Home / Romansa / Panggil Aku ALUNA / Sepenggal Kenangan Yang Hilang

Share

Sepenggal Kenangan Yang Hilang

last update Last Updated: 2021-08-09 14:33:57

Pintu terbuka dan menampakkan sesosok bayangan hitam. Bayangan itu berjalan mendekatinya dan menempelkan jari telunjuknya ke hidung gadis itu. Sosok itu menghembuskan nafas lega. Ia mengira bahwa Aluna sudah mati karenanya. 

"Kenzo Mahendra! Ngapain lo ke sini?" Ucap Aluna tiba - tiba yang membuat Kenzo tersentak kaget dan mundur beberapa langkah.

"Udah tau aja ternyata. Gue nyariin lo dari tadi. Dan baru nemu lo di sini. Klo mau sembunyi itu yah ke taman, ke perpus atau nggak ke kelas gitu? Lah, ini malahan ke gudang. Aneh!" Cerocos Kenzo panjang lebar dan memandangi sekitar tempatnya berada. 

"Terserah gue! Lagian kita kan masih belum selesai ngebersihin gudangnya pe'ak." Jawab Aluna kesal.

Kotak P3K tergeletak di samping badan Aluna. Ia mengeryitkan dahi, seakan bertanya 'Siapa yang menaruhnya di sini?' Kenzo menarik kursi dari tengah ruangan sampai ke dekat Aluna. Memegang tangan nya dan mulai mengobati luka Aluna dengan obat yang ada di kotak P3K yang dibawa nya tadi.

Aluna hanya bisa pasrah saat melihat Kenzo memegangi tangannya. Toh juga tangannya lagi sakit, kalaupun ia memberontak. Itu hanya akan menambah rasa sakit yang ia rasakan. 

Aluna memalingkan mukanya ke arah lain, mencoba menghindar agar tidak melihat wajah pria itu lagi. Ia masih marah dengannya. Sedangakan Kenzo, Ia sedang mengobati luka Aluna dengan lembut, sesekali menanyakan Apa tekanan yang di berikananya pada lukanya terlalu keras? Ia hanya ingin Aluna tak merasakan sakit lagi. Yang sebelumnya sudah ia berikan padanya. 

Tak terasa setetes cairan bening keluar dari mata Aluna. Ia ingin menyekannya sebelum keluar, namun ia mengurungkan niatnya karena tangannya sedang di obati oleh Kenzo. Kenzo yang sedari tadi menunduk mengobati luka Aluna tiba - tiba mendongokkan wajahnya ke atas. Menatapnya. 

Ia melihat wajah gadis itu penuh dengan air mata. 'Apa aku terlalu kasar yah?' ucap Kenzo dalam hati. Ia berhenti dari pekerjaanya dan mulai mengusap air mata Aluna.  

Lima menit berlalu tangisan Aluna kini sudah berhenti. Mata yang semula indah sekarang berubah menjadi bola pimpong besar seperti mata Ikan Koi. 

Kenzo, Ia tak bisa berbuat apa - apa jika ada seorang gadis yang menangis di depannya. Ia hanya bisa menolong dengan cara mengusap air matanya. Hmm.. mungkin ia juga bisa memeluknya. Tapi, itu hanya berlaku untuk Mama dan pacarnya saja!

.....

Malam yang sangat nyaman, hanya ada semilir angin yang menerpa dan banyaknya bintang - bintang yang menghiasi kelamnya langit malam. Menambah kesan mewah seperti sebuah lukisan.

Di temani dengan secangkir kopi hangat, pria itu mulai menyeruputnya dengan beringas. Yang hanya menyisahkan ampasnya saja. 

Sekarang, ia berada di lantai atas rumahnya dan sebuah keributan yang besar mulai di dengarnya. "Hmm.. suara itu berasal dari lantai bawah ternyata" ucapnya dalam hati. 

