Kenzo yang membaca pesan itu langsung terdiam. Ia dengan cepat membasuh kedua tangannya dengan air yang mengucur keras dari keran, yang menimbulkan suara seperti air terjun di hutan.
Aluna yang sedari tadi mengepel lantai, dengan gesit langsung memperhatikan gerak - gerik Kenzo yang tampak aneh. Ia menemukan hal yang ganjil dari diri Kenzo, seperti ada yang salah dengan sikapnya.
Jika Aluna memilih jalan untuk bertanya kepada Kenzo, mungkin Kenzo akan marah karena sebelumnya Ia sempat bertengkar hebat dengannya.
Walaupun Aluna tak tau apa yang sebenarnya Kenzo rasakan? Namun, Ia bisa mencium aroma kegelisahan dari diri Kenzo. Ia pun mulai mendekat dan mematikan keran wastafel. Menatap Kenzo dengan tenang sembari menarik satu per satu tangannya yang basah dengan lembut.
Kenzo yang mendapat perlakuan baik dari Aluna langsung mengubah minside buruk terhadap dirinya. Ia baru tau ternyata Aluna adalah gadis yang baik dan pengertian.
Tak terasa Kenzo melamun cukup lama, sambil memandangi tangannya yang kini sedang di pegang oleh Aluna. Kenzo yang sedari tadi melamun pun tiba - tiba tersentak karena mendengar suara 'Oi' darinya.
"Oi Kenzo! Gue tau kok klo lo itu laper, Yok ikut gue!" ajak Aluna sambil menggandeng tangan Kenzo keluar dari toilet.
'Nggak jadi ubah minside gue ke dia ahh, orang dianya aja nyebelin kayak gini' batin Kenzo perih.
***
Perjalanan yang cukup jauh dan melelahkan setelah melewati beberapa ruang kelas dan koridor sekolah yang sangat panjang pun terbayar ketika mereka sampai di kantin sekolah.
"Bu pesen bakso beranak 1, gorengan tempe 2, gorengan tahu 2, bakwan jagungnya 3, es jeruk 1, sama cilok nya 5000 yah." ucap Aluna sembari menyandarkan tubuhnya ke kursi.
"Iya neng Luna," Balas Bu Kantin dengan tambahan nama, karena Ia sudah sering bertemu dengan Aluna.
"Lah masnya mau pesen apa?" tanyanya kepada sang pria yang duduk di sebelah Aluna.
"Es jeruk aja bu," timpalnya.
"Di tunggu yah," Ucap Bu Kantin.
"Iya... " jawab mereka bersamaan.
Kenzo yang tadinya diam, kini mulai membuka suara terlebih dahulu setelah Ibu Kantin pergi meninggalkan dirinya dengan Aluna. Berbincang dengan santai dan bertanya apakah Aluna mau membatunya untuk memperkenalkan setiap ruangan dan memberitau apa saja fungsinya? Dan pertanyaan itu hanya di jawab Aluna dengan deheman dan anggukan kecil dari dagunya.
Kenzo menatap lekat ke arah Aluna, mencoba menyingkirkan beberapa hal aneh di otaknya. Bagaimana seorang gadis SMA yang berumur 16 tahun makan dengan sangat rakus seperti seorang gembel yg belum pernah makan selama hampir 10 tahun?
Aluna memanglah gadis yang sangat cantik, memiliki kulit putih bersih, bola mata yang berwarna abu - abu cerah dan senyum yang indah semanis gula yang menambah kesan feminim di wajahnya.
Namun, siapa sangka Aluna yang cantik itu tidak malu makan dengan sangat sebegitunya di depan orang yang baru dia kenal, tampan pula. Tak ayal, Aluna melakukan ini karena belum sarapan. Hadeuh..
Cettek!
Bunyi sendok yang Aluna lempar ke atas mangkok bakso dengan kasarnya. "Ngapain lo liat - liat gue?" tukas Aluna sembari memotar bola mata, malas.
