Share

30 - Menantang Istri

Penulis: Gauche Diablo
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

“Aku sudah mulai lupa apa saja yang aku alami ketika mati suri, Ma.” Akhirnya, Juna memilih untuk merahasiakan saja identitas asli dirinya. Dia tak yakin Wenti bisa menerima kejujurannya.

“Oh, baiklah.” Wenti tidak mendesak ingin tahu. “Yang penting, Mama dan papamu senang karena kamu sekarang sudah lebih mau peduli dengan pekerjaan di kantor.”

Juna terdiam. ‘Ya, memang sudah semestinya kalian lega dengan itu karena dulunya Arjuna sungguh tidak berguna, menjadi CEO tapi sehari-harinya hanya sibuk menempeli Lenita saja tanpa peduli dengan urusan perusahaan.’

Setibanya di rumah, Juna melihat mobil Hartono yang dibawa Iwang tadi sudah memasuki garasi dan kemudian mobil pribadinya segera diparkirkan di carport.

Iwang segera mengambil semua belanjaan Wenti di mobil Juna untuk dibawa ke dapur.

Ketika Juna dan Wenti keluar dari mobil, mereka disambut Hartono yang tersenyum. Ini berbanding terbalik dengan Lenita yang memasang wajah cemberut.

Wenti masuk bersama Hartono, sedangkan Juna dihampi
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Panglima Kuno Terjebak di Tubuh CEO   31 - Keributan di Dapur

    “Mana yang sakit? Hanya ini?” Juna mengoleskan obat salep luka bakar pada jari Lenita.“Ini juga. Uhh ….” Lenita menunjuk ke jari lainnya sambil bersuara manja.“Dasar lemah. Kena minyak sedikit saja sudah seheboh itu. Tsk!” Juna mengomel sembari mengoleskan lagi salep ke area yang ditunjuk istrinya.“Arghh! Pelan!” Lenita memekik pelan ketika suaminya mengoleskan salep tidak dengan cara lembut.“Sudah! Jangan manja! Besok aku ingin ayam goreng sambal ijo.” Juna menyebutkan menu yang dia inginkan sebelum dia berdiri dan pergi dari hadapan istrinya.Lenita diam sambil mulutnya berkerut. Ini adalah pertama kali baginya memasak makanan yang tergolong susah serta berat. Ikan bumbu pedas, yang membuat dia terkena cipratan minyak di beberapa area tangannya. Tidak parah, tapi bagi dia yang tidak pernah sakit gara-gara minyak, tentu saja itu merupakan hal yang berat.Meski begitu, Lenita harus menahan egonya demi bisa menyenangkan Juna. Apalagi dia tak mau dianggap payah oleh suami sendiri. H

  • Panglima Kuno Terjebak di Tubuh CEO   32 - Air Mata Wanita Adalah Hal Berbahaya

    Sebagian nyali Lenita menjadi ciut akibat tatapan tajam dan ucapan Juna. Sudah pasti makna dari ucapan itu dalam dan memuat ancaman yang tak mengenakkan bagi dia nantinya. Lenita paham itu.Maka, Lenita menelan ludahnya dan menghapus air mata di pipi dengan kasar sambil menyahut, “Ini karena kamu seenaknya bicara, Jun! Apa aku tak boleh marah?”“Aku hanya mengucapkan kalimat sederhana seperti pujian lazim pada istri dan mamaku, apakah itu salah?” Juna memiringkan kepala sembari matanya masih menyorot tajam ke Lenita.Hartono yang berdiri di antara keduanya, masih bingung. Memangnya ada masalah apa? Tak ada yang mau memberitahu dia?Sementara itu, Wenti tidak berani mendekat, karena dia paham, jika dia muncul di depan Lenita saat ini, keadaan makin runyam. Dia memilih meringkuk diam di kamar Hartono, menangis diam-diam.“Kalau aku tak suka, ya tak suka!” Lenita bersikeras. Dia benci luar biasa mendalam pada Wenti. Baginya, Wenti adalah sumber perpecahan keluarganya, penyebab ayah dan i

