Brakkkk…
Pintu ditendang dari luar, terlihat sekumpulan orang berdiri membawa obor dan parang, wajah mereka terlihat sangat marah, Maria dan Fernandes yang sedang menikmati makan malam langsung berdiri, sedangkan Arthur kecil kaget, dia langsung berlari dan bersembunyi di belakang lemari.
"Sudah kuduga kalian pasti bersembunyi di dalam!"
"Apa mau kalian, kenapa kalian mengganggu ketenangan kami?" tanya Fernandes.
"Kamu masih berani bertanya apa mau kami, tentu saja kami ingin kematian kalian, karena ulah kalian telah membuat resah penduduk!" hardik Marcus, dia adalah kepala suku di kampung kami.
"Apa maksud kalian, aku tak mengerti?"
"Kalian jangan berlaga polos, mengaku saja jika kalian adalah salah satu dari anggota sekte keparat itu bukan? Dan kalian juga yang telah menculik dan mengambil jantung anak-anak para penduduk untuk kalian persembahkan kepada iblis Lucifer?" tuduh Marcus.
"Itu tidak benar, kami tidak tahu menahu tentang anggota sekte itu, setiap hari kami selalu sibuk bekerja di ladang, kami hanya seorang petani biasa yang tak punya apa-apa, jika kami menyembah iblis tak mungkin hidup kami tetap miskin seperti ini, pasti kami akan meminta kekayaan dan kekuasaan darinya," sahut Maria dengan berderai air mata.
"Sudahlah, kalian tak perlu banyak alasan, kami sudah muak mendengarnya, ayo kita seret saja mereka!" perintah Marcus.
Penduduk yang tersulut emosi karena hasutan Marcus, langsung masuk dan menarik paksa Fernandes dan Maria keluar dari rumahnya.
"Tolong lepaskan kami, kami tak bersalah, jangan bawa kami," pinta Maria.
"Diam kau wanita pemuja iblis!" bentak Antonio, dia menampar pipi Maria berkali-kali, sangat terlihat jelas gambar tangan bekas pukulan Antonio.
"Jangan sakiti Istriku, jika kalian berani menyentuhnya lagi aku tak akan segan kepada kalian!" hardik Fernandes.
"Masih punya nyali kamu Fernandes, lihat, lihat orang ini penduduk, dengan sombongnya dia menantang kita," tunjuk Marcus kepada Fernandes.
Marcus terus menghasut warga dengan cerita karangannya, warga yang sedang tersulut emosi makin murka, mereka semakin membabi buta, dihajarnya Fernandes dan Maria sampai babak belur, Fernandes kalah jumlah jika harus melawan mereka semua.
"Sudah Jangan dengarkan ocehan mereka, ayo kita seret pasangan terkutuk ini ke ujung kampung, sekalian saja kita musnahkan mereka agar tak ada lagi korban yang berjatuhan di sini."
"ayo… bakar… bakar…"
Arthur tak kuasa menahan air matanya, dia tak tahan melihat orang yang dia sayang sedang disiksa, mereka dicambuk dan dilempari dengan batu, tak hanya itu bahkan ada yang tega melempar kotoran ke wajah dan badan orang tua Arthur, hinaan dan makian terdengar di sepanjang jalan, belum lagi sumpah serapah yang mereka lontarkan, mereka seakan puas melihat Fernandes dan Maria tersiksa.
Arthur tak bisa berbuat apa-apa, dia kalah jumlah dengan mereka, Arthur hanya seorang anak kecil, tentu saja tenaganya tak akan mungkin kuat melawan mereka.
"Tolong hentikan, lepaskan Ayah dan Ibuku," teriaku, aku terus berlari mengikuti rombongan orang yang sedang mengarak kedua orang tuaku.
"Diam kau anak kecil!" hardik salah seorang dari mereka, ditendangnya tubuh ringkih Arthur sampai terjerembab ke tanah.
Arthur tak menyerah dia bangkit dan terus berlari, mencoba menggapai tangan orang tuanya yang sudah tak berdaya, Ayahnya sudah tak melakukan perlawanan, terlihat wajah sang Ayah yang meringis kesakitan, sedangkan Ibunya pingsan karena cambukan yang dilayangkan para penduduk.
"Kumohon lepaskan mereka!" lirih Arthur, Arthur bertekuk lutut di hadapan para penduduk mengharap pengampunan untuk kedua orang tuanya.
Mata penduduk sudah dibutakan oleh amarah, mereka mengabaikan Arthur dan terus menyeret kedua orang tuanya sampai keujung kampung.
Maria dan Fernandes diikat disebuah tiang di pinggir jurang, badan mereka disiram dengan minyak tanah, Marcus melemparkan korek api yang sudah menyala ke dalam tumpukan kayu, dengan cepat api menyebar dan melahap tumpukan kayu beserta tubuh mereka, jeritan Fernandes dan Maria terdengar sangat pilu, Arthur tak kuasa menahan diri, dia melompat ke dalam kobaran api.
