Si gadis tak memperdulikan perlakuan darinya. Fokusnya sekarang hanya pada gudang yang harus cepat ia bersihkan.
Kenzo hanya menatap Aluna datar, sia - sia saja ia memperlakukannya dengan baik, klo akhirnya ia hanya di gantungkan saja. (Ehem kang ghosting nih ceritanya)
"Lun, udh kelar belum bersih - bersihnya?" Tanya Kenzo.
"Kelar... belum... kelar... belum Lo kira gue babu lo apa?! Lo aja nggak ngebantuin gue, malah bersantai - santai ria. Klo gitu gue juga bisa kali!" protes Aluna, melempar tongkat bulu ayam ke sang pria.
"Ckk! Ealah kayak gitu doank marah!" seru Kenzo mengambil tongkat yang tadi di lempar oleh Aluna, tapi tak sampai kepada dirinya.
Aluna berdecak kesal, dirinya mulai lelah karena sedari tadi hanya ialah yang membersihkan gudang yang seluasnya melebihi kamar di rumahnya. Ia pun mulai turun dari meja, lalu menepuk - nepuk rok nya yang kotor karena debu yang di singkirkan di sudut gudang itu membuat roknya sedikit lusuh.
Tanpa di sadari, tangan kanan milik Kenzo mulai di layangkan menuju ke wajah Aluna. Aluna yang kaget hanya bisa berteriak sambil menangkupkan kedua tangan di wajahnya dengan dalam.
Tik...
Tik...
Tik...
Tujuh detik berlalu, hanya ada suara jam dinding yang terdengar. Aluna yang mulai tenang kini membuka tangkupan tangan dari wajahnya dan beralih menatap Kenzo yang berada di hadapannya.
"Ihh...Nggak lucu tau!" ucap Aluna memukul - mukul dada bidang sang empu dengan keras. Kenzo yang melihat tingkah imut Aluna itu hanya bisa tertawa. Kemudian, Ia menaruh tangan kanannya di atas kepala Aluna. Mulai membersihkan sisa - sisa debu dan sarang laba2 yang berada di rambut hitamnya, karena sebelumnya Aluna tak memakai penutup kepala.
Aluna mendongok, menatap pria itu dengan lekat sambil menutup mata perlahan. Kenzo yang melihat sikap Aluna yang demikian merasa Ia harus munuruti isyarat yang di berikan.
Kenzo mulai mendekatt...
Semakin mendekat...
Hampir mendekat...
dan..
"Tuk!"
Sebuah jitakan keras mengenai dahi si gadis yang imut itu. Tanpa aba - aba Kenzo langsung bertanya untuk apa menutup mata dan Aluna hanya menjawab dengan alasan; menutup mata adalah jalan ninjanya agar ia tak ingin debu yang sedang di bersihkan oleh dirinya pindah ke area mata indahnya.
Kenzo yang mendapat jawaban yang logis atas permasalahan yang tadi hanya di balas dengan ber `Oh ria.
'Padahal bukan itu yang ku maksud wk wk wk wk' ucap Aluna dalam hati.
***
Banyak sekali buku, dokumen dan berkas - berkas yang harus di tata rapi oleh mereka, begitupun ada satu buku yang harus Aluna cari. Karena itu adalah buku yang dititipkan oleh Pak Darpo ke dirinya. Ia berhenti sejenak dari aktivitasnya, duduk bersandar di tembok gudang, terlihat letih karena membersihkan hampir tiga per empat keseluruhan isi dari gudang.
Kenzo yang sedang memegangi sapu menghembuskan nafasnya gusar. Setelah ia baru saja ingin mulai membantu membersihkan gudang dan malahan Aluna pergi untuk duduk bersantai. Kini ia tau, bahwa itulah yang Aluna rasakan tadi. Mengingat bahwa Ia melakukan hal yang sama kepadanya 1 jam yang lalu.
Ia pun merasa bersalah kepada Aluna, ingin meminta maaf namun enggan untuk bicara kepadanya. Cukup lama juga ia berpikir, akhirnya ia menemukan cara jitu tanpa harus berbicara dengan Aluna, yaitu tidak membuat keributan dengan dirinya dan mulai membantunya membersihkan gudang.
