“Hah? Shevia dan Rin tinggal bersama kita?” Juna tentu saja kaget dengan permintaan istrinya yang akhir-akhir ini susah ditebak karena terlalu aneh dan benar-benar out of the box. Anika mengangguk penuh keyakinan. “Ini demi keselamatan mereka berdua.” Anika terpaksa mengatakannya. Mendengar itu, Juna langsung paham maksud permintaan dari Anika tadi. Memang, saat ini dia sedang menjadi target serangan astral oleh seseorang yang belum dia ketahui. Maka, bisa jadi orang-orang terdekat Juna juga akan terkena imbasnya. ‘Hm, masuk akal juga keinginan Nik. Kalau dua calon istriku itu kembali pulang ke rumah masing-masing, mereka bisa jadi sasaran empuk serangan astral lawanku. Memang tempat teraman bagi mereka justru ada di penthouse yang sudah diberi pagar gaib yang kuat oleh Rafa.’ Juna berpikir dalam benaknya. Dia tidak terlalu khawatir mengenai Wenti dan Hartono karena mereka pastinya sudah diberi pengaman gaib oleh Rafa. ‘Kalau meminta Rafa memberikan pengaman gaib ke Rafa, rasan
“Astaga, Nik, apa kamu sadar yang kamu minta itu?” Juna sampai mengusap dadanya sendiri sambil menatap heran ke istrinya, dan dia berkata lagi, “Kok bisa kamu ingin aku mengawini mereka malam ini juga? Bukannya itu kurang pantas?”Juna patut tercengang dengan permintaan luar biasa dari Anika. Sampai-sampai dia kembali meragukan cinta Anika padanya. Apa ada seorang istri malah mendesak suaminya untuk segera melakukan persetubuhan dengan wanita lain meski belum resmi menikah?Mengetatkan rahangnya ketika menggigit geraham, Anika menyahut, “Mas, aku serius. Sudah seharusnya Mas dan kedua calon mempelai Mas menyatukan diri malam ini juga. Percayalah padaku.”Ini sungguh aneh. Juna tidak bisa meraba-raba apa sekiranya yang membuat istrinya ngotot ingin dia menyetubuhi wanita lain. Istri orang lain pastinya tidak ada yang begini, ‘kan?Di luar kamar, tepatnya di ruang tengah, Shevia dan Rinjani masih duduk santai sambil mengobrol dan melihat-lihat sekeliling penthouse meski tetap duduk di s
“Aku … ingin mengobrol supaya kita bisa semakin dekat dan … saling terbiasa satu sama lain.” Juna berdalih.Dia mendekat ke tempat tidur tempat kedua calon istrinya berbaring dan duduk.“Sini, sini, Jun! Jangan malu-malu, yah!” Rinjani menepuk tempat kosong di dekatnya, memberi isyarat agar Juna menyamankan diri saja bersama mereka, calon istrinya.“Kalian, tentu sangat bingung kenapa harus langsung tinggal di sini. Um, yah, aku juga pasti yakin orang tua kalian sama bingungnya dengan kalian.” Juna membuka obrolan.Sesuai dengan tebakan Juna, orang tua Shevia dan Rinjani memang sama herannya dengan putri mereka.Bahkan ketika Hartono diberitahu mengenai ini oleh orang tua Rinjani, yang bisa dibatinkan ayah mertua Juna hanyalah, ‘Ya ampun, bocah itu! Saking tidak sabarnya sampai ingin secepatnya menikmati malam pertama?’Meski begitu, semua orang tua para calon istri Juna tidak keberatan, karena mereka mengetahui dengan jelas seperti apa mendambanya putri mereka pada Juna.Apalagi Juna
Yang Juna tak menyangka, ketika dia menyatukan dirinya dengan dua calon mempelainya, dia bisa merasakan energi murni yang sangat besar masuk ke tubuhnya dan memenuhi banyak titik-titik chakra dia. ‘Hah? Ada apa ini?’ Juna terheran-heran dengan apa yang terjadi pada dirinya dan bertanya dalam hati. ‘Aliran deras energi ini … sangat kuat!’ Semakin Juna menenggelamkan dirinya pada kenikmatan menyatu dengan Shevia dan Rinjani, dia semakin mendapatkan aliran deras kekuatan energi murni yang tidak pernah dia perkirakan. ‘Apakah ini … jangan bilang ini maksud Anika agar aku mengawini dua wanita ini … agar aku bisa mendapatkan kekuatan baru? Kurasakan … astaga level kanuraganku naik! Ya, ini mulai merangkak naik! Astaga! Anika … Anika rupanya memaksudkan ini!’ Juna sibuk membatin sambil terus memacu dirinya pada kedua calon mempelainya secara bergantian. Hingga akhirnya …. “Arrghhh!” Juna menggeram puas karena tak hanya dia mendapatkan pelepasannya saja, tapi juga mendapatkan peningkata