"Siapa yang ngelihatin lo? PD amat sih!" Kenzo mulai membenahi posisi tubuhnya yang sebelumnya Ia menghadap ke arah Aluna dan sekarang menghadap ke depan sambil menyeruput es jeruk yang tadi di pesannya.
"Ouwh..Bagus deh klo gitu." Ucap Aluna sembari memasukkan bola - bola bakso kecil ke mulutnya.
Acara mukbang ala Aluna pun kini sudah selesai. Ia menghampiri Bu Kantin dan langsung pergi begitu saja meninggalkan Kenzo yang sedang bermain smartphone berlogo apel kroak di belakangnya.
Kenzo yang ingin pergi menyusul Aluna tiba - tiba ditahan oleh Ibu Kantin. Sang Ibu meminta Ia untuk membayar semua makanan yang tadi di pesan oleh Aluna dan juga dirinya. Kenzo hanya menurut, langsung membayarnya dan tak lupa juga memberikan uang tip kepada Bu Kantin.
***
Masih dengan napas yang tersengal - sengal Aluna merebahkan tubuhnya di depan pintu gudang sekolahan. Menghirup banyak oksigen untuk kelangsungan hidupnya, setelah berlari - lari an menjauh dari sang pria tampan itu.
"Haussss bgt" lirih Aluna sambil memegangi tenggorokan yang sudah kering kerontang, padahal sebelumnya Ia baru saja makan dan minum dengan banyak. Mungkin ini efek dari gorengan tadi, karena Ia memakannya begitu banyak.
Sebuah botol minum yang berhawa dingin pun di sodorkan tepat di samping kanan Aluna, refleks sang empu langsung mengambilnya tanpa basa - basi dan meneguknya hingga setengah botol saja yang tersisa.
"Thanks," ucap Aluna. Ia mulai memandangi kaki, -- pinggang, --- tangan dan juga wajah orang itu. Ia tersentak kaget ketika melihat bahwa orang itu adalah Kenzo, pria yang ia hindarinya tadi.
'Gimana caranya dia tau gue ada di sini?' gumam Aluna yang secara tidak sadar di dengar oleh Kenzo.
"Yah bisa donk. Kan ada Bu Kantin" ucap Kenzo seraya mendekatkan mulutnya ke telinga Aluna. Aluna yang merasa risih langsung mendorong badan Kenzo menjauh darinya.
"Nggak usah kayak gitu juga kali!" sambung Aluna.
Hal itu hanya di tanggapi senyuman indah namun mematikan dari Kenzo, ia makin mendekat lalu meneriaki Aluna. Bagaimana bisa dia meninggalkan pria setampan ini begitu saja di kantin sekolah? ... Secara kan dia anak pindahan yang belum tau seluk - beluk setiap ruangan di sekolah barunya?! Dan si Aluna malah memeras uangnya dengan cara yang licik.
Sungguh itu adalah kekejaman yang sebenarnya. Aluna tertawa lepas dan mengulurkan tangannya ke Kenzo. Kenzo yang bingung pun berkata Bahwa gadis yang di hadapannya ini sudah hilang akal, alias gila!
"Lo tadi nyuruh gue buat bantuin nyari tau nama setiap ruangan sekolah dan fungsinya kan? Nah yang traktiran tadi itu baru uang mukanya doank Ken! Nanti klo gue udh beres ngebantuin lo - nya, bakalan gue tagih lagi kok.. janji." ucap Aluna dengan bangga.
Kenzo hanya mengiyakannya saja, karena Ia benar - benar tidak ingin berdebat lagi dengannya! Apalagi dia sedang membutuhkan Aluna untuk memperdalam informasinya tentang tempat di sekolah barunya.
Mereka mulai membuka pintu gerbang menggunakan kunci yang di berikan oleh Pak Satpam. Melihat sekeliling ruangan, ternyata di penuhi dengan debu dan juga sarang laba - laba yang bertebaran ke sana ke mari yang membuat mereka bergidik ngeri.
