‘Gila! Kenapa bisa para jin-jin tua itu berdatangan begitu banyak? Siapa sebenarnya tuan mereka sampai bisa mendatangkan jin-jin tua?’ Nyai Wungu tak habis pikir dengan kemampuan musuh Juna.Untuk diketahui, jin tua merupakan eksistensi yang sangat kuat dan tidak mudah ditaklukkan menjadi bawahan seseorang.Jika bisa memperbudak jin tua, itu menandakan majikannya bukan orang sembarangan. Sama halnya dengan Juna, dia memang bukan orang sembarangan ketika grim reaper memberinya kuasa atas Nyai Wungu sesuai dengan restu pemilik semesta.“Hraakkhh!” Nyai Wungu yang sudah cukup lelah karena pertempuran sebelumnya, berusaha mengerahkan kekuatannya yang terbaik. Beberapa kali dia muntah darah akibat terkena serangan lawannya yang berjumlah sangat banyak.Peperangan energi terjadi di langit, menimbulkan kilauan dan gemerlap warna bagaikan kembang api yang hanya bisa dilihat oleh manusia dengan daya linuwih tertentu.“Kau sebaiknya menyerah saja, hei siluman ular! Kami lebih kuat darimu!” teri
Anika membuka matanya dan wajahnya segera menampilkan kegembiraan. Dia bergegas keluar mobil untuk menemui jin khodamnya.“Nyai! Nyai Mirah!” Anika ingin sekali memeluk Nyai Mirah, tapi sepertinya saat ini bukan waktu yang tepat untuk reuni secara melankolis. “Nyai, terima kasih karena menjawab seruanku. Apakah tidak apa-apa jika kamu datang ke sini? Maafkan aku yang egois begini, Nyai.”Tentunya dia tidak boleh melupakan Ki Amok yang menyukai Nyai Mirah sampai ‘memenjarakan’ Nyai Mirah menjadi selirnya.“Tidak masalah, Ndoro. Hamba sudah diperkenankan Ki Amok datang ke sini untuk membantu ketika Ndoro dalam keadaan gawat.” Ucapan Nyai Mirah sangat melegakan Anika.Kemudian, Nyai Mirah menatap ke arah Nyai Wungu yang sedang dikeroyok secara menyedihkan.“Huh! Sepertinya si payah itu tidak bisa bertahan lebih lama. Mau tidak mau aku harus turun tangan!” Nyai Mirah segera melesat ke arah medan pertempuran Nyai Wungu.Blaarrr!Energi kuat Nyai Mirah meledakkan beberapa jin tua yang palin
“Kita … memajukan hari pernikahan kita?” Shevia menatap tak percaya ke Juna.Juna mengangguk dan berkata, “Ya, Shev. Ini untuk menghormati papamu. Atau kamu kurang berkenan mengenai ini?”Semua orang di sana terdiam, memberi waktu bagi Shevia untuk mempertimbangkan tawaran Juna.Di benaknya, Shevia berpikir, ‘Papa sudah tak ada lagi. Andaikan nanti menikah sesuai dengan tanggal yang ditentukan, aku tidak akan didampingi papa dan mungkin juga mama, karena belum ada kejelasan kapan mama bisa sadar dari komanya.’Bagi Juna, dia berani mengajukan tawaran itu karena ini sudah semakin mendesak. Lagipula, sekarang atau nanti, sebenarnya mereka berdua sudah sah sebagai pasangannya karena telah melalui ritual malam pertama.“Baiklah, Jun.” Shevia sembari mengangguk setuju. Tidak ada yang salah dari tawaran Juna.Anika dan Rinjani sama-sama memeluk Shevia. Juna mengangguk lega dan kini dia bisa mengatur rencana berikutnya.“Rin, beritahu papamu mengenai pernikahan kita besok. Aku akan menyiapka
“Anda ingin mengunjungi Lenita Sasongkojoyo?” tanya si petugas di Rumah Sakit Jiwa.“Benar. Lenita Sasongkojoyo, tidak salah lagi.” Lexus menjawab dengan suara rendah dan beratnya.“Apakah saya boleh mengetahui Anda siapanya dari Bu Lenita Sasongkojoyo?” Petugas itu tampaknya tidak akan mempermudahkan pengunjung bisa seenaknya saja bertemu pasien mereka.Hal ini dikarenakan dulu ketika awal-awal Lenita masuk ke Rumah Sakit Jiwa, ada banyak wartawan yang ingin melihat situasi wanita itu karena berkaitan dengan Juna sebagai pengusaha muda yang meroket namanya dan orang tua Lenita yang merupakan konglomerat berpengaruh di Nusantara, terutama di Kota Samanggi.“Hm, aku sepupunya.” Lexus sudah mulai tak sabar. Dia segera menembakkan ajian hipnosisnya ke petugas itu ketika mata mereka saling bertautan. “Jangan banyak bacot, lekas bawa aku ke bangsalnya.”Petugas yang sudah dalam hypnosis Lexus, segera mengangguk dengan tatapan kosong.Tak butuh waktu lama bagi Lexus tiba di kamar perawatan
