“Le—Lenita? Dia sungguh berkata dia bernama Lenita?” tanya Hartono dengan suara bergetar.Petugas gedung mengiakan ucapan Hartono.Segera saja, Hartono menoleh ke Wenti yang baru saja memberi ASI ke Rafa.“Mah, Nita … Nita pulang.” Suara Hartono bergetar saat mengucapkannya.Wenti terkesima mendengar penuturan suaminya. Tak disangka-sangka, Rafa di gendongan Wenti mendadak berontak sambil menangis rewel.“Pak?” Petugas bertanya ke Hartono.“O—Ohh, iya! Iya! Suruh dia masuk ke tempatku!” Hartono lekas menjawab.Setelah komunikasi dengan petugas gedung disudahi, Hartono menoleh ke Rafa yang rewel.“Kenapa, sih, jagoan Papa ini?” tanya Hartono sambil mengelus kepala Rafa, sekedar ingin memeriksa, apakah putranya demam atau semacam itu.Ternyata Rafa baik-baik saja suhu tubuhnya. Tapi bocah itu terus menangis rewel dan membuat bingung kedua orang tuanya.“Mas, coba telepon Juna, siapa tahu dia paham kenapa Rafa mendadak rewel begini.” Wenti meminta pada Hartono.Karena itu masuk akal, mak
“Nita!” Wenti menyeru kaget ketika menyaksikan Lenita malah mencekik Hartono.Anehnya, cekikan itu terasa sangat bertenaga, bahkan Lenita bisa mengangkat sedikit Hartono dari lantai meski hanya menggunakan satu tangan.“Kau melupakan aku, mengabaikan aku, menganggap aku sudah tak ada, begitukah?!” teriak Lenita ke ayahnya sendiri.Hartono sudah terangkat hampir 10 sentimeter dari lantai. Kedua tangannya berusaha melepaskan cekikan tangan putrinya yang terasa panas dan menusuk. Itu sungguh menyakitkan.Rafa menoleh dan ….Blaarrr!Bocah itu mengibaskan tangan mungilnya sehingga Lenita tertampar keras dan cekikannya pada leher Hartono pun lepas.Hartono terhempas cukup jauh ke ruang depan, akibat dari terjangan energi putranya yang menampar Lenita, sehingga tangan putrinya tanpa sengaja terayun ke arah berbeda.“Len!” Dari arah depan, Juna sudah berlari dengan Anika di belakangnya.Ketika sampai, Juna sudah melihat Lenita yang terhuyung dan melepaskan cekikan pada Hartono.Karena Harton
“Ha ha ha! Rupanya kau masih mengenaliku, Tuan Panglima!” Lexus yang dulunya di era kuno bernama Jagorano, seorang pemimpin gerombolan penyamun Warok Ireng, mengakui tanpa enggan. Juna dan Anika semakin waspada. Tatapan mereka menjadi tajam ke Lexus. Sementara itu, Wenti memiliki kesempatan untuk berlari sambil menggendong Rafa pergi ke sisi Juna dan bergabung dengan Hartono. Itu jauh lebih aman untuk dia dan putranya. “Siapa itu Jagorano?” tanya Hartono. Wajar saja apabila Hartono bingung, karena dia orang yang tak tahu apa-apa mengenai identitas asli Juna, Anika, dan Lexus. “Nanti saja, Pa. Yang penting saat ini adalah menyingkirkan dia.” Juna berkata pelan sambil menolehkan sedikit kepalanya ke samping. Sekarang bukan waktu yang tepat untuk menjelaskan perihal asal-usul dia. “Rupanya kau yang beberapa hari belakangan ini menggangguku, hah?” Juna langsung memiliki kesimpulan tersebut jika memang orang yang ada di depannya ini adalah orang yang sama yang mendesak dia dan Anika
“Apa?!” Lexus terdesak saat energi cahaya dari sosok mirip pandhita itu bisa mengintimidasi dia. Hingga akhirnya energi dari si pandhita berhasil mendorong dan mengenai Lexus. Dhaarr! “Arrghh!” Lexus terpental beberapa meter sampai menabrak lemari sampai menimbulkan bunyi riuh. “Lexus!” Lenita berlari ke arah lelakinya dan membantu Lexus berdiri. Dari wajah Lexus yang terlihat masam, lelaki itu tidak berkata apa-apa. Ada darah yang keluar dari mulut dan hidungnya. “Ayo!” Lexus menggamit pinggang Lenita dan melesat pergi seperti kilatan cahaya, keluar dari penthouse dari pintu balkon yang rusak. Ketika Juna hendak mengejar, sosok mirip pandhita berselubung cahaya itu mencegah. “Jangan dikejar.” Sosok mirip pandhita itu berkata ke Juna. Maka, Juna pun urung. Dia menoleh heran sekaligus takjub pada sosok berselimutkan cahaya tersebut. Cahaya di sekeliling tubuh sosok mirip pandhita itu tidak terang yang menusuk mata, melainkan cahaya yang menentramkan mata dan juga hati yang mel