Sekarang ia sedang menata satu per satu buku yang berserakan di lantai dan lanjut memindahkannya ke rak panjang di gudang.
Sebelumnya buku - buku itu memang sudah tertata rapi di rak gudang. Mungkin, karena tikus penghuni gudang yang senang membuat ulah. Sehingga membuat kacau seisinya. Biasalah hewan penggerat nggak ganggu, nggak hebat!
Dengan badan yang sedikit tergopoh - gopoh ia melangkah kan kakinya sambil membawa banyak sekali tumpukan kertas,dokumen dan map warna - warni di tanggan nya. Jika dihitung mungkin tingginya bisa mencapai 50 centi atau lebih.
Aluna yang melihat Kenzo sedang kesusahan tak berniat untuk membantunya. Saat Kenzo sedang berjalan, Ia sengaja menjagal kaki kenzo dengan kakinya. Alhasil sang pria yang membawa tumpukan kertas yang tinggi itu pun langsung jatuh terjungkal ke depan dengan wajahnya yang nyunsep ke lantai.
"Bangs*t!" seru Kenzo kesakitan seraya memegangi wajah tampannya dengan tangan.
Aluna yang melihat kejadian itu hanya mem- BEngek seketika.
"Awok awok awokwk wk wk wk wh Whahah! whahha! hah! hahh.. hah.. hah.." Aluna memegangi dadanya, terasa sesak karena tawa bengeknya. Melihat sang pria kesakitan membuat dirinya begitu bahagia. Memang, dia seperti teman lucnat yang nggak
ada akhlak!Tak terasa tawa - an itu memberikan sedikit embun di sudut matanya, sehingga ia pun mengusapnya pelan.
Semakin lama Aluna malah semakin tertawa keras sambil memegangi perutnya. Bagaiamana pun ia mencoba berhenti tertawa? tapi, melihat komuk sang pria membuat pita suaranya seakan mati rasa.
"Ngapai lo jagal kaki gue hah?" Tanya Kenzo berdiri kemudian menghampiri Aluna.
"Jangan asal nuduh donk Bambang, tengok tuh." Jawab Aluna, menunjuk tempat sang pria tadi terjatuh.
Kenzo tak percaya, Ia tadi sempat merasakan bahwa itu adalah sebuah kaki yang menjagalnya. Tapi, kenyataan berkata lain. Bahwa Itu adalah sapu yang tergeletak di lantai.
Tak mau terlalu lama memikirkannya, Ia langsung berbalik membelakangi Aluna dan menghampiri buku yang berlarian tak tentu arah. Aluna pun mengekorinya dan berjalan di belakangnya.
"Udh istirahatnya? Cepet batuin gue beresin kekacaun ini." Tanya Kenzo, Ia pun mulai memungut satu per satu berkas dan segala jenisnya lalu menumpuknya kembali seperti semula.
"Iya," Hanya ucapan singkat yang Aluna berikan.
Di saat Kenzo sedang mengambil satu buku yang tebal, Ia melihat kecoa kecil sedang tersenyum smirk kepadanya. Mengisyaratkan seperti akan mendekatinya dengan refleks ia langsung berteriak sambil membuang buku itu dan berlindung takut di punggung Aluna.
"Ekhem ekhem Rupanya ada pria yang tampan tapi takut ama kecoak nih?" Sindir Aluna lalu berdiri dari duduknya.
"Siapa yang takut ama kecoak? Lo aja kali, bukan gue!" timpal Kenzo, mulai menjauh dari punggung Aluna. berbohong!
"Yakin nih nggak takut." Aluna coba menyakinkan sekali lagi dengan kecoa yang sudah berada di tangannya. Entah bagaimana caranya Ia bisa menangkap kecoa itu? Padahal, tadi Kenzo telah melihatnya sudah terbang menjauh.
Kenzo kaget dan berlari tunggang - langgang tak beraturan yang membuat Aluna semakin jail melihatnya.
"Hosh... hosh.. udah, udah cukup Lun! gue nyerah. Gue tuh sebenernya nggak takut ama kecoak, cuman jijik aja gitu" Ungkap Kenzo masih mengatur nafasnya setelah di kejar oleh sang kecoa yang berada di tangan Aluna.