“Le—Lenita? Dia sungguh berkata dia bernama Lenita?” tanya Hartono dengan suara bergetar.Petugas gedung mengiakan ucapan Hartono.Segera saja, Hartono menoleh ke Wenti yang baru saja memberi ASI ke Rafa.“Mah, Nita … Nita pulang.” Suara Hartono bergetar saat mengucapkannya.Wenti terkesima mendengar penuturan suaminya. Tak disangka-sangka, Rafa di gendongan Wenti mendadak berontak sambil menangis rewel.“Pak?” Petugas bertanya ke Hartono.“O—Ohh, iya! Iya! Suruh dia masuk ke tempatku!” Hartono lekas menjawab.Setelah komunikasi dengan petugas gedung disudahi, Hartono menoleh ke Rafa yang rewel.“Kenapa, sih, jagoan Papa ini?” tanya Hartono sambil mengelus kepala Rafa, sekedar ingin memeriksa, apakah putranya demam atau semacam itu.Ternyata Rafa baik-baik saja suhu tubuhnya. Tapi bocah itu terus menangis rewel dan membuat bingung kedua orang tuanya.“Mas, coba telepon Juna, siapa tahu dia paham kenapa Rafa mendadak rewel begini.” Wenti meminta pada Hartono.Karena itu masuk akal, mak
“Nita!” Wenti menyeru kaget ketika menyaksikan Lenita malah mencekik Hartono.Anehnya, cekikan itu terasa sangat bertenaga, bahkan Lenita bisa mengangkat sedikit Hartono dari lantai meski hanya menggunakan satu tangan.“Kau melupakan aku, mengabaikan aku, menganggap aku sudah tak ada, begitukah?!” teriak Lenita ke ayahnya sendiri.Hartono sudah terangkat hampir 10 sentimeter dari lantai. Kedua tangannya berusaha melepaskan cekikan tangan putrinya yang terasa panas dan menusuk. Itu sungguh menyakitkan.Rafa menoleh dan ….Blaarrr!Bocah itu mengibaskan tangan mungilnya sehingga Lenita tertampar keras dan cekikannya pada leher Hartono pun lepas.Hartono terhempas cukup jauh ke ruang depan, akibat dari terjangan energi putranya yang menampar Lenita, sehingga tangan putrinya tanpa sengaja terayun ke arah berbeda.“Len!” Dari arah depan, Juna sudah berlari dengan Anika di belakangnya.Ketika sampai, Juna sudah melihat Lenita yang terhuyung dan melepaskan cekikan pada Hartono.Karena Harton
“Ha ha ha! Rupanya kau masih mengenaliku, Tuan Panglima!” Lexus yang dulunya di era kuno bernama Jagorano, seorang pemimpin gerombolan penyamun Warok Ireng, mengakui tanpa enggan. Juna dan Anika semakin waspada. Tatapan mereka menjadi tajam ke Lexus. Sementara itu, Wenti memiliki kesempatan untuk berlari sambil menggendong Rafa pergi ke sisi Juna dan bergabung dengan Hartono. Itu jauh lebih aman untuk dia dan putranya. “Siapa itu Jagorano?” tanya Hartono. Wajar saja apabila Hartono bingung, karena dia orang yang tak tahu apa-apa mengenai identitas asli Juna, Anika, dan Lexus. “Nanti saja, Pa. Yang penting saat ini adalah menyingkirkan dia.” Juna berkata pelan sambil menolehkan sedikit kepalanya ke samping. Sekarang bukan waktu yang tepat untuk menjelaskan perihal asal-usul dia. “Rupanya kau yang beberapa hari belakangan ini menggangguku, hah?” Juna langsung memiliki kesimpulan tersebut jika memang orang yang ada di depannya ini adalah orang yang sama yang mendesak dia dan Anika
“Apa?!” Lexus terdesak saat energi cahaya dari sosok mirip pandhita itu bisa mengintimidasi dia. Hingga akhirnya energi dari si pandhita berhasil mendorong dan mengenai Lexus. Dhaarr! “Arrghh!” Lexus terpental beberapa meter sampai menabrak lemari sampai menimbulkan bunyi riuh. “Lexus!” Lenita berlari ke arah lelakinya dan membantu Lexus berdiri. Dari wajah Lexus yang terlihat masam, lelaki itu tidak berkata apa-apa. Ada darah yang keluar dari mulut dan hidungnya. “Ayo!” Lexus menggamit pinggang Lenita dan melesat pergi seperti kilatan cahaya, keluar dari penthouse dari pintu balkon yang rusak. Ketika Juna hendak mengejar, sosok mirip pandhita berselubung cahaya itu mencegah. “Jangan dikejar.” Sosok mirip pandhita itu berkata ke Juna. Maka, Juna pun urung. Dia menoleh heran sekaligus takjub pada sosok berselimutkan cahaya tersebut. Cahaya di sekeliling tubuh sosok mirip pandhita itu tidak terang yang menusuk mata, melainkan cahaya yang menentramkan mata dan juga hati yang mel