  • Panglima Kuno Terjebak di Tubuh CEO   33 - Jangan Terlalu Keras

    “Tidak.” Juna menjawab singkat. Meski tidak kembali menelusuri pekerjaannya, tapi dia masih diam tanpa melakukan apapun. Lenita bingung dengan sikap diam suaminya. Dia kehilangan akal. Bagaimana caranya agar Juna mau bersamanya ke kamar? “A—aku ….” Sebersit ide muncul di kepala Lenita dengan tiba-tiba sehingga dia berjalan lebih dekat ke Juna sambil tertatih, tapi sedikit menekan telapaknya yang terluka. “Auch!” Lenita berteriak mengaduh karena sakit pada telapak kakinya yang baru tadi siang terluka oleh pecahan kaca. Dia sedikit melimbungkan tubuhnya ke arah Juna. Sebagai panglima kuat di kerajaannya, Juna tentu sigap bergerak dan lekas meraih tubuh istrinya yang nyaris tersungkur di lantai. “Hati-hati.” Juna mau tak mau berdiri dari kusrinya sambil membantu Lenita menegakkan badan. “Uffhh … sakit ….” Lenita merintih lirih, berharap iba Juna. “Makanya jangan sembarangan bertingkah.” Juna menekan kekesalannya jika teringat tindakan konyol istrinya tadi siang. “Iya, iya, aku tah

  • Panglima Kuno Terjebak di Tubuh CEO   34 - Melunak Sedikit

    Gondo dan Desi sama-sama terkejut mendengar pertanyaan dari Juna.“Ma—maksudnya bagaimana, Pak Juna?” Gondo yang merupakan direktur keuangan, bertanya karena tak ingin salah tangkap kalimat Juna.“Pertanyaanku sesederhana tadi, kalian masih ingin bekerja di sini … atau tidak? Kalau sudah tidak ingin bekerja di sini, saya akan berikan surat pemberhentian kalian dan kuberi uang pesangon.” Juna menganggap dirinya masih baik karena berniat memberi usang pesangon andaikan dua orang itu memilih pergi dari perusahaannya.“Ka—kami tentu saja masih ingin bekerja di sini, Pak!” Desi sebagai direktur pemasaran, tak ingin kehilangan pekerjaan secara mendadak begini. Gondo mengangguk menyetujui ucapan rekan kerjanya.“Baiklah!” Juna mengangguk tegas cukup sekali dan berkata, “Kalau kalian memang masih ingin bekerja di sini, maka tolong lebih serius pada divisi kalian.”Gondo dan Desi saling berpandangan, tak begitu paham makna kalimat Juna arahnya ke hal apa.“Masih bingung?” Juna menatap dua dire

  • Panglima Kuno Terjebak di Tubuh CEO   35 - Dimulainya Serangan pada Sang Pusaka

    Lenita menghentikan makannya dan menatap sejenak suaminya yang baru saja mengatakan sesuatu yang membuatnya termangu.Bulan madu. Ya, itu adalah sesuatu yang pernah diucapkan Juna di meja makan. Ternyata suaminya masih mengingat mengenai itu.“Um … memangnya kalau kakiku tidak cepat sembuh, kau akan bulan madu dengan siapa?” Ada gurat cemberut di raut wajah Lenita.“Dengan guling.” Juna menggusak poni panjang Lenita. Ternyata menggemaskan juga istrinya ini meski kerap bersikap kasar tak sopan padanya.“Jadi kau lebih suka bulan madu dengan guling?” Lenita makin mengerucutkan bibirnya, menunjukkan sikap merajuk meski tak berani memaki Juna seperti biasanya. Dia harus berhasil membuat Juna takluk padanya.“Loh, tadi kau tanya kalau kakimu lambat sembuh, aku bulan madu dengan siapa, yah apa salahnya aku menjawab dengan guling? Kenapa? Mau cemburu dengan guling juga?” Juna seakan sedang menantang ketika menatap istrinya meski dia menahan tawanya.“Kamu jahat!” Lenita bersiap menangis.“Su