Aluna tak goyah, Ia masih saja menjahili Kenzo dengan Kecoa tangkapannya. Kenzo pun menyerah dan memberi pilihan pada Aluna.
Pilihan pertama jika Aluna tidak menjahili Ia lagi dengan kecoa maka, Ia akan memberikan Hp Iphone keluaran terbaru dan pilihan yang kedua Ia akan memberikan sepatu branded kepada Aluna, Jika Ia bersedia tak lagi mengganggunya sekali ini saja.
Ia tak memilih pilihan yg di berikan Kenzo kepadanya. Ia lebih memilih menentukan pilihannya sendiri dan malah membuat Kenzo menjadi pusing 7 keliling atas apa yang di buatnya?
Kenzo sudah memberikan pilihan yng sangat bagus untuknya, tapi Ia menolak mentah - mentah dan Aluna masih tetap pada pendiriannya dan mulai berbisik pelan.
"Cium gue,"
Mata Kenzo membulat dengan sempurna, mencoba mencerna kata - kata yang barusan ia dengar. Mana mungkin hal itu terjadi? Secara kan dia dan Aluna baru saja bertemu beberapa jam yang lalu.
***
Aluna bersorak dengan gembira mendengar bahwa pilihannya telah di kabulkan oleh sang pria tampan itu.
Sedangkan Kenzo, dia hanya duduk terkulai lemas di lantai. Ia masih shock dengan apa yang baru saja terjadi? Mengatur nafas dan mencoba menyeka darah segar yang keluar dari bibirnya.
Kenzo masih teringat jelas, saat gadis itu yang secara tiba - tiba menonjok wajahnya dengan sangat keras saat Ia sedang memegangi wajah cantik itu mendekat ke wajahnya. Rupanya pilihan itu hanya di gunakan sebagai candaannya saja.Kenzo yang mengira itu adalah pilihan yang sesungguhnya merasa sedang di permainkan olehnya. Ia pun mengambil ponsel di saku dan mulai berkaca di depan layarnya, terlihatlah sudut bibirnya yang agak membiru dengan sedikit darah yang mulai agak mengental.Aluna hanya memainkan jari - jari tangganya, merasa tak bersalah dan pergi dengan tenang menuju ke rak yang tak jauh dari tempatnya berada.Masih dalam keadaan yang tak memungkinkan, Ia malah menyuruh Kenzo untuk cepat - cepat membantunya merapikan buku. Dan berkata bahwa pilihannya sudah di tentukan dan juga di kabulkan.Mata Kenzo bergerak cepat ke arah kiri dan kanan, masih bingung. Ternyata pilihan itu adalah sebuah tonjokan dekat bibir yang tadi ia berikan
Pintu terbuka dan menampakkan sesosok bayangan hitam. Bayangan itu berjalan mendekatinya dan menempelkan jari telunjuknya ke hidung gadis itu. Sosok itu menghembuskan nafas lega. Ia mengira bahwa Aluna sudah mati karenanya."Kenzo Mahendra! Ngapain lo ke sini?" Ucap Aluna tiba - tiba yang membuat Kenzo tersentak kaget dan mundur beberapa langkah."Udah tau aja ternyata. Gue nyariin lo dari tadi. Dan baru nemu lo di sini. Klo mau sembunyi itu yah ke taman, ke perpus atau nggak ke kelas gitu? Lah, ini malahan ke gudang. Aneh!" Cerocos Kenzo panjang lebar dan memandangi sekitar tempatnya berada."Terserah gue! Lagian kita kan masih belum selesai ngebersihin gudangnya pe'ak." Jawab Aluna kesal.Kotak P3K tergeletak di samping badan Aluna. Ia mengeryitkan dahi, seakan bertanya 'Siapa yang menaruhnya di sini?' Kenzo menarik kursi dari tengah ruangan sampai ke dekat Aluna. Memegang tangan nya dan mulai mengobati luka Aluna dengan obat yang ada di kot
