat kedua calon istrinya berbaring dan duduk.“Sini, sini, Jun! Jangan malu-malu, yah!” Rinjani menepuk tempat kosong di dekatnya, memberi isyarat agar Juna menyamankan diri saja bersama mereka, calon istrinya.“Kalian, tentu sangat bingung kenapa harus langsung tinggal di sini. Um, yah, aku juga pasti yakin orang tua kalian sama bingungnya dengan kalian.” Juna membuka obrolan.Sesuai dengan tebakan Juna, orang tua Shevia dan Rinjani memang sama herannya dengan putri mereka.Bahkan ketika Hartono diberitahu mengenai ini oleh orang tua Rinjani, yang bisa dibatinkan ayah mertua Juna hanyalah, ‘Ya ampun, bocah itu! Saking tidak sabarnya sampai ingin secepatnya menikmati malam pertama?’Meski begitu, semua orang tua para calon istri Juna tidak keberatan, karena mereka mengetahui dengan jelas seperti apa mendambanya putri mereka pada Juna.Apalagi Juna
Yang Juna tak menyangka, ketika dia menyatukan dirinya dengan dua calon mempelainya, dia bisa merasakan energi murni yang sangat besar masuk ke tubuhnya dan memenuhi banyak titik-titik chakra dia. ‘Hah? Ada apa ini?’ Juna terheran-heran dengan apa yang terjadi pada dirinya dan bertanya dalam hati. ‘Aliran deras energi ini … sangat kuat!’ Semakin Juna menenggelamkan dirinya pada kenikmatan menyatu dengan Shevia dan Rinjani, dia semakin mendapatkan aliran deras kekuatan energi murni yang tidak pernah dia perkirakan. ‘Apakah ini … jangan bilang ini maksud Anika agar aku mengawini dua wanita ini … agar aku bisa mendapatkan kekuatan baru? Kurasakan … astaga level kanuraganku naik! Ya, ini mulai merangkak naik! Astaga! Anika … Anika rupanya memaksudkan ini!’ Juna sibuk membatin sambil terus memacu dirinya pada kedua calon mempelainya secara bergantian. Hingga akhirnya …. “Arrghhh!” Juna menggeram puas karena tak hanya dia mendapatkan pelepasannya saja, tapi juga mendapatkan peningkata
Paginya, setelah Juna dan Anika menyelesaikan ritual intim mereka yang penuh bara, Anika menjumpai Shevia dan Rinjani yang mulai bangun dengan tubuh lemas.“Kalian sepertinya butuh minuman hangat. Minumlah! Aku sudah membuatnya.” Anika melirik ke dua cangkir berisi wedang uwuh untuk Shevia dan Rinjani.Anika memang sudah sejak tadi duduk di sofa ruang tengah seakan sedang menunggu kedua calon madunya. Sedangkan Juna berada di kamar.“Yuk, jangan sungkan-sungkan minumannya, Shev, Kak Rin,” tawar Anika lagi.Tak lupa, dia menyentuh sejenak kedua cangkir itu untuk menyalurkan energi panasnya di sana sehingga wedang itu kembali hangat dan setelahnya, dia menyodorkan ke Shevia dan Rinjani.“Ya ampun, Mbak Anik baik banget.” Shevia mendekat ke sofa dan duduk di sebelah Anika.Dia belum mandi dan hanya mengenakan mantel kamar saja dengan wajah sedikit berantakan akibat perbuatan Juna padanya semalam.“Anika, kamu yang terbaik! Hoaaheemm!” Rinjani menguap lebar sambil menutupi mulut mengguna
“Mimpi aneh tentang kematian Juna?!” Rinjani langsung berucap dengan suara kaget. “Mengetahui beberapa hal di masa depan.” Yang ini adalah gumaman dari Juna setelah dia mendapatkan penjelasan awal dari sang istri. Anika mengangguk, mengonfirmasi ke Juna dan Rinjani, lalu dia bersiap untuk melanjutkan penjelasannya. “Karena mimpi tersebut, aku sempat panik saat itu. Mas Juna pasti masih ingat momen ketika aku mendadak terbangun dengan napas sesak terengah-engah.” Anika melirik cukup lama ke suaminya. Juna mengangguk sebagai pembenaran atas apa yang dikatakan istrinya. “Nah, sejak aku berhubungan dengan Mas Juna, kemampuan supranaturalku menjadi lebih terasah dan tajam. Tadinya kemampuan ini memang tumpul, atau mungkin sedang tertidur, aku tak paham. Lalu, aku mencoba menyelaraskan energiku dengan energi semesta untuk menanyakan mengenai pengelihatan yang aku dapatkan di mimpi.” Anika bertutur. “Ya, aku memang bermeditasi beberapa saat untuk mencoba meraih pengetahuan dari semesta