Dari kejauhan tampak sosok satu orang wanita dan satu orang pria sedang bertengkar hebat di teras depan rumahnya. Menunjuk satu sama lain, saling mendorong dan berakhir dengan sang pria melenggang pergi meninggalkan wanita itu menggunakan mobil. 

Ia berada di balkon rumahnya, sehingga menatap sipit wanita itu, mencoba mengenalinya. Ia bergegas pergi ke lantai bawah dan menghampiri wanita itu. Yang ternyata adalah kekasih gelapnya. 

Sedangkan dia, yang bernama Kenzo hanya menatap dengan penuh luka saat gadis yang di sayanginya menangis. Ia berjanji akan membalas dendam pada orang yang telah membuat gadisnya seperti ini. 

Ia melihat gadisnya sedang membenturkan kepalanya ke tembok berkali -  kali. Gadis itu tak perduli, jika kepalanya akan pecah. Memanglah itu yang di inginkannnya. 

.... 

Kenzo berdiri terpaku, mengingat kejadian kelam yang di alaminya di masa lalu. Hingga ia sampai meneteskan air mata karena gadis yang sangat Ia idolakan menangis di dalam drama korea yang di tontonnya.

"Jangan ingat - ingat kejadian itu lagi Ken," ucapnya lirih sambil mengacak acak rambutnya. Beralih merapikan buku ke rak dan mencari buku yang di amanati oleh guru tadi pagi, Pak Darpo. 

Air mata yang menempel di pipi Aluna kini sudah mengering. Ia berbaring ke lantai dan tanpa sengaja tertidur pulas. Melihat Aluna yang menangis tersedu - sedu tadi membuat hatinya tergerak untuk lebih lembut kepadanya. Kenzo tak berani untuk membangunkannya apalagi menjahilinya.

*** 

"Beres! cakep nih." Ucap Kenzo, bangga dengan hasil tatanan rapi tumpukan buku di rak panjang itu. 

Selesai sudah semua pekerjaan Kenzo di gudang. Semakin sempurna juga setelah ia berhasil menemukan buku yang bertuliskan 'Whalien 52' di sampulnya. Ia pun pergi menghampiri Aluna. "Kok Aluna nggak bangun - bangun yah?" tanya Kenzo kepada dirinya sendiri. 

Sebuah lagu ia mainkan dengan volume full untuk sebuah ponselnya. Ia menaruhnya lebih dekat ke telinga Aluna, menunggu sang empu bangun dari tidurnya. 

Satu hingga tiga, berbagai genre lagu sudah ia putarkan, tapi tetap saja Aluna masih belum juga terbangun. Ia pun menggoyang - goyang kan tubuh Aluna. Mencoba sebisa mungkin agar ia bisa melihat mata gadis itu kembai terbuka.

Nihil. Semuanya sia - sia! Kenzo mulai panik, ia segera keluar mencari sesuatu. Beberapa menit sudah berlalu dan ia kembali dengan membawa segepok kain putih yang tersimpan rapi di plastik bening transparan. 

Membuka dan merentangkannya dengan kedua tangan, lalu menutupi semua bagian tubuh Aluna tanpa tersisa. 

Plak!

Sebuah tamparan keras berhasil mengenai pipi Kenzo. Membuat bekas berbentuk lima jari sempurna di wajahnya. Sang empu hanya meringis kesakitan sambil memegangi pipinya dengan tangan. 

"Lo udh bangun Lun? Kenapa nggak bilang dari tadi? Klo gue tau bakalan kayak gini, mending nggak usah capek - capek bawa kain segala kali. Ini juga, main tampar - tampar aja. Sakit tau!" Protes Kenzo kepada Aluna yang sudah bangun dari mimpinya.

"Ngapain bawa kain putih segala ke sini? Dikira gue udh mati apa?!" Jelas Aluna, menunjuk jari ke dirinya.

"It- itu tadi buat alas tempat lo tidur kok Lun heheh.. " Balas Kenzo dengan sebuah cengiran.

"Hadeuh.. Ketahuan banget bo'ongnya." Ungkap Aluna sambil memegangi jidatnya yang tak sakit. Mengambil plastik bening transpraan di sampingnya yang masih memiliki label merek dan juga harga jual dari barangnya.