'Darah' itulah yang ia lihat di kaki mungil Aluna. Kenzo bergegas menanyakan hal ini kepadanya, namun belum sempat Ia bertanya Aluna lebih dulu mengatakannya."Kaki gue kayak gini karena lo tau nggak! Saat lo lagi deketin kursi itu ke gue, Lo terlalu mepet sampe nggak nyadar klo kaki gue malah jadi tumpuan di kursinya itu tau!" amarah Aluna kini makin memuncak."Makannya tadi gue nangis itu bukan gara - gara terharu lihat lo ngobatin tangan gue, tapi karena hal itu." Sambung Aluna yang masih merintih kesakitan dengan jari telunjuk ia hadapkan ke wajah pria itu.Sakit. Sangat sakit. Itulah perasaan yang Kenzo alami saat ini. Kenapa hari pertama sekolah, ia harus di hadapkan dengan banyaknya masalah?Padahal di hari pertama, Ia sudah membayangakan akan bertemu dengan para gadis cantik yang akan digoda nya nanti.Namun, hal itu tidak terjadi dan malah berbanding terbalik dengan pemikiranya. Naas, ia harus bertemu dengan gadis c
"Brengsek!" cetus Keysha sambil melihat punggung Raden yang semakin menjauh darinya.***Raden tiba di tempat perjanjian, tapi tidak ada siapapun disana. Ia pergi lagi mencari temannya itu, sampai baju seragam sekolahnya menjadi basah. Raden yang kelelahan akhirnya hanya bisa pasrah.Berkeliling sudah, melepon juga ia sudah ia lakukan. Namun, tak ada juga kabar dari teman yang ditunggu nya.Seakan usaha yang di buatnya membuahkan hasil, Guntur pun tiba - tiba datang menyelonong di hadapannya dengan napas yang masih tersengal sengal."Den.. Raden.. lu di tungguin dari tadi kenapa nggak dateng - dateng sih?! Malah enak enakan di sini!" protes Guntur kepada Raden yang tengah duduk di bawah pohon hijau yang rindang."Iih malah nyolot ni anak! Gue tuh yah... udah nungguin elo dari tadi! Lo nya aja yang nggak dateng ke sini!" Sarkasnya dengan tegas."Malahan Gue yang nyariin lo, tapi lo nya aja yang ngilang entah kemana?!"
"Itukan gambarmu belum selesai, hanya separuhnya saja yang dibuat, tolong gambar keseluruhannya yah biar bapak bisa mengerti gambarmu itu," ucap guru itu kepala anak di depannya."Apa bapak nggak marah kalo aku lanjut nge - gambar?" celetuk anak itu kepadanya."Buat apa bapak marah?! toh juga gambarmu itu bagus!" seru guru itu sembari mengelus kepala sang anak dengan lembut.Satu persatu kaki guru itu mulai meninggalkan ruangan putih dengan aksen minimalis beserta anak itu didalamya.Dangan langkah yang mantap, guru itu masuk ke ruangan berlogo pria di pintunya.Keran yang tadi ia nyalakan masih mengeluarkan air dengan biasanya, ketika guru itu menutup dan ingin menyalakannya kembali, tak ada apapun yang dikeluarkannya. Satu tetes pun sama sekali tak tersisa!Awan putih yang tadinya terang sekarang gelap secara tiba - tiba, tak lupa juga mengeluarkan suara yang terdengar indah, namun menyayat telingan dengan kilatan cahaya surga.