Aluna membawa sebilah tongkat dengan bulu - bulu ayam berwarna coklat, yang di gunakan untuk membersihkan debu beserta sarang laba - laba di sudut gudang menggunakan meja sebagai pijakannya. Sedangkan Kenzo, dia hanya duduk santai di kursi, tersenyum tipis sambil menatap Aluna.Beberapa debu yang melayang tak beraturan membuat Aluna harus menundukkan mata dengan tangan yang menjulur ke atas, mengibas - ngibaskannya dengan cepat.
Kenzo yang melihat gadis itu sedang kesusahan akhirnya membantunya dengan memberi sebuah kertas yang lumayan lebar, yang di gunakan untuk menutupi atas kepalanya. Yah.. Kenzo ingin agar kepala gadis itu tidak kotor karena debu yang berjatuhan akibat ulahnya sendiri.
Si gadis tak memperdulikan perlakuan darinya. Fokusnya sekarang hanya pada gudang yang harus cepat ia bersihkan.Kenzo hanya menatap Aluna datar, sia - sia saja ia memperlakukannya dengan baik, klo akhirnya ia hanya di gantungkan saja. (Ehem kang ghosting nih ceritanya)"Lun, udh kelar belum bersih - bersihnya?" Tanya Kenzo."Kelar... belum... kelar... belum Lo kira gue babu lo apa?! Lo aja nggak ngebantuin gue, malah bersantai - santai ria. Klo gitu gue juga bisa kali!" protes Aluna, melempar tongkat bulu ayam ke sang pria."Ckk! Ealah kayak gitu doank marah!" seru Kenzo mengambil tongkat yang tadi di lempar oleh Aluna, tapi tak sampai kepada dirinya.Aluna berdecak kesal, dirinya mulai lelah karena sedari tadi hanya ialah yang membersihkan gudang yang seluasnya melebihi kamar di rumahnya. Ia pun mulai turun dari meja, lalu menepuk - nepuk rok nya yang kotor karena debu yang di singkirkan di sudut gudang itu membuat roknya sediki
Kenzo masih teringat jelas, saat gadis itu yang secara tiba - tiba menonjok wajahnya dengan sangat keras saat Ia sedang memegangi wajah cantik itu mendekat ke wajahnya. Rupanya pilihan itu hanya di gunakan sebagai candaannya saja.Kenzo yang mengira itu adalah pilihan yang sesungguhnya merasa sedang di permainkan olehnya. Ia pun mengambil ponsel di saku dan mulai berkaca di depan layarnya, terlihatlah sudut bibirnya yang agak membiru dengan sedikit darah yang mulai agak mengental.Aluna hanya memainkan jari - jari tangganya, merasa tak bersalah dan pergi dengan tenang menuju ke rak yang tak jauh dari tempatnya berada.Masih dalam keadaan yang tak memungkinkan, Ia malah menyuruh Kenzo untuk cepat - cepat membantunya merapikan buku. Dan berkata bahwa pilihannya sudah di tentukan dan juga di kabulkan.Mata Kenzo bergerak cepat ke arah kiri dan kanan, masih bingung. Ternyata pilihan itu adalah sebuah tonjokan dekat bibir yang tadi ia berikan
Pintu terbuka dan menampakkan sesosok bayangan hitam. Bayangan itu berjalan mendekatinya dan menempelkan jari telunjuknya ke hidung gadis itu. Sosok itu menghembuskan nafas lega. Ia mengira bahwa Aluna sudah mati karenanya."Kenzo Mahendra! Ngapain lo ke sini?" Ucap Aluna tiba - tiba yang membuat Kenzo tersentak kaget dan mundur beberapa langkah."Udah tau aja ternyata. Gue nyariin lo dari tadi. Dan baru nemu lo di sini. Klo mau sembunyi itu yah ke taman, ke perpus atau nggak ke kelas gitu? Lah, ini malahan ke gudang. Aneh!" Cerocos Kenzo panjang lebar dan memandangi sekitar tempatnya berada."Terserah gue! Lagian kita kan masih belum selesai ngebersihin gudangnya pe'ak." Jawab Aluna kesal.Kotak P3K tergeletak di samping badan Aluna. Ia mengeryitkan dahi, seakan bertanya 'Siapa yang menaruhnya di sini?' Kenzo menarik kursi dari tengah ruangan sampai ke dekat Aluna. Memegang tangan nya dan mulai mengobati luka Aluna dengan obat yang ada di kot