Paginya, setelah Juna dan Anika menyelesaikan ritual intim mereka yang penuh bara, Anika menjumpai Shevia dan Rinjani yang mulai bangun dengan tubuh lemas.“Kalian sepertinya butuh minuman hangat. Minumlah! Aku sudah membuatnya.” Anika melirik ke dua cangkir berisi wedang uwuh untuk Shevia dan Rinjani.Anika memang sudah sejak tadi duduk di sofa ruang tengah seakan sedang menunggu kedua calon madunya. Sedangkan Juna berada di kamar.“Yuk, jangan sungkan-sungkan minumannya, Shev, Kak Rin,” tawar Anika lagi.Tak lupa, dia menyentuh sejenak kedua cangkir itu untuk menyalurkan energi panasnya di sana sehingga wedang itu kembali hangat dan setelahnya, dia menyodorkan ke Shevia dan Rinjani.“Ya ampun, Mbak Anik baik banget.” Shevia mendekat ke sofa dan duduk di sebelah Anika.Dia belum mandi dan hanya mengenakan mantel kamar saja dengan wajah sedikit berantakan akibat perbuatan Juna padanya semalam.“Anika, kamu yang terbaik! Hoaaheemm!” Rinjani menguap lebar sambil menutupi mulut mengguna
“Mimpi aneh tentang kematian Juna?!” Rinjani langsung berucap dengan suara kaget. “Mengetahui beberapa hal di masa depan.” Yang ini adalah gumaman dari Juna setelah dia mendapatkan penjelasan awal dari sang istri. Anika mengangguk, mengonfirmasi ke Juna dan Rinjani, lalu dia bersiap untuk melanjutkan penjelasannya. “Karena mimpi tersebut, aku sempat panik saat itu. Mas Juna pasti masih ingat momen ketika aku mendadak terbangun dengan napas sesak terengah-engah.” Anika melirik cukup lama ke suaminya. Juna mengangguk sebagai pembenaran atas apa yang dikatakan istrinya. “Nah, sejak aku berhubungan dengan Mas Juna, kemampuan supranaturalku menjadi lebih terasah dan tajam. Tadinya kemampuan ini memang tumpul, atau mungkin sedang tertidur, aku tak paham. Lalu, aku mencoba menyelaraskan energiku dengan energi semesta untuk menanyakan mengenai pengelihatan yang aku dapatkan di mimpi.” Anika bertutur. “Ya, aku memang bermeditasi beberapa saat untuk mencoba meraih pengetahuan dari semesta
“Dia sudah datang?” Mulut Rinjani sampai ternganga ketika matanya membelalak lebar. “Siapa, Mbak?” tanya Shevia dengan rasa penuh penasaran. Juna masih diam, dia juga sangat penasaran dengan siapa sebenarnya musuh yang harus dia hadapi sampai Anika begitu ketakutan dan menempuh metode menyakitkan hati sendiri dengan meminta dia menikahi 2 wanita lainnya. “Semesta tidak memberitahu aku siapa nama dan bagaimana orangnya. Tapi aku mengenali energinya ketika Semesta memberiku petunjuk. Yah, kalian harus tahu, komunikasiku dengan Semesta bukan seperti kita yang menggunakan percakapan verbal begini, tapi menggunakan sinyal dan rasa.” Anika harus menerangkan ini dulu agar mereka tidak berharap jauh padanya. “Dia sudah menyerang Juna?” Rinjani mendadak terpantik emosinya, seakan dia siap menerjang maju menyerang musuh Juna. Anika mengangguk, mengiakan ucapan Rinjani. “Sudah.” “Berarti … berita menghebohkan mengenai orang yang tewas di gedung yang sedang dibangun Juna itu … dan yang terj
“Aku tidak ingin ada kegagalan malam ini.” Lexus berkata ke anak buahnya. “Siap!” Sekumpulan orang berpakaian serba hitam dan bertopeng ski itu serempak menjawab Lexus dan segera masuk ke mobil masing-masing. Kemudian, mereka semua yang berjumlah total 20 orang dalam 4 mobil, mulai berpencar arah setelah keluar dari jalan bebas hambatan. “Tuan, Anda yakin dengan keputusan Anda itu?” tanya asisten pribadi Lexus dengan sangat hati-hati memilih kalimat dan situasi kondisi Lexus saat ini. Karena dirasa bosnya sedang senang karena banyak tersenyum sejak tadi, maka si asisten memberanikan bertanya seperti itu. “Hmph! Aku sudah menghitung untung ruginya. Kalaupun mereka ditangkap, mereka tahu apa yang harus mereka lakukan agar aku bersih dari segala tuduhan.” Lexus sambil tersenyum lebar dan mengusap-usap janggutnya. Dini hari jam 2, ketika Juna sudah menyelesaikan ritual khususnya bersama Shevia dan Rinjani, dia berjalan ke kamar, hendak melakukannya dengan Anika juga. Tapi, baru saj