"Ini apa?" tanya Aluna tanpa basa - basi. Kenzo yang melihat bukti kejahatannya langsung mencodongkan badannya dan menangkupkan tangannya ke depan Aluna. 

"Gue minta maaf yah... " ucap Kenzo dengan nada yang rendah.

"Pliss... maafin gue Lun... " sambungnya dengan memperlihatkan puppy eyes kebanggannya.

Aluna hanya diam, ia menatap ke depan. 'Apa Kenzo yang ngebersiin ini semua?' gumam Aluna melihat sekeliling gudang yang sudah bersih nan rapi dan menghiraukan ucapan maaf dari nya.

Ia beralih menatap Kenzo yang masih menunduk di depannya dan melihat ada buku yang ia cari selama ini sedang berada di genggaman sang pria itu. 

"Nye nye nye nye... siniin dulu bukunya, klo udh baru gue maafin lo!" Jawab Aluna sembari memain - mainkan bibirnya. 

Kenzo membenahi posisinya, menatap buku yang agak tebal di tangannya. Membolak - balik sampul buku depan dan belakang secara bergantian. Dengan cepat Ia langsung memberikan buku itu kepada Aluna. 

Lebarnya kedua tangan Aluna saat akan menerima buku yang berjudul 'Whalien 52' itu dari sang pria. Memeluk buku itu dengan erat sembari berucap terima kasih kepadanya. Sang pria di depannya itu merasa agak bingung karena gadis di depannya itu memperlihatkan kesenangan yang berbeda. 

'Kesenangan yang orang lain akan dapatkan, jika bertemu dengan seseorang yang lama tidak berjumpa. Buku itu di seperti sepenggal kenangan indah Aluna yang hilang' begitulah yang ada dipikiran Kenzo sekarang. 

Ia mencoba pergi dari hadapan si gadis, namun gadis itu merintih kesakitan. Meminta pertolongan. Ia baru ingat kalau tangan Aluna sedang terluka. Dengan sigap ia langsung membantunya berdiri. 

"Aww.. aww... " jerit Aluna saat pergelangan tangganya di pegang secara tiba - tiba oleh Kenzo.

"Udah. Jangan manja deh! Lukanya kan udah mulai sembuh nih." Ucap Kenzo menunjuk pergelangan tangan gadis itu.

"Bukan itu bego!!!" Bantah Aluna sambil meneriaki pria itu dengan lantang. 

"La terus?" tanya Kenzo, menaikkan satu alisnya. 

"Lihat ke bawah!" jelas Aluna kepadanya.

Mulut Kenzo membuka dengan sempurna disertai kedua alisnya yang menjulang ke atas dan dengan mata yang melotot hingga nyaris keluar dari tempatnya. Ia tak bisa percaya dengan apa yang dilihatnya sekarang.

Related chapters

  • Panggil Aku ALUNA   Pabo Boy

    'Darah' itulah yang ia lihat di kaki mungil Aluna. Kenzo bergegas menanyakan hal ini kepadanya, namun belum sempat Ia bertanya Aluna lebih dulu mengatakannya."Kaki gue kayak gini karena lo tau nggak! Saat lo lagi deketin kursi itu ke gue, Lo terlalu mepet sampe nggak nyadar klo kaki gue malah jadi tumpuan di kursinya itu tau!" amarah Aluna kini makin memuncak."Makannya tadi gue nangis itu bukan gara - gara terharu lihat lo ngobatin tangan gue, tapi karena hal itu." Sambung Aluna yang masih merintih kesakitan dengan jari telunjuk ia hadapkan ke wajah pria itu.Sakit. Sangat sakit. Itulah perasaan yang Kenzo alami saat ini. Kenapa hari pertama sekolah, ia harus di hadapkan dengan banyaknya masalah?Padahal di hari pertama, Ia sudah membayangakan akan bertemu dengan para gadis cantik yang akan digoda nya nanti.Namun, hal itu tidak terjadi dan malah berbanding terbalik dengan pemikiranya. Naas, ia harus bertemu dengan gadis c