Melihat ember yang penuh dengan air aku langsung mencelupkan wajahku ke dalamnya. Aku semakin berteriak kesakitan, karena ternyata air di ember itu adalah air panas bukan air biasa.Ku kira kepulan asap di atas ember itu adalah dinginya es di salju! Tapi aku salah mengiranya. Hal itu membuat wajahku semakin amburadul bagaikan jalan aspal yang seribu tahun lamanya tak di renovasi.Seorang anak kecil yang baik hati memberikan ku sebuah botol air mineral. Aku membuka tutupnya, tapi tak ada apapun yang keluar. Hanya udara kosong berbau yang ku lihat.Yah.. itu hanya botolnya sajaBotolnya saja ja ja ja ja ja ~Botolnya saja ja ja ja ja ja ja ~Sudah jangan terlalu ambil hati. Positif thinking aja, mungkin airnya sudah di buat cebok anak itu.Eh canda cebok!Aku mengatakannya karena aku mencium bau pesing di dalam botolnya."Apa mungkin ini untuk wadah pipisnya tadi?" gumamku dalam hati. Karena saat
Gadis itu hanya mengeluarkan suara seperti raungan singa, namun tak di gubris sama sekali olehnya.Suara seperti apa lagi yang harus ia keluarkan?"Aha!" sambung gadis itu, ia seperti menemukan ide cemerlang dalam otaknya.Wadah makanan khas rumah sakit dan obat yang berada di dekat dirinya langsung ia lemparkan ke lantai, yang membuat suara seperti gesekan antara perabotan rumah tangga."Krinting - krinting... brak! brak!"Senyumnya dengan hati yang sangat gembira.Sedangkan orang yang berada tak jauh dari sampingnya itu pun langsung terbangun karena kaget saat mendengarnya.Ia dengan cepat membuka mata benjodnya, melihat ke kanan dan ke kiri. Dan dia menemukan seorang gadis itu yang tak jauh darinya."ALUNAAA! ngapain loh kayak gitu sih? kayak nggak ada kerjaan lain aja!" jerit pria itu dengan suara yang agak serak."Emang klo gue nggak ada kerjaan kenapa? Gue juga udah dari tadi ngebangun
Raden mulai membuka kotak P3K di tangannya. Dia mencari minyak urut atau semacamnya dan mulai mengoleskannya pada kaki mungilnya Bella."Den!" panggil Bella."Iya kenapa?" balas Raden dengan singkat sambil memijat kaki orang yang memanggilnya."Lo udah tau, klo Aluna masuk rumah sakit?" tanya Bella dengan sedikit keraguan."Aluna masuk rumah sakit? Yang bener? Kapan masuknya? Kenapa bisa masuk rumah sakit? Dia di rawat di rumah sakit mana sekarang Bell! Kok dia nggak bilang sama gue!"Bertubi - tubi pertanyaan Raden lontarkan tanpa jeda, yang membuat Bella bingung harus menjawab yang mana dulu pertanyaannya."Tenang Den... Gue juga belum bisa kasih kepastian ke elo, karena gue juga baru denger itu semua dari pembicaraan temen pas gue mau ke kelas tadi."Mereka bilang, klo Aluna masuk rumah sakit karena kecelakaan," jelasnya dengan tenang tanpa tergesa - gesa."Pantesan dari kemarin gue teleponin dia, tap
****Badan Aluna mulai lengket karena dari kemarin belum sempat mandi sama sekali, dirinya hanya pergi ke toilet hanya untuk mencuci muka dan buang air kecil saja di sana. Sekarang ia merasakan kalau ada sebuah kain yang basah tengah menempel di tangannya.Aluna membuka mata abu - abu nya, matanya menatap lekat orang itu. "Oh.. suster. Kamu benar - benar mengagetkanku," ia pun mengucek matanya yang tak sakit.Ternyata dia baru bangun dari lamuannya tadi, sambil melamun dan menutup mata itulah kebiasaan Aluna."Maaf yah kak Luna,""Sus! kapan perban di wajah saya ini bakalan di buka?! dan kapan saya sembuh! " panggilan Kenzo sukses membuat suster itu pun akhirnya menoleh."Nih bocah sewot awat sih! Gue tonjok Lo!" jawab Aluna menimpalinya.Suster itu hanya terkekeh melihat kelakuan mereka berdua. "Nanti setelah kak Aluna yah. Banyakin istirahat dan minum obat secara teratur aja Kak Ken, jangan lupa jaga pola mak
Sebelum mengusapnya, ia