'Darah' itulah yang ia lihat di kaki mungil Aluna. Kenzo bergegas menanyakan hal ini kepadanya, namun belum sempat Ia bertanya Aluna lebih dulu mengatakannya."Kaki gue kayak gini karena lo tau nggak! Saat lo lagi deketin kursi itu ke gue, Lo terlalu mepet sampe nggak nyadar klo kaki gue malah jadi tumpuan di kursinya itu tau!" amarah Aluna kini makin memuncak."Makannya tadi gue nangis itu bukan gara - gara terharu lihat lo ngobatin tangan gue, tapi karena hal itu." Sambung Aluna yang masih merintih kesakitan dengan jari telunjuk ia hadapkan ke wajah pria itu.Sakit. Sangat sakit. Itulah perasaan yang Kenzo alami saat ini. Kenapa hari pertama sekolah, ia harus di hadapkan dengan banyaknya masalah?Padahal di hari pertama, Ia sudah membayangakan akan bertemu dengan para gadis cantik yang akan digoda nya nanti.Namun, hal itu tidak terjadi dan malah berbanding terbalik dengan pemikiranya. Naas, ia harus bertemu dengan gadis c
"Brengsek!" cetus Keysha sambil melihat punggung Raden yang semakin menjauh darinya.***Raden tiba di tempat perjanjian, tapi tidak ada siapapun disana. Ia pergi lagi mencari temannya itu, sampai baju seragam sekolahnya menjadi basah. Raden yang kelelahan akhirnya hanya bisa pasrah.Berkeliling sudah, melepon juga ia sudah ia lakukan. Namun, tak ada juga kabar dari teman yang ditunggu nya.Seakan usaha yang di buatnya membuahkan hasil, Guntur pun tiba - tiba datang menyelonong di hadapannya dengan napas yang masih tersengal sengal."Den.. Raden.. lu di tungguin dari tadi kenapa nggak dateng - dateng sih?! Malah enak enakan di sini!" protes Guntur kepada Raden yang tengah duduk di bawah pohon hijau yang rindang."Iih malah nyolot ni anak! Gue tuh yah... udah nungguin elo dari tadi! Lo nya aja yang nggak dateng ke sini!" Sarkasnya dengan tegas."Malahan Gue yang nyariin lo, tapi lo nya aja yang ngilang entah kemana?!"
"Itukan gambarmu belum selesai, hanya separuhnya saja yang dibuat, tolong gambar keseluruhannya yah biar bapak bisa mengerti gambarmu itu," ucap guru itu kepala anak di depannya."Apa bapak nggak marah kalo aku lanjut nge - gambar?" celetuk anak itu kepadanya."Buat apa bapak marah?! toh juga gambarmu itu bagus!" seru guru itu sembari mengelus kepala sang anak dengan lembut.Satu persatu kaki guru itu mulai meninggalkan ruangan putih dengan aksen minimalis beserta anak itu didalamya.Dangan langkah yang mantap, guru itu masuk ke ruangan berlogo pria di pintunya.Keran yang tadi ia nyalakan masih mengeluarkan air dengan biasanya, ketika guru itu menutup dan ingin menyalakannya kembali, tak ada apapun yang dikeluarkannya. Satu tetes pun sama sekali tak tersisa!Awan putih yang tadinya terang sekarang gelap secara tiba - tiba, tak lupa juga mengeluarkan suara yang terdengar indah, namun menyayat telingan dengan kilatan cahaya surga.