    Last Updated : 2021-08-10
  • Panggil Aku ALUNA   Tempat*******

    "Brengsek!" cetus Keysha sambil melihat punggung Raden yang semakin menjauh darinya.***Raden tiba di tempat perjanjian, tapi tidak ada siapapun disana. Ia pergi lagi mencari temannya itu, sampai baju seragam sekolahnya menjadi basah. Raden yang kelelahan akhirnya hanya bisa pasrah.Berkeliling sudah, melepon juga ia sudah ia lakukan. Namun, tak ada juga kabar dari teman yang ditunggu nya.Seakan usaha yang di buatnya membuahkan hasil, Guntur pun tiba - tiba datang menyelonong di hadapannya dengan napas yang masih tersengal sengal."Den.. Raden.. lu di tungguin dari tadi kenapa nggak dateng - dateng sih?! Malah enak enakan di sini!" protes Guntur kepada Raden yang tengah duduk di bawah pohon hijau yang rindang."Iih malah nyolot ni anak! Gue tuh yah... udah nungguin elo dari tadi! Lo nya aja yang nggak dateng ke sini!" Sarkasnya dengan tegas."Malahan Gue yang nyariin lo, tapi lo nya aja yang ngilang entah kemana?!"

    Last Updated : 2021-08-10
  • Panggil Aku ALUNA   Mangkok Sambal

    "Itukan gambarmu belum selesai, hanya separuhnya saja yang dibuat, tolong gambar keseluruhannya yah biar bapak bisa mengerti gambarmu itu," ucap guru itu kepala anak di depannya."Apa bapak nggak marah kalo aku lanjut nge - gambar?" celetuk anak itu kepadanya."Buat apa bapak marah?! toh juga gambarmu itu bagus!" seru guru itu sembari mengelus kepala sang anak dengan lembut.Satu persatu kaki guru itu mulai meninggalkan ruangan putih dengan aksen minimalis beserta anak itu didalamya.Dangan langkah yang mantap, guru itu masuk ke ruangan berlogo pria di pintunya.Keran yang tadi ia nyalakan masih mengeluarkan air dengan biasanya, ketika guru itu menutup dan ingin menyalakannya kembali, tak ada apapun yang dikeluarkannya. Satu tetes pun sama sekali tak tersisa!Awan putih yang tadinya terang sekarang gelap secara tiba - tiba, tak lupa juga mengeluarkan suara yang terdengar indah, namun menyayat telingan dengan kilatan cahaya surga.

    Last Updated : 2021-08-11
  • Panggil Aku ALUNA   Apakah Aku Begitu Buruk Bagi Mereka?

    Melihat ember yang penuh dengan air aku langsung mencelupkan wajahku ke dalamnya. Aku semakin berteriak kesakitan, karena ternyata air di ember itu adalah air panas bukan air biasa.Ku kira kepulan asap di atas ember itu adalah dinginya es di salju! Tapi aku salah mengiranya. Hal itu membuat wajahku semakin amburadul bagaikan jalan aspal yang seribu tahun lamanya tak di renovasi.Seorang anak kecil yang baik hati memberikan ku sebuah botol air mineral. Aku membuka tutupnya, tapi tak ada apapun yang keluar. Hanya udara kosong berbau yang ku lihat.Yah.. itu hanya botolnya sajaBotolnya saja ja ja ja ja ja ~Botolnya saja ja ja ja ja ja ja ~Sudah jangan terlalu ambil hati. Positif thinking aja, mungkin airnya sudah di buat cebok anak itu.Eh canda cebok!Aku mengatakannya karena aku mencium bau pesing di dalam botolnya."Apa mungkin ini untuk wadah pipisnya tadi?" gumamku dalam hati. Karena saat

    Last Updated : 2021-08-13
  • Panggil Aku ALUNA   Ekhem! Ekhem!