  • Panglima Kuno Terjebak di Tubuh CEO   36 - Bertemu Wanita Muda Lain

    Seorang lelaki digoda di bagian yang paling berbahaya, mana bisa menahan diri?Namun, itu orang lain. Berbeda dengan Juna yang telah melalui didikan militer keras di era dia dan tidak terbilang sedikit pengalamannya bertahan dari segala macam situasi sampai yang mengancam nyawa pun kerap dia hadapi.Maka, Juna lekas menangkap tengkuk Lenita dan menarik kepala ke dekat mulutnya agar sang istri bisa mendengar ucapan tegas bernada rendah darinya, “Berhenti, Len, atau aku akan ke ruang perpustakaan dan tidur di sana.”Tangan Lenita membeku dan perlahan ditarik dari selangkangan Juna agar suaminya tidak benar-benar pergi membiarkan dia tidur sendirian seperti hari-hari belakangan ini.Raut masam di wajah Lenita bersamaan ketika dia bertanya, “Memangnya aku salah melakukan itu ke kamu, Jun? Kamu kan suamiku. Lagipula … aku sudah tidak marah-marah lagi ke kamu belakangan ini, kan?”Juna ingin tertawa mendengar suara protes istrinya yang mencicit pelan seakan takut kalau kalimatnya membuat di

  • Panglima Kuno Terjebak di Tubuh CEO   37 - Serangan Diam-Diam

    Tidak membutuhkan seorang cenayang untuk mengetahui apa yang dipikirkan Shevia. Juna sangat paham hanya melihat dari tatapan wanita itu padanya. Tatapan yang biasa dia dapatkan di era dulu ketika wanita sedang mendamba padanya.Hanya saja, Juna tak habis pikir, untuk apa Hamid menyodorkan Shevia ke dirinya seperti itu? Dia harus menyelidiki apa sekiranya motif Hamid mengenai kerja sama mereka.Siang itu, Juna makan bersama Shevia. Dia berusaha bersikap profesional dan tetap ramah pada Shevia meski bukan jenis yang bisa membuat wanita salah paham.“Mari saya antar ke mobil Anda.” Juna menganggap ini perlakuan biasa seorang relasi bisnis usai pertemuan mereka.Shevia tersenyum dan berkata, “Terima kasih, Pak Juna. Anda sangat baik dan menyenangkan. Saya menunggu makan siang berikutnya sambil membicarakan bisnis.”Sebagai gadis modern yang lama berada di Amerika, sehingga membuat Shevia tidak bersikap ala perawan dusun ketika dia merasa percaya diri. Mungkin pada awalnya dia terlihat mal

  • Panglima Kuno Terjebak di Tubuh CEO   38 - Tamparan Keras

    Hanya melihat dari tatapan kedua petugas keamanan itu saja, Juna sudah bisa menebak bahwa keduanya salah paham dengan situasi yang ada.“Apakah kalian menuduh saya sembarangan memukul orang? Apa mungkin orang dengan penampilan seperti saya sengaja memukuli orang di tempat publik begini?” Juna mengibaskan kelepak jasnya.Petugas keamanan merasa tak enak hati sendiri saat melihat setelan jas yang dikenakan Juna.“Kalian bisa periksa kamera CCTV agar jelas, siapa yang pertama memulai perkelahian.” Juna merapikan rambut menggunakan jari dan ingin hal seperti ini lekas terselesaikan. “Itu mereka yang memulai.”Akhirnya, petugas keamanan itu memanggil rekannya yang lain untuk membawa mantan karyawan Juna ke kantor mereka. Juna terpaksa ikut karena petugas masih harus memeriksa rekaman CCTV untuk membuktikan ucapan Juna sebelumnya.…“Maafkan kesalahpahaman dari kami, Pak! Mohon ini tidak perlu diperpanjang.” Salah satu dari petugas keamanan itu merasa malu karena sudah menuduh Juna dan dia

Bab terbaru

  • Panglima Kuno Terjebak di Tubuh CEO   373 - (Bonus Part 4) Misteri Semesta [END]

