Delis terdiam.“Aku akan menelepon Mudi sekarang dan menyuruhnya mencari pembelinya.”Kelven berpura-pura mengambil ponselnya.Sementara itu, Delis menatapnya tanpa bereaksi.Delis tidak percaya Kelven akan benar-benar menjualnya.Itu adalah putrinya, jika Kelven benar-benar menjualnya, Delis akan memberitahunya kebenarannya dan dia pasti akan menyesalinya.Melihat wanita di samping tidak terjebak, Kelven menyimpan ponselnya dan menatap tatapan gadis itu.Keduanya bertatapan dan tiba-tiba suasana menjadi sangat tenang.Ada sedikit rasa canggung di dalam ketenangan itu.Delis menghindari tatapannya dan terus makan buburnya sendiri.Kelven juga tidak memaksanya lagi, dia hanya duduk di ujung kasur dengan perut kosong.Kelven benar-benar lapar.Dia diam-diam melirik Delis lagi.Namun, Delis tidak meladeninya. Setelah kenyang, dia pergi ke kamar mandi.Saat keluar dari kamar mandi, Delis mendengar pria itu bicara dengan seseorang dengan suara kecil.Kelven berbicara dengan Luna melalui tel
Cium dia?Melihat pria di depannya, Delis tidak tahu dari mana dia mendapat keberanian untuk meminta permintaan seperti itu.Apakah pria ini benar-benar berpikir bahwa dirinya bisa mengabaikan semua yang telah dilakukannya padanya sebelumnya dan pura-pura seolah-olah tidak pernah terjadi?Ataukah dia berpikir bahwa dirinya benar-benar tidak punya harga diri dan batasan diri? Akan menyerah padanya kapan saja di depannya?Merasa sangat tidak senang, tanpa ragu, Delis melemparkan bubur yang ada di tangannya dengan tempat sampah, lalu pergi ke balkon.Kelven terdiam.Melihat wanita itu tiba-tiba marah, bahkan lebih memilih untuk membuang makanannya dariapda menciumnya, membuat hatinya menyakitkan.Tahu bahwa dia marah, Kelven juga tidak meminta terlalu banyak.Dia hanya duduk di sana dengan diam.Saat dokter datang membawakan obat, dokter memanggil Delis yang berada di balkon, “Silakan datang untuk mengganti perban dan infus.”Delis kembali ke tempat tidurnya dan duduk di sana, sementara
Delis bahkan sudah punya anak dengan orang lain, untuk apa dirinya masih bertahan.Bahkan mendapatkan dirinya, tetapi juga tidak bisa mendapatkan hatinya, apa artinya itu?Delis bukan lagi gadis bodoh yang hanya bisa mengikutinya dan mendengarkan semua yang dia katakan.Kelven merasa seperti ada pasir di matanya, dia menundukkan kepalanya untuk menahan perasaan sedih dan tidak nyamannya, lalu tidak berbicara lebih banyak lagi.Delis mengalihkan pandangannya, menyeka air matanya dan tidak melihatnya lagi.Keduanya duduk di tempat tidur masing-masing dan tidak bicara lagi. Seketika suasana menjadi sangat sunyi.Hingga.Kelven merasa sangat lapar dan melihat masih ada makanan di meja yang tidak jauh darinya.Kelven mengambil tongkat yang ada di sampingnya, dengan susah payah berdiri menggunakan tongkatnya, dia berjalan menuju meja.Delis meliriknya sekilas dan tidak peduli.Kelven duduk di sofa. Karena menggerakkan kakinya, rasa sakit membuat wajahnya berubah drastic.Namun, Kelven tidak
