“Dia sudah datang?” Mulut Rinjani sampai ternganga ketika matanya membelalak lebar. “Siapa, Mbak?” tanya Shevia dengan rasa penuh penasaran. Juna masih diam, dia juga sangat penasaran dengan siapa sebenarnya musuh yang harus dia hadapi sampai Anika begitu ketakutan dan menempuh metode menyakitkan hati sendiri dengan meminta dia menikahi 2 wanita lainnya. “Semesta tidak memberitahu aku siapa nama dan bagaimana orangnya. Tapi aku mengenali energinya ketika Semesta memberiku petunjuk. Yah, kalian harus tahu, komunikasiku dengan Semesta bukan seperti kita yang menggunakan percakapan verbal begini, tapi menggunakan sinyal dan rasa.” Anika harus menerangkan ini dulu agar mereka tidak berharap jauh padanya. “Dia sudah menyerang Juna?” Rinjani mendadak terpantik emosinya, seakan dia siap menerjang maju menyerang musuh Juna. Anika mengangguk, mengiakan ucapan Rinjani. “Sudah.” “Berarti … berita menghebohkan mengenai orang yang tewas di gedung yang sedang dibangun Juna itu … dan yang terj
“Aku tidak ingin ada kegagalan malam ini.” Lexus berkata ke anak buahnya. “Siap!” Sekumpulan orang berpakaian serba hitam dan bertopeng ski itu serempak menjawab Lexus dan segera masuk ke mobil masing-masing. Kemudian, mereka semua yang berjumlah total 20 orang dalam 4 mobil, mulai berpencar arah setelah keluar dari jalan bebas hambatan. “Tuan, Anda yakin dengan keputusan Anda itu?” tanya asisten pribadi Lexus dengan sangat hati-hati memilih kalimat dan situasi kondisi Lexus saat ini. Karena dirasa bosnya sedang senang karena banyak tersenyum sejak tadi, maka si asisten memberanikan bertanya seperti itu. “Hmph! Aku sudah menghitung untung ruginya. Kalaupun mereka ditangkap, mereka tahu apa yang harus mereka lakukan agar aku bersih dari segala tuduhan.” Lexus sambil tersenyum lebar dan mengusap-usap janggutnya. Dini hari jam 2, ketika Juna sudah menyelesaikan ritual khususnya bersama Shevia dan Rinjani, dia berjalan ke kamar, hendak melakukannya dengan Anika juga. Tapi, baru saj
“Hiks! Apakah kita akan mati di sini?” Shevia mulai gemetaran. Dia belum siap jika harus mati muda begini. Apalagi dia baru saja merasakan bahagia menjadi pasangan Juna, hal paling dia dambakan sejak lama. “Jangan cemas, Shev. Kami tidak akan membiarkan kalian terluka, apa pun yang terjadi.” Anika menoleh ke belakang untuk menatap Shevia dan menguatkan calon madunya. Juna tidak bisa tidak memanggil keluar Nyai Wungu. Jin siluman tua itu menggeliat keluar dan berwujud ular kecil di atas dasbor mobil Juna. “Ya, Tuanku?” “Maaf aku mengganggu semadimu, Nyai.” Juna merasa tak enak hati sendiri. “Tidak menjadi masalah bagi hamba, Tuanku.” Nyai Wungu yang sudah mengabdikan dirinya ke Juna, tidak mungkin menolak apa pun perintah Juna selama itu tidak bertentangan dengan adab dan kemanusiaan. Juna bersyukur dia memiliki dukungan astral yang kuat dan bisa diandalkan tanpa takut dihukum semesta. "Nyai, tolong urus mobil-mobil di belakang itu. Aku yakin mereka tidak memiliki niat baik sam
‘Gila! Kenapa bisa para jin-jin tua itu berdatangan begitu banyak? Siapa sebenarnya tuan mereka sampai bisa mendatangkan jin-jin tua?’ Nyai Wungu tak habis pikir dengan kemampuan musuh Juna.Untuk diketahui, jin tua merupakan eksistensi yang sangat kuat dan tidak mudah ditaklukkan menjadi bawahan seseorang.Jika bisa memperbudak jin tua, itu menandakan majikannya bukan orang sembarangan. Sama halnya dengan Juna, dia memang bukan orang sembarangan ketika grim reaper memberinya kuasa atas Nyai Wungu sesuai dengan restu pemilik semesta.“Hraakkhh!” Nyai Wungu yang sudah cukup lelah karena pertempuran sebelumnya, berusaha mengerahkan kekuatannya yang terbaik. Beberapa kali dia muntah darah akibat terkena serangan lawannya yang berjumlah sangat banyak.Peperangan energi terjadi di langit, menimbulkan kilauan dan gemerlap warna bagaikan kembang api yang hanya bisa dilihat oleh manusia dengan daya linuwih tertentu.“Kau sebaiknya menyerah saja, hei siluman ular! Kami lebih kuat darimu!” teri