    Juna dan ketiga istrinya mengangguk. “Kami akan berusaha untuk itu, Ma. Terus doakan kami agar selalu memiliki hal baik.” Juna menanggapi Wenti. Kemudian, keningnya berkerut, “Ma, apakah Mama akhir-akhir ini sering cepat lelah dan mual?” “Eh, kok tahu?” Wenti terhenyak kaget. Namun, kemudian dia sadar bahwa putra angkatnya ini bukan manusia sembarangan. “Selamat, Ma!” Juna maju untuk memberikan pelukan tulus ke Wenti. Anika dan Shevia paham makna ucapan Juna dan mereka bergantian mengucapkan selamat pula sambil memeluk Wenti. “Eh? Mama kenapa?” Rinjani belum paham. “Mama sudah hamil lagi, Kak.” Shevia menjelaskan. Di antara mereka, Rinjani memang yang paling hebat jika itu mengenai intuisi bisnis, tapi dia payah dalam aspek lainnya yang berkaitan dengan hubungan antar manusia. Wenti menanggapinya dengan senyum simpul dan sedikit malu-malu. *** “Ya ampun, lihat mereka! Sungguh keluarga besar yang ramai.” Seseorang menahan pekikannya ketika melihat Juna dan keluarga kecil dia tu

  • Panglima Kuno Terjebak di Tubuh CEO   372 - (Bonus Part 3) Bayi-Bayi dari Restu Semesta

    “Ya ampun, lucu sekali dia! Cantiknya ….” Rinjani sambil menggendong bayinya, dia menoleh ke bayi Shevia.“Dedek bayinya Kak Rin juga ganteng, tuh!” Shevia menunjuk bayi di gendongan Rinjani dengan dagunya.Mereka saling memuji bayi milik madu masing-masing.“Mbak Anika masih menyusui anaknya, yah?” tanya Shevia setelah dia berhasil menidurkan bayinya.“Iya. Masih di kamar. Semua anaknya tenang sekali, jarang menangis. Benar-benar bayi kalem seperti ibunya.” Rinjani mengomentari anak kembar Anika.Kemudian, pintu depan terbuka dan masuklah Juna yang baru pulang dari kantornya.“Mana jagoan-jagoanku?” tanya Juna sambil mendekat ke mereka dan mulai mencium bayi-bayinya di gendongan ibunya masing-masing. “BIntang … umcchh! Wulan … umchh! Sudah wangi semua!”“Lah ini anakku masa sih dipanggil jagoan?” Shevia sambil mengangkat sedikit bayi perempuan di gendongannya.“Lho, dia ini nantinya seorang jagoan wanita! Menjadi perempuan kuat yang akan melindungi orang tertindas dan menebar kebajik

  • Panglima Kuno Terjebak di Tubuh CEO   371 - (Bonus Part 2) Peresmian Gedung Baru dan Gosip Buruk

    “Wah, gedungmu begitu wow sekali, Jun!” Rinjani menatap gedung baru Juna. Matanya berkeliling menelisik semua interior di sana.“Ini juga berkat bantuanmu.” Juna berkata di dekat telinga Rinjani.“Kok aku?” tanya Rinjani sambil menjauhkan kepalanya dari Juna untuk menatap suaminya dari jarak yang tepat.“Kamu kira aku tidak tahu kalau kau mengirim investor gadungan untuk membantu pendanaan untuk gedung ini, hm?” Juna sambil mencubit lembut pinggang Rinjani.Karena sudah ketahuan begitu, Rinjani hanya bisa tertawa. Shevia dan Anika di sebelahnya tersenyum.Siang ini, mereka baru saja mengadakan peresmian gedung baru apartemen Juna yang besar dan spektakuler. Meski bukan merupakan apartemen paling wah dan nomor satu di Samanggi, namun tetap mencuri perhatian publik karena dimiliki oleh pengusaha muda dengan berbagai gonjang-ganjing isu di belakangnya.Isu paling sering dibicarakan publik mengenai Juna belakangan ini tentu saja tidak lain dan tak bukan adalah mengenai ketiga istrinya yan