Delis menggendong anaknya ke meja untuk makan.Delis sama sekali tidak memedulikan pria yang masih duduk di atas kasur. Sebaliknya, Luna mengambil sepotong paha ayam dan berlari ke arah Kelven.“Paman, ini untukmu, aku sudah mencobanya dan rasanya enak sekali.”Anak ini sangat baik hati, Kelven sudah merasakannya sejak awal.Namun, Kelven tidak pernah menerimanya.Karena itu adalah anak orang lain, seberapa manis dan menggemaskannya, itu tetaplah anak orang lain, tidak ada hubungannya dengannya.Bahkan jika anak itu mengambil sepotong paha ayam dan menawarkannya, Kelven juga menolaknya tanpa perasaan.“Aku nggak mau.”“Paman harus makan, biar tubuhmu bisa menjadi kuat. Ayo cepat makan.”Luna tidak menyerah, dia naik ke kasur dan memasukkan paha ayam itu ke mulut pria itu.Kelven menatap Mudi dengan dingin.Mudi bergegas menggendong anak itu dan berkata, “Luna sayang, paman nggak mau makan, kamu makan sendiri saja ya atau kamu bisa kasih ke mamimu.”“Yasudah deh.”Luna agak kecewa, dia
Melihat anak ini, Kelven selalu teringat pada kedua anak yang pernah gugur darinya.Kelven tidak puas.Dia juga tidak bisa menerimanya.Delis langsung menggendong putrinya dan berkata, “Luna, kita pergi ke sana ya, jangan mengganggu orang lain istirahat.”Luna sangat patuh. Dia tidak memaksakan orang lain yang tidak menyukainya. Dengan sedih, dia digendong maminya dan berkata, “Mami, aku kangen dengan papi. Kapan papi akan menjemput kita pulang?”“Sebentar lagi.”Demi bisa menenangkan putrinya, Delis hanya bisa menghiburnya seperti itu.Namun!Pria di tempat tidur mendengarnya, hatinya terasa sangat pahit dan tidak nyaman.Dia memuramkan wajahnya, ingin marah, tetapi tidak ada hal lagi untuk mengatakan apa-apa.Pada akhirnya, dia hanya bisa menahan emosinya dan duduk sendirian di sana dengan kesal.Malam ini, Delis tidur bersama putrinya di tempat tidur.Keesokan paginya, saat putrinya masih tertidur, Delis pergi ke bank untuk mengurus kartu bank. Dia menoleh ke arah pria di samping d
Kelven duduk bersandar di kepala tempat tidur, menatap dingin pria yang masuk.Dia adalah pria dengan potongan rambut cepak, penampilannya terlihat tangguh.Kelven tidak mengenalnya, dia duduk dengan sikap dingin tanpa berbicara.Peter memandang orang yang duduk di atas tempat tidur, hanya dengan sekilas pandang, dia merasa identitasnya tidak sederhana.Pasti seorang pria yang sangat berbakat.Namun, Peter tidak peduli dengan latar belakang orang lain, dia mendekat dengan sopan dan berkata, “Halo Pak Kelven, kedatanganku kali ini ingin menanyakan seseorang padamu.”Usai bicara, Peter mengeluarkan sebuah foto dan memberikannya pada Kelven. Lalu bertanya, “Kamu kenal dengan orang di foto ini?”Kelven menerima foto itu.Saat melihat anak kecil di foto tersebut, Kelven mengernyit dan tangan yang memegang foto itu juga mengencang.Bukankah ini wajah Delis saat kecil?Kenapa orang ini membawa foto Delis masa kecil padanya?Ataukah orang ini adalah keluarga Delis?Kelven menatap orang di sam
Bukankah masih satu orang lagi yang bernama Angel?Dia juga salah satu orang baik yang membantu adiknya. Sekarang Peter akan mencari Angel.Jika Angel juga tidak tahu, dia akan kembali memohon pada Kelven.Karena terburu-buru, Peter harus pergi meninggalkan rumah sakit.Namun, dia tidak menyangka begitu keluar dari gedung rumah sakit, dia bertemu dengan Delis.Delis membawa beberapa buah dan bersiap-siap masuk ke dalam gedung rumah sakit, kebetulan bertemu dengan Peter.Keduanya berhenti sejenak dan saling bertatapan.Saat Delis melihat Peter dan teringat dengan hasil tes DNA yang baru saja dia terima, memastikan bahwa dirinya adalah adik kandungnya, seketika ada gelombang emosi di dadanya.Terasa menyakitkan.Rasa sakit itu bercampur dengan rasa benci terhadap mereka.Untungnya dia mengenakan masker, jika tidak semua emosinya akan terbaca di wajahnya.Delis berusaha menahan getaran di dadanya dan berpura-pura tidak melihat orang di depannya dan berjalan menjauh.Peter juga tidak mengh