    Gadis itu hanya mengeluarkan suara seperti raungan singa, namun tak di gubris sama sekali olehnya.Suara seperti apa lagi yang harus ia keluarkan?"Aha!" sambung gadis itu, ia seperti menemukan ide cemerlang dalam otaknya.Wadah makanan khas rumah sakit dan obat yang berada di dekat dirinya langsung ia lemparkan ke lantai, yang membuat suara seperti gesekan antara perabotan rumah tangga."Krinting - krinting... brak! brak!"Senyumnya dengan hati yang sangat gembira.Sedangkan orang yang berada tak jauh dari sampingnya itu pun langsung terbangun karena kaget saat mendengarnya.Ia dengan cepat membuka mata benjodnya, melihat ke kanan dan ke kiri. Dan dia menemukan seorang gadis itu yang tak jauh darinya."ALUNAAA! ngapain loh kayak gitu sih? kayak nggak ada kerjaan lain aja!" jerit pria itu dengan suara yang agak serak."Emang klo gue nggak ada kerjaan kenapa? Gue juga udah dari tadi ngebangun

    Last Updated : 2021-08-14
  • Panggil Aku ALUNA   Kok Mumi Di Rawat Di Rumah Sakit Sih?!

    Raden mulai membuka kotak P3K di tangannya. Dia mencari minyak urut atau semacamnya dan mulai mengoleskannya pada kaki mungilnya Bella."Den!" panggil Bella."Iya kenapa?" balas Raden dengan singkat sambil memijat kaki orang yang memanggilnya."Lo udah tau, klo Aluna masuk rumah sakit?" tanya Bella dengan sedikit keraguan."Aluna masuk rumah sakit? Yang bener? Kapan masuknya? Kenapa bisa masuk rumah sakit? Dia di rawat di rumah sakit mana sekarang Bell! Kok dia nggak bilang sama gue!"Bertubi - tubi pertanyaan Raden lontarkan tanpa jeda, yang membuat Bella bingung harus menjawab yang mana dulu pertanyaannya."Tenang Den... Gue juga belum bisa kasih kepastian ke elo, karena gue juga baru denger itu semua dari pembicaraan temen pas gue mau ke kelas tadi."Mereka bilang, klo Aluna masuk rumah sakit karena kecelakaan," jelasnya dengan tenang tanpa tergesa - gesa."Pantesan dari kemarin gue teleponin dia, tap

    Last Updated : 2021-08-15
  • Panggil Aku ALUNA   Ngajak Perang

    "Butuh waktu berapa lama agar Kenzo bisa secepatnya mati sus?"Kenzo dengan cepat menyautinya. "Heh! Maksudnya lo apaan ngomong kayak gitu hah! Lo ngedoain gue cepet ya!""Siapa yang bilang? Kuping lo budeg atau gimana sih? Kayaknya harus dikerokin dulu tuh kupingnya biar bersih! Orang gue bilang 'butuh waktu berapa lama biar lo cepat pulih kok!' Klo nggak percaya tanya aja sama. susternya!""Ya kan sus?"Aluna mengedipkan satu matanya pada si suster agar mau membatunya terlepas dari omelan Kenzo. Si suster hanya mengangguk pelan."Iyah. Bener kok kak Ken. Tadi kak Aluna emang bilang begitu,"Mendengar jawaban dari si suster Kenzo langsung terdiam untuk berpikir.'"Apa bener gue udah mulai budeg? Masa iya gue budeg? Ahh... enggak lah. Nggak mungkin!" Kenzo menggeleng - gelengkan kepalanya."Suster pasti bo'ong kan? Saya nggak budeg loh sus! Saya sering dateng ke rumah sakit satu minggu sekali buat ngecek kesehatan telinga