  • Panglima Kuno Terjebak di Tubuh CEO   370 - (Bonus Part 1) Nasib Akhir Bobby

    “Hah? Om Fer yakin dengan berita yang Om terima?” tanya Juna saat dia berbicara dengan pengacaranya, Ferdinand, di telepon. “Sangat yakin, Jun! Periksa saja ke rutan kejaksaan. Oh, atau untuk lebih akuratnya, datang saja ke rumahnya, pasti sedang ramai di sana.” Ferdinand menyahut dari seberang. Juna tak bisa berkata-kata. Dia segera mengakhiri teleponnya dengan si pengacara. “Ada apa, Jun?” tanya Rinjani dengan wajah ingin tahu. “Berita apa? Ada berita apa dari Om Fer?” Dia semakin mendekat ke Juna di sofa ruang tengah. Anika datang sambil membawa nampan berisi beberapa cangkir wedang cokelat jahe dan camilan buatannya seperti kue pukis dan bakwan jagung. “Bobby meninggal tadi sore.” Juna berkata sambil menatap Anika dan Rinjani secara bergantian. “Hah?!” pekik Rinjani karena terlalu kaget dengan berita yang diucapkan suaminya. Juna mengangguk ke istrinya. “Ada apa? Siapa yang meninggal?” Shevia keluar dari kamarnya karena suara pekikan Rinjani terdengar hingga ke telinganya.

  • Panglima Kuno Terjebak di Tubuh CEO   369 - Setiap Akhir Adalah Permulaan

    “Ti—Tidak begitu! Ular sialan!” geram Nyai Mirah dan dia mulai mengejar Nyai Wungu yang melarikan diri sambil tertawa melengking meledek permaisuri Ki Amok itu.Kemudian, Ki Amok memanggil Nyai Mirah untuk pulang bersamanya ke istana mereka. Nyai Mirah segera berdiri melayang di sebelah Ki Amok dengan wajah merona menyebabkan kulitnya semakin memerah.“Kami pulang dulu. Nanti jika Mirah dibutuhkan lagi oleh istrimu, panggil saja, tak apa, tapi itu harus benar-benar gawat. Kalian pasti mengerti maksudku, ‘kan?” Ki Amok berkata ke Juna yang masih membopong Anika.‘Ya, ya, ya, aku paham. Intinya kami tidak boleh mengganggu kemesraan kalian berdua kecuali sangat gawat darurat.’ Juna membatin menanggapi Ki Amok.“Ya, kami paham, Ki. Terima kasih, sekali lagi untuk Anda dan pasukan, juga terima kasih pada Nyai Mirah atas bantuannya.” Juna mengangguk sebagai tanda dia menghargai mereka.Kemudian, kereta kencana Ki Amok pun pergi dari sana.Juna menoleh ke Nyai Wungu dan bertanya, “Apakah Nya

  • Panglima Kuno Terjebak di Tubuh CEO   368 - Tawaran Menjadi Dayang Nirwana

    ‘Apakah Dewi Salwapadmi menyaksikan aku dan Nik … bercinta selama ini?’ Juna memiliki pemikiran demikian. Ya ampun, Juna mendadak saja super malu jika mengingat seperti apa dia memesumi Anika selama ini. Belum lagi tingkah dia saat menggauli Anika. Dia bertanya-tanya, apakah itu disaksikan dan juga dirasakan sang dewi? Mendadak saja senyum lebar dan menahan geli dari Dewi Salwapadmi muncul saat dia bertutur ke Juna, “Jangan khawatir mengenai itu, Tuan Panglima. Aku selama ini tertidur di raga Anika dan mulai terbangkitkan ketika bertarung melawan mantan istrimu.” Mendengar ucapan Dewi Salwapadmi melalui mulut Anika, Juna merasa sangat lega sekaligus malu karena pikirannya ternyata bisa dibaca sang dewi. “A—Ah, iya, baiklah, Ndoro Dewi. Terima kasih penjelasannya.” Juna sedikit merona karena malu. Kemudian, Dewi Salwapadmi menoleh ke Nyai Mirah, dia berkata, “Nyai Mirah, aku sungguh tersentuh dengan pengabdianmu yang luar biasa pada ndoro putrimu ini. Tingkah lakumu sejak dulu jug