Melihat Kelven tidak ingin menjaga anaknya, Delis terdiam sejenak, kemudian menggendongnya anaknya yang masih tertidur pulas.Melihat gerakannya, pria itu bertanya dengan acuh tak acuh, “Apa yang kamu lakukan?”“Kalau kamu nggak mau membantuku menjaganya, aku akan membawanya keluar sendiri.”Kak Angel sudah mengirim uang padanya, Delis ingin menyewa rumah dan juga mencari taman kanak-kanak untuk anaknya.Meskipun membawa anaknya itu merepotkan, tapi dia tidak punya pilihan.Kelven sedikit marah dan berkata, “Kamu nggak lihat anak itu masih tidur? Kamu mengganggu tidurnya.”“Siapa yang menyuruhmu nggak mau membantuku menjaganya? Jadinya aku harus membawanya.”“Kamu mau pergi ke mana?”Apa yang sedang dipikirkan Delis, mengapa masih berani memercayakan anaknya padanya sekarang?Dan sekarang dia juga tidak benar-benar ingin menjauh darinya.Apakah ayah dari anak ini benar-benar sudah meninggalkan mereka?Saat sedang bingung memikirkannya, Delis menjawab, “Aku mau pergi mencari taman kana
Menerima ucapan selamat dari adiknya, Peter dan Angel juga mengangkat gelas mereka.“Adikku, selamat menempuh hidup baru.”Angel juga mengucapkan, “Delis, selamat menempuh hidup baru.”“Eh, aku juga.”Kelven yang merasa diabaikan juga mengangkat gelasnya dan berkata, “Kalau begitu, mari kita semua bersulang untuk kehidupan baru kita. Semoga cinta kita selalu abadi.”Keempat orang itu saling tersenyum dan bersiap untuk minum bersama.Namun tiba-tiba, gelas Delis diambil oleh Kelven dan diletakkan di samping.Delis memandangnya dengan bingung.Kelven menggantinya dengan segelas jus dan menyodorkannya ke hadapan Delis, sambil mengelus kepalanya dan berkata, “Kamu nggak cocok minum alkohol, minum jus saja.”Mereka punya rencana besar malam ini.Delis memang tidak kuat minum alkohol. Setiap kali meminum sedikit saja, dia bisa mabuk hingga lupa diri.Di malam yang indah seperti ini, Kelven tidak ingin Delis mabuk.“Iya, Delis nggak boleh minum alkohol, minum jus saja.”Ujar Peter, lalu menol
Sepasang mata hitam menatap wanita kecil di sampingnya dengan kesal.“Kamu nggak bisa berbicara dengan sopan?”Delis tertawa kecil sambil berjalan ke depan, tidak mau berdebat dengan pria tua itu.Bagaimanapun, hari ini adalah hari yang special, dirinya harus tampil maksimal.Meski tidak begitu mempersiapkan diri.Namun, karena kakaknya sudah memesan ruang makan di hotel bintang enam, dirinya tidak mungkin datang dengan pakaian santai.Mungkin saja kak Angel berpakaian lebih cantik daripada dirinya.Kelven mengikuti langkah Dleis, lalu mereka masuk ke dalam lift.Di dalam lift yang sempit, pria tua itu terus memandangi wanita kecil di sampingnya.Melihat betapa muda dan cantiknya dia, lagi-lagi Kelven tidak bisa menahan diri untuk mendekat, merangkul pinggang kecilnya yang ramping dan mencium rambutnya yang harum dengan penuh hasrat.“Delis, kamu jujur padamu, kamu nggak merasa aku sudah tua, ‘kan?”Ehem, konon pria berusia empat puluhan sangat liar, dirinya masih belum berusia empat p