Arthur melompat ke dalam kobaran api, panas api tak dirasakannya, hatinya amat sakit melihat penderitaan orang tuanya, dia memeluk Ayah dan Ibunya, Fernandes yang masih tersadar menyuruh Arthur melompat ke bawah, karena Fernandes tahu di bawah jurang ada sungai yang mengalir, saat ikatan tangan Fernandes mulai terlepas, dengan sekuat tenaga dia mendorong tubuh Arthur hingga terjatuh ke jurang."Maafkan Ayah Nak," lirih Fernandes.Tubuh Arthur terpelanting ke bawah jurang, dia terjatuh tepat di atas sungai, tubuhnya hanyut terbawa arus, aliran arus sungai yang kencang dan berbatu, membuat tubuh Arthur beberapa kali terbentur bebatuan sampai tak sadarkan diri.Tubuh Arthur terombang-ambing mengikuti arus sungai, aliran sungai membawanya pergi jauh dari desa tempatnya tinggal,
Caroline terkejut saat tangannya dipegang oleh Arthur, terasa sangat dingin sampai menusuk ke tulang, matanya menatap tajam ke arah Caroline."Maaf kenapa Tuan?" tanya Caroline seramah mungkin, mencoba menyembunyikan ketakutannya.Arthur hanya mengerlingkan matanya, tanda ia memberi isyarat kepada Caroline untuk duduk, dengan tubuh yang gemetar dan gugup Caroline duduk di depan Arthur."Apa saya salah membawakan pesanannya tuan?" tanya Caroline.Arthur hanya menggeleng, Caroline semakin bingung dibuatnya, dia tak mengerti dengan tamunya yang satu ini, super aneh."Apa yang bisa saya bantu tuan, jika tak ada masalah saya ijin mau melayani tamu yang lain."
"Dari mana saja kamu Arthur?" Tanya iblis yang sedang menunggu kedatangan Arthur."Aku habis mencari udara segar di luar.""Apa kau sudah mencari tahu tentang keberadaan keturunan mereka, orang-orang yang telah membantai orang tuamu hingga tewas, kau harus membalaskan dendam Edward dan kedua orang tuamu!""Tentu saja, tak ada satupun orang yang akan bisa lepas dari kejaran ku.""Ingat tujuan kita tinggal di bumi, jangan sekali-kali kamu mengingkari janjimu kepada Tuan Lucifer, dia bisa murka dan akan menghukummu, ingat berkat dialah kau bisa hidup abadi dan punya kekuatan.""Apa maksudmu?""Jangan
Caroline Aliezta Daniele, seorang wanita yang cantik jelita, memiliki badan yang sexy, bola mata berwarna biru, rambut pirang yang bergelombang, dan warna kulitnya yang exotis semakin menambah sempurna kecantikannya.Caroline tinggal di sebuah apartemen bersama Ayah dan Ibu tirinya, Ibu kandung Caroline telah lama meninggal karena sebuah penyakit.Caroline termasuk salah satu mahasiswi tercantik di universitasnya, tak heran jika dia selalu menjadi incaran dan rebutan para pria di kampusnya, namun sayang Caroline tidak begitu tertarik dengan dunia percintaan, dia lebih fokus belajar demi mengejar cita-citanya untuk menjadi orang sukses.Demi mencukupi kebutuhannya Caroline bekerja paruh waktu di sebuah cafe, dia bekerja dari jam delapan pagi sampai jam empat sore, dia sengaja
Tanpa meminta izin terlebih dahulu, Caroline langsung masuk ke dalam mobil Arthur, dan duduk di sebelahnya."Tolong bawa aku pergi bersamamu," pinta Caroline.Arthur memandang aneh ke arah wanita yang sedang duduk di sampingnya."Turun dari mobilku!" bentak Arthur"Tidak, aku akan tetap di sini.""Dasar wanita gila.""Kumohon tuan tolong bawa aku bersamamu.""Kenapa?""Aku merasa aman jika berada di dekatmu.""Lantas?"
Dua orang pria sedang duduk di balkon, dengan raut wajah yang terlihat sangat cemas sambil menghisap cerutu, mereka sedang membicarakan suatu masalah yang bisa mengancam kelangsungan hidup mereka."Ada apa kau datang menemuiku?""Ada yang ingin aku sampaikan kepadamu.""Apa? sepertinya sangat penting?""Apa kau sudah melihat berita hari ini?""Tidak, aku tak pernah sempat melihat berita, sangat tidak penting jika aku harus melihat berita, tak ada untungnya bagiku.""Setiap minggu selalu saja ada korban pembunuhan, tak tanggung pelakunya membantai satu keluarga hingga tak ada yang tersisa, yang memb
Dua orang pria berjubah hitam sedang berdiri memperhatikan kerumunan penduduk dari balik pohon, mereka menyeringai jahat melihat reaksi para penduduk yang mudah terhasut dengan ucapan Jhon, ternyata dengan mudahnya mereka bisa mengecoh penduduk."Cepat katakan Jhon siapa orangnya, kami sudah tak sabar ingin memberi pelajaran kepada manusia-manusia laknat, yang telah merenggut nyawa anak kami.""Kalian tenanglah dulu.""Tidak, kami sudah tak sabar ingin menghajar orangnya!""Cepat katakan siapa orangnya Jhon, tolong jangan membuat kami semakin penasaran."Para penduduk terus berteriak meminta penjelasan dari si pria yang sedang dikendalikan pikirannya.
Setelah puas melihat isi kastil, Caroline mulai merasa lelah."Arthur apa ku boleh melihat kamar yang akan aku tempati?" tanya Caroline."Tentu saja, ayo, ikuti aku," ajak Arthur.Arthur mulai berjalan melewati lorong dan menaiki anak tangga, diikuti dengan Caroline yang mengekor di belakangnya, tibalah mereka di sebuah pintu kamar yang sudah usang, Arthur langsung membukakan pintu untuk Caroline."Silahkan ini kamarmu, aku harap kau jangan bertindak gegabah selama tinggal di sini, dan satu lagi jangan pernah berani keluar saat malam hari di kastil ini, karena akan sangat berbahaya untuk manusia sepertimu.""Banyak banget aturannya."