  • Panglima Kuno Terjebak di Tubuh CEO   367 - Jasad yang Terlanjur Korup

    “Semua sudah usai?” Juna terengah-engah sambil menanyakan itu pada dirinya sendiri meski itu sebuah gumaman rendah. Anika bergegas terbang ke suaminya dan menyebelahinya di angkasa. Sedangkan Juna mulai merasakan armor yang melingkupi tubuhnya mulai memudar hilang secara perlahan. “Mas … semua sudah selesai. Pertarungan telah Mas menangkan.” Anika tersenyum lembut. Benar, semua sudah usai. Segala ancaman bahaya dan mimpi buruk yang pernah ditakutkan Anika, yang telah menjadi momok baginya selama beberapa minggu ini sekarang lenyap. Seakan batu besar yang mengimpit dada Anika, kini telah terangkat dengan kematian Lexus. Juna menengok ke istrinya sembari dia ikut tersenyum. “Kita yang memenangkan ini, Nik. Kita. Bukan aku saja. Kau, dan semua yang lainnya.” Tentu saja dia tidak boleh mengambil semua kredit yang ada. Bergegas, tangan Juna meraih Anika untuk memeluk wanita itu sembari hatinya berucap syukur pada semesta dan penciptanya yang telah memberikan restu sehingga dia bisa m

  • Panglima Kuno Terjebak di Tubuh CEO   366 - Kekuatan Juna Menyelesaikan Prahara

    “Hm?” Juna mendadak saja merasakan dirinya menjadi lebih bertenaga, energi murninya melonjak tinggi.Setelah dia berpikir cepat, dia merasakan adanya energi dari Shevia dan Rinjani.‘Ternyata mereka.’ Juna tersenyum setelah memahami dari mana energi tambahan untuknya datang secara tak terduga.Saat ini, pedang di tangan Juna menebas tegas ke depan sehingga dengan cepat menyebabkan udara mengalir berputar mengakibatkan munculnya pusaran udara hanya dari ayunan pedang tersebut.Wusshh!Kibasan pedang Juna memicu beberapa ledakan bunyi memekakkan telinga ketika gelombang udara yang tadinya hanya memunculkan pusaran angin, kini berubah menjadi badai, menyapu udara di sekitar Lexus.Energi petir beserta angin badai dari kibasan pedang Juna menyerbu ke Lexus, bagaikan ular raksasa membuka mulutnya hendak menelan Lexus untuk mengunyahnya menjadi ketiadaaan.“Jangan harap semudah itu!” seru Lexus ketika dia juga mengibaskan pedang api hitam di tangannya sehingga energi api miliknya bertabraka

  • Panglima Kuno Terjebak di Tubuh CEO   365 - Munculnya Pedang

    “Jangan sombong dulu, manusia bangs4t!” teriak Lexus pada Juna. “Jangan kau kira karena kau memiliki zirah itu maka kau bisa sekuat aku!”Lexus merobek udara hampa dan mengempaskan angin panas yang bisa membakar kulit manusia biasa dengan segera meski hanya dari hempasan anginnya saja.Juna tidak gentar meski fisik Lexus sudah semirip iblis. Dia memiliki banyak dendam terhadap sosok di depannya. “Kau yang akan berakhir mengenaskan, Lexus!”Zirah di tangan Juna mengumpulkan energi murni yang kini bermuatan energi keilahian.Dhuaarr!Ketika pukulan Juna bertabrakan dengan tinju iblis Lexus, mereka berdua sama-sama terdorong ke belakang. Tapi Juna lekas menerjang maju lagi, tak memberi kesempatan Lexus untuk menarik napas berikutnya.“Kau sudah tak sabar mati, hah?” teriak Lexus sambil mendorongkan energi iblisnya ke arah Juna.Tangan berzirah Juna menangkap kepalan tangan Lexus dan mendorongnya ke samping agar dia bisa menyarangkan tinju di tangan lain ke tubuh Lexus.Dhaakk!Betapa kag

DMCA.com Protection Status