terlebih dahulu memindahakan kursinya. Dari yang awalnya berada di sebelah kanan sekarang berada di sebelah kirinya Aluna.Ia memang sengaja memindahakan kursi itu agar Kenzo melihat dia dan juga Aluna sedang melakukan adegan romantis ini."Ngapain juga lo pindah sih Den?" tanya Aluna."Eh! Di bibir lo ada apa tuh Lun?" tanpa menjawab pertanyaan darinya, ia dengan cepat langsung mengusap sisa bubur itu.Kenzo yang sedang makan dengan lahapnya perlahan melirik mereka berdua. Terlihat aura kebahagiaan yang Aluna pancarkan dari wajahnya.Padahal ekspresi itu adalah ekspresi yang diinginkan Kenzo selama ini, namun malah di renggut duluan oleh si Raden."Ekhem! Ekhem! Ekheeeeumm! Aduh, aduh, kayaknya udah mulai kena korona nih! Gatel banget nih tenggorokannya," ucapnya pada dirinya sendiri dengan suara yang keras sembari mengelus - elus lehernya dengan tangan."Kayaknya lo harus masuk ruang i
Ketika mencari kursi, dia baru menyadari kalau ada orang asing yang ikut tinggal di ruangan ini bersama dengan Aluna.Ia pun menarik kursi yang sudah ditemukannya dan duduk di sebelah kanan Aluna. Ia ingin agar Aluna tak terlalu takut dengan orang yang berada di sampingnya itu.Menurutnya, orang itu terlihat jahat karena memakai perban di wajahnya.Ia juga berdalih bahwa orang itu memiliki niat yang tak baik kepada Aluna.Sungguh dia adalah pria yang sangat baik bukan?Baru saja ia ingin menanyakan sesuatu kepada Aluna, tapi suster terlalu cepat datang ke ruangan itu.Suster itu membawa dorongan berbahan alumunium beberapa tingkat, yang berisi makanan, minuman dan beberapa snack di tiap tingkatnya.Suster itu kaget karena melihat ada orang lain di ruangan itu selain Aluna dan Kenzo.Dengan cepat ia menyuruh orang itu untuk pergi, namun orang itu mengatakan kalau dia adalah kakak dari keluarga pasien yang
"Butuh waktu berapa lama agar Kenzo bisa secepatnya mati sus?"Kenzo dengan cepat menyautinya. "Heh! Maksudnya lo apaan ngomong kayak gitu hah! Lo ngedoain gue cepet ya!""Siapa yang bilang? Kuping lo budeg atau gimana sih? Kayaknya harus dikerokin dulu tuh kupingnya biar bersih! Orang gue bilang 'butuh waktu berapa lama biar lo cepat pulih kok!' Klo nggak percaya tanya aja sama. susternya!""Ya kan sus?"Aluna mengedipkan satu matanya pada si suster agar mau membatunya terlepas dari omelan Kenzo. Si suster hanya mengangguk pelan."Iyah. Bener kok kak Ken. Tadi kak Aluna emang bilang begitu,"Mendengar jawaban dari si suster Kenzo langsung terdiam untuk berpikir.'"Apa bener gue udah mulai budeg? Masa iya gue budeg? Ahh... enggak lah. Nggak mungkin!" Kenzo menggeleng - gelengkan kepalanya."Suster pasti bo'ong kan? Saya nggak budeg loh sus! Saya sering dateng ke rumah sakit satu minggu sekali buat ngecek kesehatan telinga
Raden mulai membuka kotak P3K di tangannya. Dia mencari minyak urut atau semacamnya dan mulai mengoleskannya pada kaki mungilnya Bella."Den!" panggil Bella."Iya kenapa?" balas Raden dengan singkat sambil memijat kaki orang yang memanggilnya."Lo udah tau, klo Aluna masuk rumah sakit?" tanya Bella dengan sedikit keraguan."Aluna masuk rumah sakit? Yang bener? Kapan masuknya? Kenapa bisa masuk rumah sakit? Dia di rawat di rumah sakit mana sekarang Bell! Kok dia nggak bilang sama gue!"Bertubi - tubi pertanyaan Raden lontarkan tanpa jeda, yang membuat Bella bingung harus menjawab yang mana dulu pertanyaannya."Tenang Den... Gue juga belum bisa kasih kepastian ke elo, karena gue juga baru denger itu semua dari pembicaraan temen pas gue mau ke kelas tadi."Mereka bilang, klo Aluna masuk rumah sakit karena kecelakaan," jelasnya dengan tenang tanpa tergesa - gesa."Pantesan dari kemarin gue teleponin dia, tap