Melihat ember yang penuh dengan air aku langsung mencelupkan wajahku ke dalamnya. Aku semakin berteriak kesakitan, karena ternyata air di ember itu adalah air panas bukan air biasa.Ku kira kepulan asap di atas ember itu adalah dinginya es di salju! Tapi aku salah mengiranya. Hal itu membuat wajahku semakin amburadul bagaikan jalan aspal yang seribu tahun lamanya tak di renovasi.Seorang anak kecil yang baik hati memberikan ku sebuah botol air mineral. Aku membuka tutupnya, tapi tak ada apapun yang keluar. Hanya udara kosong berbau yang ku lihat.Yah.. itu hanya botolnya sajaBotolnya saja ja ja ja ja ja ~Botolnya saja ja ja ja ja ja ja ~Sudah jangan terlalu ambil hati. Positif thinking aja, mungkin airnya sudah di buat cebok anak itu.Eh canda cebok!Aku mengatakannya karena aku mencium bau pesing di dalam botolnya."Apa mungkin ini untuk wadah pipisnya tadi?" gumamku dalam hati. Karena saat
Gadis itu hanya mengeluarkan suara seperti raungan singa, namun tak di gubris sama sekali olehnya.Suara seperti apa lagi yang harus ia keluarkan?"Aha!" sambung gadis itu, ia seperti menemukan ide cemerlang dalam otaknya.Wadah makanan khas rumah sakit dan obat yang berada di dekat dirinya langsung ia lemparkan ke lantai, yang membuat suara seperti gesekan antara perabotan rumah tangga."Krinting - krinting... brak! brak!"Senyumnya dengan hati yang sangat gembira.Sedangkan orang yang berada tak jauh dari sampingnya itu pun langsung terbangun karena kaget saat mendengarnya.Ia dengan cepat membuka mata benjodnya, melihat ke kanan dan ke kiri. Dan dia menemukan seorang gadis itu yang tak jauh darinya."ALUNAAA! ngapain loh kayak gitu sih? kayak nggak ada kerjaan lain aja!" jerit pria itu dengan suara yang agak serak."Emang klo gue nggak ada kerjaan kenapa? Gue juga udah dari tadi ngebangun
****Badan Aluna mulai lengket karena dari kemarin belum sempat mandi sama sekali, dirinya hanya pergi ke toilet hanya untuk mencuci muka dan buang air kecil saja di sana. Sekarang ia merasakan kalau ada sebuah kain yang basah tengah menempel di tangannya.Aluna membuka mata abu - abu nya, matanya menatap lekat orang itu. "Oh.. suster. Kamu benar - benar mengagetkanku," ia pun mengucek matanya yang tak sakit.Ternyata dia baru bangun dari lamuannya tadi, sambil melamun dan menutup mata itulah kebiasaan Aluna."Maaf yah kak Luna,""Sus! kapan perban di wajah saya ini bakalan di buka?! dan kapan saya sembuh! " panggilan Kenzo sukses membuat suster itu pun akhirnya menoleh."Nih bocah sewot awat sih! Gue tonjok Lo!" jawab Aluna menimpalinya.Suster itu hanya terkekeh melihat kelakuan mereka berdua. "Nanti setelah kak Aluna yah. Banyakin istirahat dan minum obat secara teratur aja Kak Ken, jangan lupa jaga pola mak
Sebelum mengusapnya, ia terlebih dahulu memindahakan kursinya. Dari yang awalnya berada di sebelah kanan sekarang berada di sebelah kirinya Aluna.Ia memang sengaja memindahakan kursi itu agar Kenzo melihat dia dan juga Aluna sedang melakukan adegan romantis ini."Ngapain juga lo pindah sih Den?" tanya Aluna."Eh! Di bibir lo ada apa tuh Lun?" tanpa menjawab pertanyaan darinya, ia dengan cepat langsung mengusap sisa bubur itu.Kenzo yang sedang makan dengan lahapnya perlahan melirik mereka berdua. Terlihat aura kebahagiaan yang Aluna pancarkan dari wajahnya.Padahal ekspresi itu adalah ekspresi yang diinginkan Kenzo selama ini, namun malah di renggut duluan oleh si Raden."Ekhem! Ekhem! Ekheeeeumm! Aduh, aduh, kayaknya udah mulai kena korona nih! Gatel banget nih tenggorokannya," ucapnya pada dirinya sendiri dengan suara yang keras sembari mengelus - elus lehernya dengan tangan."Kayaknya lo harus masuk ruang i