    Last Updated : 2021-08-16
  • Panggil Aku ALUNA   Kesempatan

    Ketika mencari kursi, dia baru menyadari kalau ada orang asing yang ikut tinggal di ruangan ini bersama dengan Aluna.Ia pun menarik kursi yang sudah ditemukannya dan duduk di sebelah kanan Aluna. Ia ingin agar Aluna tak terlalu takut dengan orang yang berada di sampingnya itu.Menurutnya, orang itu terlihat jahat karena memakai perban di wajahnya.Ia juga berdalih bahwa orang itu memiliki niat yang tak baik kepada Aluna.Sungguh dia adalah pria yang sangat baik bukan?Baru saja ia ingin menanyakan sesuatu kepada Aluna, tapi suster terlalu cepat datang ke ruangan itu.Suster itu membawa dorongan berbahan alumunium beberapa tingkat, yang berisi makanan, minuman dan beberapa snack di tiap tingkatnya.Suster itu kaget karena melihat ada orang lain di ruangan itu selain Aluna dan Kenzo.Dengan cepat ia menyuruh orang itu untuk pergi, namun orang itu mengatakan kalau dia adalah kakak dari keluarga pasien yang

    Last Updated : 2021-08-17

Latest chapter

  • Panggil Aku ALUNA   Entahlah ia juga tak tau alasannya.

    ****Badan Aluna mulai lengket karena dari kemarin belum sempat mandi sama sekali, dirinya hanya pergi ke toilet hanya untuk mencuci muka dan buang air kecil saja di sana. Sekarang ia merasakan kalau ada sebuah kain yang basah tengah menempel di tangannya.Aluna membuka mata abu - abu nya, matanya menatap lekat orang itu. "Oh.. suster. Kamu benar - benar mengagetkanku," ia pun mengucek matanya yang tak sakit.Ternyata dia baru bangun dari lamuannya tadi, sambil melamun dan menutup mata itulah kebiasaan Aluna."Maaf yah kak Luna,""Sus! kapan perban di wajah saya ini bakalan di buka?! dan kapan saya sembuh! " panggilan Kenzo sukses membuat suster itu pun akhirnya menoleh."Nih bocah sewot awat sih! Gue tonjok Lo!" jawab Aluna menimpalinya.Suster itu hanya terkekeh melihat kelakuan mereka berdua. "Nanti setelah kak Aluna yah. Banyakin istirahat dan minum obat secara teratur aja Kak Ken, jangan lupa jaga pola mak

  • Panggil Aku ALUNA   Dijenguk Mama

    Sebelum mengusapnya, ia terlebih dahulu memindahakan kursinya. Dari yang awalnya berada di sebelah kanan sekarang berada di sebelah kirinya Aluna.Ia memang sengaja memindahakan kursi itu agar Kenzo melihat dia dan juga Aluna sedang melakukan adegan romantis ini."Ngapain juga lo pindah sih Den?" tanya Aluna."Eh! Di bibir lo ada apa tuh Lun?" tanpa menjawab pertanyaan darinya, ia dengan cepat langsung mengusap sisa bubur itu.Kenzo yang sedang makan dengan lahapnya perlahan melirik mereka berdua. Terlihat aura kebahagiaan yang Aluna pancarkan dari wajahnya.Padahal ekspresi itu adalah ekspresi yang diinginkan Kenzo selama ini, namun malah di renggut duluan oleh si Raden."Ekhem! Ekhem! Ekheeeeumm! Aduh, aduh, kayaknya udah mulai kena korona nih! Gatel banget nih tenggorokannya," ucapnya pada dirinya sendiri dengan suara yang keras sembari mengelus - elus lehernya dengan tangan."Kayaknya lo harus masuk ruang i