Gadis itu hanya mengeluarkan suara seperti raungan singa, namun tak di gubris sama sekali olehnya.Suara seperti apa lagi yang harus ia keluarkan?"Aha!" sambung gadis itu, ia seperti menemukan ide cemerlang dalam otaknya.Wadah makanan khas rumah sakit dan obat yang berada di dekat dirinya langsung ia lemparkan ke lantai, yang membuat suara seperti gesekan antara perabotan rumah tangga."Krinting - krinting... brak! brak!"Senyumnya dengan hati yang sangat gembira.Sedangkan orang yang berada tak jauh dari sampingnya itu pun langsung terbangun karena kaget saat mendengarnya.Ia dengan cepat membuka mata benjodnya, melihat ke kanan dan ke kiri. Dan dia menemukan seorang gadis itu yang tak jauh darinya."ALUNAAA! ngapain loh kayak gitu sih? kayak nggak ada kerjaan lain aja!" jerit pria itu dengan suara yang agak serak."Emang klo gue nggak ada kerjaan kenapa? Gue juga udah dari tadi ngebangun
Melihat ember yang penuh dengan air aku langsung mencelupkan wajahku ke dalamnya. Aku semakin berteriak kesakitan, karena ternyata air di ember itu adalah air panas bukan air biasa.Ku kira kepulan asap di atas ember itu adalah dinginya es di salju! Tapi aku salah mengiranya. Hal itu membuat wajahku semakin amburadul bagaikan jalan aspal yang seribu tahun lamanya tak di renovasi.Seorang anak kecil yang baik hati memberikan ku sebuah botol air mineral. Aku membuka tutupnya, tapi tak ada apapun yang keluar. Hanya udara kosong berbau yang ku lihat.Yah.. itu hanya botolnya sajaBotolnya saja ja ja ja ja ja ~Botolnya saja ja ja ja ja ja ja ~Sudah jangan terlalu ambil hati. Positif thinking aja, mungkin airnya sudah di buat cebok anak itu.Eh canda cebok!Aku mengatakannya karena aku mencium bau pesing di dalam botolnya."Apa mungkin ini untuk wadah pipisnya tadi?" gumamku dalam hati. Karena saat
"Itukan gambarmu belum selesai, hanya separuhnya saja yang dibuat, tolong gambar keseluruhannya yah biar bapak bisa mengerti gambarmu itu," ucap guru itu kepala anak di depannya."Apa bapak nggak marah kalo aku lanjut nge - gambar?" celetuk anak itu kepadanya."Buat apa bapak marah?! toh juga gambarmu itu bagus!" seru guru itu sembari mengelus kepala sang anak dengan lembut.Satu persatu kaki guru itu mulai meninggalkan ruangan putih dengan aksen minimalis beserta anak itu didalamya.Dangan langkah yang mantap, guru itu masuk ke ruangan berlogo pria di pintunya.Keran yang tadi ia nyalakan masih mengeluarkan air dengan biasanya, ketika guru itu menutup dan ingin menyalakannya kembali, tak ada apapun yang dikeluarkannya. Satu tetes pun sama sekali tak tersisa!Awan putih yang tadinya terang sekarang gelap secara tiba - tiba, tak lupa juga mengeluarkan suara yang terdengar indah, namun menyayat telingan dengan kilatan cahaya surga.
"Brengsek!" cetus Keysha sambil melihat punggung Raden yang semakin menjauh darinya.***Raden tiba di tempat perjanjian, tapi tidak ada siapapun disana. Ia pergi lagi mencari temannya itu, sampai baju seragam sekolahnya menjadi basah. Raden yang kelelahan akhirnya hanya bisa pasrah.Berkeliling sudah, melepon juga ia sudah ia lakukan. Namun, tak ada juga kabar dari teman yang ditunggu nya.Seakan usaha yang di buatnya membuahkan hasil, Guntur pun tiba - tiba datang menyelonong di hadapannya dengan napas yang masih tersengal sengal."Den.. Raden.. lu di tungguin dari tadi kenapa nggak dateng - dateng sih?! Malah enak enakan di sini!" protes Guntur kepada Raden yang tengah duduk di bawah pohon hijau yang rindang."Iih malah nyolot ni anak! Gue tuh yah... udah nungguin elo dari tadi! Lo nya aja yang nggak dateng ke sini!" Sarkasnya dengan tegas."Malahan Gue yang nyariin lo, tapi lo nya aja yang ngilang entah kemana?!"