Ketika mencari kursi, dia baru menyadari kalau ada orang asing yang ikut tinggal di ruangan ini bersama dengan Aluna.Ia pun menarik kursi yang sudah ditemukannya dan duduk di sebelah kanan Aluna. Ia ingin agar Aluna tak terlalu takut dengan orang yang berada di sampingnya itu.Menurutnya, orang itu terlihat jahat karena memakai perban di wajahnya.Ia juga berdalih bahwa orang itu memiliki niat yang tak baik kepada Aluna.Sungguh dia adalah pria yang sangat baik bukan?Baru saja ia ingin menanyakan sesuatu kepada Aluna, tapi suster terlalu cepat datang ke ruangan itu.Suster itu membawa dorongan berbahan alumunium beberapa tingkat, yang berisi makanan, minuman dan beberapa snack di tiap tingkatnya.Suster itu kaget karena melihat ada orang lain di ruangan itu selain Aluna dan Kenzo.Dengan cepat ia menyuruh orang itu untuk pergi, namun orang itu mengatakan kalau dia adalah kakak dari keluarga pasien yang
"Butuh waktu berapa lama agar Kenzo bisa secepatnya mati sus?"Kenzo dengan cepat menyautinya. "Heh! Maksudnya lo apaan ngomong kayak gitu hah! Lo ngedoain gue cepet ya!""Siapa yang bilang? Kuping lo budeg atau gimana sih? Kayaknya harus dikerokin dulu tuh kupingnya biar bersih! Orang gue bilang 'butuh waktu berapa lama biar lo cepat pulih kok!' Klo nggak percaya tanya aja sama. susternya!""Ya kan sus?"Aluna mengedipkan satu matanya pada si suster agar mau membatunya terlepas dari omelan Kenzo. Si suster hanya mengangguk pelan."Iyah. Bener kok kak Ken. Tadi kak Aluna emang bilang begitu,"Mendengar jawaban dari si suster Kenzo langsung terdiam untuk berpikir.'"Apa bener gue udah mulai budeg? Masa iya gue budeg? Ahh... enggak lah. Nggak mungkin!" Kenzo menggeleng - gelengkan kepalanya."Suster pasti bo'ong kan? Saya nggak budeg loh sus! Saya sering dateng ke rumah sakit satu minggu sekali buat ngecek kesehatan telinga
Raden mulai membuka kotak P3K di tangannya. Dia mencari minyak urut atau semacamnya dan mulai mengoleskannya pada kaki mungilnya Bella."Den!" panggil Bella."Iya kenapa?" balas Raden dengan singkat sambil memijat kaki orang yang memanggilnya."Lo udah tau, klo Aluna masuk rumah sakit?" tanya Bella dengan sedikit keraguan."Aluna masuk rumah sakit? Yang bener? Kapan masuknya? Kenapa bisa masuk rumah sakit? Dia di rawat di rumah sakit mana sekarang Bell! Kok dia nggak bilang sama gue!"Bertubi - tubi pertanyaan Raden lontarkan tanpa jeda, yang membuat Bella bingung harus menjawab yang mana dulu pertanyaannya."Tenang Den... Gue juga belum bisa kasih kepastian ke elo, karena gue juga baru denger itu semua dari pembicaraan temen pas gue mau ke kelas tadi."Mereka bilang, klo Aluna masuk rumah sakit karena kecelakaan," jelasnya dengan tenang tanpa tergesa - gesa."Pantesan dari kemarin gue teleponin dia, tap