“A—Anda tidak sendiri?” Juna sampai membelalakkan matanya lebar-lebar. Ternyata yang sedang mengejar Jagorano alias Lexus tidak hanya si sosok mirip pandhita ini saja, tapi masih ada lainnya! Sosok mirip pandhita mengangguk. “Dia adalah Dewi Salwapadmi. Seorang dewi yang mengatur minuman bagi para dewata di nirwana.” Sosok mirip pandhita itu menyapukan tatapannya pada orang-orang di depannya. “Oh, kalau begitu, kalian sudah saling bertemu di era ini?” tanya Juna lebih jauh karena rasa ingin tahunya. Mendengar bahwa ada seorang dewi kahyangan yang turun ke dunia manusia, siapa yang tidak penasaran? Selama ini, yang terpatri di benak Juna dan semua penduduk di era kuno, meyakini bahwa sosok seorang dewi kahyangan merupakan entitas luar biasa yang memesona dan tak tertandingi wanita di dunia fana. “Sudah bertemu, tapi dia belum terbangkitkan, alias belum terbangun jiwanya saat berada di tubuh seseorang.” Sosok mirip pandhita menjawab semb
“Baiklah. Aku akan membawa mereka ke sini.” Juna mengangguk dan segera bangkit berdiri untuk kembali ke unit penthouse dia sendiri. “Nik, tetaplah di sini.” Anika patuh pada ucapan suaminya dan mengangguk. Sembari menunggu Juna membawa Shevia dan Rinjani, Anika memberanikan diri bertanya, “Permisi, Pandhita, izin bertanya ….” Karena di mata Anika, sosok pandhita tetaplah entitas tinggi dari ras manusia, apalagi Narendrarana sudah berhasil moksa, maka dia tidak bisa tidak menghormati Narendrarana. Terbitlah senyum menyejukkan jiwa dari Narendrarana ketika mendengar Anika bicara padanya. “Tidak perlu terlalu sungkan begitu padaku, Sarnikaratnakartika.” Narendrarana benar-benar mengetahui nama asli dari Anika. Senyum canggung muncul dari Anika ketika ada sahutan demikian dari sosok yang dia sangat hormati. Dia masih tidak mengira di dalam tubuh bocah sekecil Rafa yang sering dia peluk, ternyata ada entitas luar biasa seperti Narendrarana, bagaima
"Apa ... apa kamu serius bilang kalau kamu bukan berasal dari era ini, Jun?" Suara Rinjani bergetar ketika dia menanyakan hal ini usai dia berhasil diberi segel perlindungan oleh Narendrarana dan mendengar dari Juna mengenai asal-usul suaminya.Juna memang sudah menceritakan asal-usulnya meski belum seluruhnya. Setidaknya dia tidak menceritakan mengenai petualangan cinta satu malamnya dengan beberapa wanita di era itu."Ya, seperti yang sudah aku katakan tadi bahwa aku memang bukan dari era modern ini. Lebih tepatnya, jiwaku. Tubuh ini memang tubuh manusia era ini, tapi jiwa yang mendiami, tidak." Lalu, Juna mulai bercerita lebih panjang lagi mengenai dirinya.Dia menceritakan kehidupan dirinya sebagai panglima kerajaan kuno di Jawa, lalu juga menceritakan mengenai kronologi kenapa jiwa dia bisa berpindah era."Dan kalian harus tahu satu hal, bahwa Anika ... dia adalah putri dari rajaku. Dia junjunganku di era kuno. Nama aslinya Tuan Putri Diah Ayu Sarnikaratnakartika. Atau biasa kami
Di penthouse, Narendrarana yang telah kembali ke tubuh Rafa mulai berjengit kaget.Si pandhita kuno itu membatin, ‘Astaga! Apakah ini benar yang aku rasakan?’ Dia menajamkan penerawangannya di ruang batin Rafa. Duduk bersila dan fokus sambil memejamkan mata sembari membentuk posisi mudra.‘Astaga, ini sudah gila!’ Narendrarana di tubuh Rafa merasakan dirinya bergejolak akan amarah dan rasa tak terima. ‘Dia membunuh banyak makhluk hanya demi memenuhi syarat dari iblis?’Ya, Narendrarana bisa merasakan bahwa luka yang dia berikan, ternyata telah dibasuh menggunakan darah dari pria, wanita, anak kecil, janin, dan juga sapi betina.‘Tidak. Aku tidak boleh terpicu amarahku. Aku harus tetap tenang mengenai hal ini.’ Narendrarana menentramkan dirinya agar perasaannya tidak terdistorsi dengan amarah yang akan menodai hatinya.Saat ini dia hanya bisa bersedih dan berdoa ke Sang Pencipta semesta agar diberikan kekuatan untuk mengalahkan Lexus dan iblis yang menyertainya.Di mansion …."Kau tida