  • Panggil Aku ALUNA   Kesempatan

    Ketika mencari kursi, dia baru menyadari kalau ada orang asing yang ikut tinggal di ruangan ini bersama dengan Aluna.Ia pun menarik kursi yang sudah ditemukannya dan duduk di sebelah kanan Aluna. Ia ingin agar Aluna tak terlalu takut dengan orang yang berada di sampingnya itu.Menurutnya, orang itu terlihat jahat karena memakai perban di wajahnya.Ia juga berdalih bahwa orang itu memiliki niat yang tak baik kepada Aluna.Sungguh dia adalah pria yang sangat baik bukan?Baru saja ia ingin menanyakan sesuatu kepada Aluna, tapi suster terlalu cepat datang ke ruangan itu.Suster itu membawa dorongan berbahan alumunium beberapa tingkat, yang berisi makanan, minuman dan beberapa snack di tiap tingkatnya.Suster itu kaget karena melihat ada orang lain di ruangan itu selain Aluna dan Kenzo.Dengan cepat ia menyuruh orang itu untuk pergi, namun orang itu mengatakan kalau dia adalah kakak dari keluarga pasien yang

  • Panggil Aku ALUNA   Ngajak Perang

    "Butuh waktu berapa lama agar Kenzo bisa secepatnya mati sus?"Kenzo dengan cepat menyautinya. "Heh! Maksudnya lo apaan ngomong kayak gitu hah! Lo ngedoain gue cepet ya!""Siapa yang bilang? Kuping lo budeg atau gimana sih? Kayaknya harus dikerokin dulu tuh kupingnya biar bersih! Orang gue bilang 'butuh waktu berapa lama biar lo cepat pulih kok!' Klo nggak percaya tanya aja sama. susternya!""Ya kan sus?"Aluna mengedipkan satu matanya pada si suster agar mau membatunya terlepas dari omelan Kenzo. Si suster hanya mengangguk pelan."Iyah. Bener kok kak Ken. Tadi kak Aluna emang bilang begitu,"Mendengar jawaban dari si suster Kenzo langsung terdiam untuk berpikir.'"Apa bener gue udah mulai budeg? Masa iya gue budeg? Ahh... enggak lah. Nggak mungkin!" Kenzo menggeleng - gelengkan kepalanya."Suster pasti bo'ong kan? Saya nggak budeg loh sus! Saya sering dateng ke rumah sakit satu minggu sekali buat ngecek kesehatan telinga

  • Panggil Aku ALUNA   Kok Mumi Di Rawat Di Rumah Sakit Sih?!

    Raden mulai membuka kotak P3K di tangannya. Dia mencari minyak urut atau semacamnya dan mulai mengoleskannya pada kaki mungilnya Bella."Den!" panggil Bella."Iya kenapa?" balas Raden dengan singkat sambil memijat kaki orang yang memanggilnya."Lo udah tau, klo Aluna masuk rumah sakit?" tanya Bella dengan sedikit keraguan."Aluna masuk rumah sakit? Yang bener? Kapan masuknya? Kenapa bisa masuk rumah sakit? Dia di rawat di rumah sakit mana sekarang Bell! Kok dia nggak bilang sama gue!"Bertubi - tubi pertanyaan Raden lontarkan tanpa jeda, yang membuat Bella bingung harus menjawab yang mana dulu pertanyaannya."Tenang Den... Gue juga belum bisa kasih kepastian ke elo, karena gue juga baru denger itu semua dari pembicaraan temen pas gue mau ke kelas tadi."Mereka bilang, klo Aluna masuk rumah sakit karena kecelakaan," jelasnya dengan tenang tanpa tergesa - gesa."Pantesan dari kemarin gue teleponin dia, tap

  • Panggil Aku ALUNA   Ekhem! Ekhem!

    Gadis itu hanya mengeluarkan suara seperti raungan singa, namun tak di gubris sama sekali olehnya.Suara seperti apa lagi yang harus ia keluarkan?"Aha!" sambung gadis itu, ia seperti menemukan ide cemerlang dalam otaknya.Wadah makanan khas rumah sakit dan obat yang berada di dekat dirinya langsung ia lemparkan ke lantai, yang membuat suara seperti gesekan antara perabotan rumah tangga."Krinting - krinting... brak! brak!"Senyumnya dengan hati yang sangat gembira.Sedangkan orang yang berada tak jauh dari sampingnya itu pun langsung terbangun karena kaget saat mendengarnya.Ia dengan cepat membuka mata benjodnya, melihat ke kanan dan ke kiri. Dan dia menemukan seorang gadis itu yang tak jauh darinya."ALUNAAA! ngapain loh kayak gitu sih? kayak nggak ada kerjaan lain aja!" jerit pria itu dengan suara yang agak serak."Emang klo gue nggak ada kerjaan kenapa? Gue juga udah dari tadi ngebangun

  • Panggil Aku ALUNA   Apakah Aku Begitu Buruk Bagi Mereka?