Anika membuka matanya dan wajahnya segera menampilkan kegembiraan. Dia bergegas keluar mobil untuk menemui jin khodamnya.“Nyai! Nyai Mirah!” Anika ingin sekali memeluk Nyai Mirah, tapi sepertinya saat ini bukan waktu yang tepat untuk reuni secara melankolis. “Nyai, terima kasih karena menjawab seruanku. Apakah tidak apa-apa jika kamu datang ke sini? Maafkan aku yang egois begini, Nyai.”Tentunya dia tidak boleh melupakan Ki Amok yang menyukai Nyai Mirah sampai ‘memenjarakan’ Nyai Mirah menjadi selirnya.“Tidak masalah, Ndoro. Hamba sudah diperkenankan Ki Amok datang ke sini untuk membantu ketika Ndoro dalam keadaan gawat.” Ucapan Nyai Mirah sangat melegakan Anika.Kemudian, Nyai Mirah menatap ke arah Nyai Wungu yang sedang dikeroyok secara menyedihkan.“Huh! Sepertinya si payah itu tidak bisa bertahan lebih lama. Mau tidak mau aku harus turun tangan!” Nyai Mirah segera melesat ke arah medan pertempuran Nyai Wungu.Blaarrr!Energi kuat Nyai Mirah meledakkan beberapa jin tua yang palin
“Kita … memajukan hari pernikahan kita?” Shevia menatap tak percaya ke Juna.Juna mengangguk dan berkata, “Ya, Shev. Ini untuk menghormati papamu. Atau kamu kurang berkenan mengenai ini?”Semua orang di sana terdiam, memberi waktu bagi Shevia untuk mempertimbangkan tawaran Juna.Di benaknya, Shevia berpikir, ‘Papa sudah tak ada lagi. Andaikan nanti menikah sesuai dengan tanggal yang ditentukan, aku tidak akan didampingi papa dan mungkin juga mama, karena belum ada kejelasan kapan mama bisa sadar dari komanya.’Bagi Juna, dia berani mengajukan tawaran itu karena ini sudah semakin mendesak. Lagipula, sekarang atau nanti, sebenarnya mereka berdua sudah sah sebagai pasangannya karena telah melalui ritual malam pertama.“Baiklah, Jun.” Shevia sembari mengangguk setuju. Tidak ada yang salah dari tawaran Juna.Anika dan Rinjani sama-sama memeluk Shevia. Juna mengangguk lega dan kini dia bisa mengatur rencana berikutnya.“Rin, beritahu papamu mengenai pernikahan kita besok. Aku akan menyiapka
“Anda ingin mengunjungi Lenita Sasongkojoyo?” tanya si petugas di Rumah Sakit Jiwa.“Benar. Lenita Sasongkojoyo, tidak salah lagi.” Lexus menjawab dengan suara rendah dan beratnya.“Apakah saya boleh mengetahui Anda siapanya dari Bu Lenita Sasongkojoyo?” Petugas itu tampaknya tidak akan mempermudahkan pengunjung bisa seenaknya saja bertemu pasien mereka.Hal ini dikarenakan dulu ketika awal-awal Lenita masuk ke Rumah Sakit Jiwa, ada banyak wartawan yang ingin melihat situasi wanita itu karena berkaitan dengan Juna sebagai pengusaha muda yang meroket namanya dan orang tua Lenita yang merupakan konglomerat berpengaruh di Nusantara, terutama di Kota Samanggi.“Hm, aku sepupunya.” Lexus sudah mulai tak sabar. Dia segera menembakkan ajian hipnosisnya ke petugas itu ketika mata mereka saling bertautan. “Jangan banyak bacot, lekas bawa aku ke bangsalnya.”Petugas yang sudah dalam hypnosis Lexus, segera mengangguk dengan tatapan kosong.Tak butuh waktu lama bagi Lexus tiba di kamar perawatan
“Le—Lenita? Dia sungguh berkata dia bernama Lenita?” tanya Hartono dengan suara bergetar.Petugas gedung mengiakan ucapan Hartono.Segera saja, Hartono menoleh ke Wenti yang baru saja memberi ASI ke Rafa.“Mah, Nita … Nita pulang.” Suara Hartono bergetar saat mengucapkannya.Wenti terkesima mendengar penuturan suaminya. Tak disangka-sangka, Rafa di gendongan Wenti mendadak berontak sambil menangis rewel.“Pak?” Petugas bertanya ke Hartono.“O—Ohh, iya! Iya! Suruh dia masuk ke tempatku!” Hartono lekas menjawab.Setelah komunikasi dengan petugas gedung disudahi, Hartono menoleh ke Rafa yang rewel.“Kenapa, sih, jagoan Papa ini?” tanya Hartono sambil mengelus kepala Rafa, sekedar ingin memeriksa, apakah putranya demam atau semacam itu.Ternyata Rafa baik-baik saja suhu tubuhnya. Tapi bocah itu terus menangis rewel dan membuat bingung kedua orang tuanya.“Mas, coba telepon Juna, siapa tahu dia paham kenapa Rafa mendadak rewel begini.” Wenti meminta pada Hartono.Karena itu masuk akal, mak