Gadis itu hanya mengeluarkan suara seperti raungan singa, namun tak di gubris sama sekali olehnya.Suara seperti apa lagi yang harus ia keluarkan?"Aha!" sambung gadis itu, ia seperti menemukan ide cemerlang dalam otaknya.Wadah makanan khas rumah sakit dan obat yang berada di dekat dirinya langsung ia lemparkan ke lantai, yang membuat suara seperti gesekan antara perabotan rumah tangga."Krinting - krinting... brak! brak!"Senyumnya dengan hati yang sangat gembira.Sedangkan orang yang berada tak jauh dari sampingnya itu pun langsung terbangun karena kaget saat mendengarnya.Ia dengan cepat membuka mata benjodnya, melihat ke kanan dan ke kiri. Dan dia menemukan seorang gadis itu yang tak jauh darinya."ALUNAAA! ngapain loh kayak gitu sih? kayak nggak ada kerjaan lain aja!" jerit pria itu dengan suara yang agak serak."Emang klo gue nggak ada kerjaan kenapa? Gue juga udah dari tadi ngebangun
Melihat ember yang penuh dengan air aku langsung mencelupkan wajahku ke dalamnya. Aku semakin berteriak kesakitan, karena ternyata air di ember itu adalah air panas bukan air biasa.Ku kira kepulan asap di atas ember itu adalah dinginya es di salju! Tapi aku salah mengiranya. Hal itu membuat wajahku semakin amburadul bagaikan jalan aspal yang seribu tahun lamanya tak di renovasi.Seorang anak kecil yang baik hati memberikan ku sebuah botol air mineral. Aku membuka tutupnya, tapi tak ada apapun yang keluar. Hanya udara kosong berbau yang ku lihat.Yah.. itu hanya botolnya sajaBotolnya saja ja ja ja ja ja ~Botolnya saja ja ja ja ja ja ja ~Sudah jangan terlalu ambil hati. Positif thinking aja, mungkin airnya sudah di buat cebok anak itu.Eh canda cebok!Aku mengatakannya karena aku mencium bau pesing di dalam botolnya."Apa mungkin ini untuk wadah pipisnya tadi?" gumamku dalam hati. Karena saat
"Itukan gambarmu belum selesai, hanya separuhnya saja yang dibuat, tolong gambar keseluruhannya yah biar bapak bisa mengerti gambarmu itu," ucap guru itu kepala anak di depannya."Apa bapak nggak marah kalo aku lanjut nge - gambar?" celetuk anak itu kepadanya."Buat apa bapak marah?! toh juga gambarmu itu bagus!" seru guru itu sembari mengelus kepala sang anak dengan lembut.Satu persatu kaki guru itu mulai meninggalkan ruangan putih dengan aksen minimalis beserta anak itu didalamya.Dangan langkah yang mantap, guru itu masuk ke ruangan berlogo pria di pintunya.Keran yang tadi ia nyalakan masih mengeluarkan air dengan biasanya, ketika guru itu menutup dan ingin menyalakannya kembali, tak ada apapun yang dikeluarkannya. Satu tetes pun sama sekali tak tersisa!Awan putih yang tadinya terang sekarang gelap secara tiba - tiba, tak lupa juga mengeluarkan suara yang terdengar indah, namun menyayat telingan dengan kilatan cahaya surga.
"Brengsek!" cetus Keysha sambil melihat punggung Raden yang semakin menjauh darinya.***Raden tiba di tempat perjanjian, tapi tidak ada siapapun disana. Ia pergi lagi mencari temannya itu, sampai baju seragam sekolahnya menjadi basah. Raden yang kelelahan akhirnya hanya bisa pasrah.Berkeliling sudah, melepon juga ia sudah ia lakukan. Namun, tak ada juga kabar dari teman yang ditunggu nya.Seakan usaha yang di buatnya membuahkan hasil, Guntur pun tiba - tiba datang menyelonong di hadapannya dengan napas yang masih tersengal sengal."Den.. Raden.. lu di tungguin dari tadi kenapa nggak dateng - dateng sih?! Malah enak enakan di sini!" protes Guntur kepada Raden yang tengah duduk di bawah pohon hijau yang rindang."Iih malah nyolot ni anak! Gue tuh yah... udah nungguin elo dari tadi! Lo nya aja yang nggak dateng ke sini!" Sarkasnya dengan tegas."Malahan Gue yang nyariin lo, tapi lo nya aja yang ngilang entah kemana?!"