    Melihat ember yang penuh dengan air aku langsung mencelupkan wajahku ke dalamnya. Aku semakin berteriak kesakitan, karena ternyata air di ember itu adalah air panas bukan air biasa.Ku kira kepulan asap di atas ember itu adalah dinginya es di salju! Tapi aku salah mengiranya. Hal itu membuat wajahku semakin amburadul bagaikan jalan aspal yang seribu tahun lamanya tak di renovasi.Seorang anak kecil yang baik hati memberikan ku sebuah botol air mineral. Aku membuka tutupnya, tapi tak ada apapun yang keluar. Hanya udara kosong berbau yang ku lihat.Yah.. itu hanya botolnya sajaBotolnya saja ja ja ja ja ja ~Botolnya saja ja ja ja ja ja ja ~Sudah jangan terlalu ambil hati. Positif thinking aja, mungkin airnya sudah di buat cebok anak itu.Eh canda cebok!Aku mengatakannya karena aku mencium bau pesing di dalam botolnya."Apa mungkin ini untuk wadah pipisnya tadi?" gumamku dalam hati. Karena saat

  • Panggil Aku ALUNA   Mangkok Sambal

    "Itukan gambarmu belum selesai, hanya separuhnya saja yang dibuat, tolong gambar keseluruhannya yah biar bapak bisa mengerti gambarmu itu," ucap guru itu kepala anak di depannya."Apa bapak nggak marah kalo aku lanjut nge - gambar?" celetuk anak itu kepadanya."Buat apa bapak marah?! toh juga gambarmu itu bagus!" seru guru itu sembari mengelus kepala sang anak dengan lembut.Satu persatu kaki guru itu mulai meninggalkan ruangan putih dengan aksen minimalis beserta anak itu didalamya.Dangan langkah yang mantap, guru itu masuk ke ruangan berlogo pria di pintunya.Keran yang tadi ia nyalakan masih mengeluarkan air dengan biasanya, ketika guru itu menutup dan ingin menyalakannya kembali, tak ada apapun yang dikeluarkannya. Satu tetes pun sama sekali tak tersisa!Awan putih yang tadinya terang sekarang gelap secara tiba - tiba, tak lupa juga mengeluarkan suara yang terdengar indah, namun menyayat telingan dengan kilatan cahaya surga.

  • Panggil Aku ALUNA   Tempat*******

    "Brengsek!" cetus Keysha sambil melihat punggung Raden yang semakin menjauh darinya.***Raden tiba di tempat perjanjian, tapi tidak ada siapapun disana. Ia pergi lagi mencari temannya itu, sampai baju seragam sekolahnya menjadi basah. Raden yang kelelahan akhirnya hanya bisa pasrah.Berkeliling sudah, melepon juga ia sudah ia lakukan. Namun, tak ada juga kabar dari teman yang ditunggu nya.Seakan usaha yang di buatnya membuahkan hasil, Guntur pun tiba - tiba datang menyelonong di hadapannya dengan napas yang masih tersengal sengal."Den.. Raden.. lu di tungguin dari tadi kenapa nggak dateng - dateng sih?! Malah enak enakan di sini!" protes Guntur kepada Raden yang tengah duduk di bawah pohon hijau yang rindang."Iih malah nyolot ni anak! Gue tuh yah... udah nungguin elo dari tadi! Lo nya aja yang nggak dateng ke sini!" Sarkasnya dengan tegas."Malahan Gue yang nyariin lo, tapi lo nya aja yang ngilang entah kemana?!"

DMCA.com Protection Status