Saat sedang menyetir, pria itu tetap menggenggam tangan wanita di sebelahnya dengan erat. Seolah-olah jika dirinya melepaskan genggamannya, istrinya akan terbang keluar dari jendela mobil.Angel mencoba menarik tangannya, tetapi tidak berhasil karena pria itu menggenggamnya terlalu erat.Angel mengingatkan, “Kamu melanggar aturan lalu lintas, lepaskan tanganku.”“Nggak mau, paling juga hanya kena tilang saja. Aku begitu susah payah, baru berhasil menikahimu. Kalau aku nggak menggenggam tanganmu, bagaimana kalau kamu melarikan diri?”Peter menatap lurus ke depan dan menyetir dengan serius, tetapi sudut bibirnya menyiratkan senyuman bahagia yang tak bisa disembunyikan.Angel memandangnya. Dari sudut pandangnya, Peter terlihat dengan hidung yang mancung, bibir yang tipis dan paras wajah yang tegas.Terlihat seperti seseorang yang begitu sempurna.Bagaimana bisa dirinya dipertemukan dengan orang seperti ini.Apa yang membuat dirinya layak menjadi istri pria ini?Hingga saat ini, Angel masi
Namun mereka malah bermesraan di depan umum.Sungguh keterlaluan.Benar-benar memalukan.Angel setuju denga napa yang Delis katakan.Dua pria ini memang benar-benar tidak tahu malu.Tidak peduli dengan mereka, Angel dan Delis dengan menggendong Lesi, keluar lebih dulu dari kantor urusan sipil.Sementara itu, Kelven dan Peter yang masing-masing memegang dua surat nikah di tangan mereka, berjalan mendekat dan berjabat tangan, saling mengucapkan selamat.“Selamat, akhirnya kamu berhasil menikahi wanita yang kamu cintai.”Albert sungguh malang.Saat ini, dia mungkin sedang meringkuk di pojokan sambil menangis.Peter tertawa kecil dan menjawab, “Selamat juga untukmu, akhirnya berhasil menjebak adikku lagi.”Kelven tidak senang mendengar itu dan membalas, “Menjebak apa? Delis sukarela menikah denganku. Kamu bisa melihatnya sendiri, apakah aku memaksanya?”“Iya, dia sukarela,” jawab Peter.Eter tidak ingin berdebat dengannya dan berjalan keluar dari kantor urusan sipil.Kelven mengikutinya, l
Saat menerima surat nikah, Peter begitu bersemangat hingga langsung memegang wajah kecil Angel dan menciumnya di depan para petugas.Angel merasa sangat canggung dan segera mendorongnya.“Hei, bisa nggak kamu sedikit lebih tenang.”Namun, bagaimana mungkin Peter bisa tenang. Dia malah berdiri dan menggendong Angel, lalu berputar di tempat dua kali, sambil berseru gembira,“Akhirnya kamu jadi istriku, aku akhirnya berhasil menikahimu … “Peter sepenuhnya larut dalam kebahagiaannya.Tidak peduli sama sekali dengan pandangan para petugas di sekitarnya.Saat ini, dia benar-benar tidak bisa menyembunyikan kebahagiaannya.Sementara itu, Angel yang diputar hingga kepalanya pusing, sekilas melihat dua wajah yang familiar.Angel segera menepuk Peter, memberi isyarat agar Peter menurunkannya.Peter terpaksa menurunkan Angel. Saat dia hendak mencium wajahnya lagi, Angel berkata, “Lihat ke belakang, siapa itu?”Peter menoleh.Ketika melihat Delis dan Kelven yang sedang menertawakannya, dia merasa
“Iya, aku sudah memikirkannya dengan matang. Bagaimana kalau hari ini?”Kelven tidak bisa menahan kegembiraannya, dia memeluk Delis dan menciumnya dengan keras. Kemudian berdiri dan menggendong anaknya.“Ayo, kita pergi ke kantor urusan sipil sekarang.”Lagipula, dokumen diri mereka selalu dibawa ke mana-mana.Delis tersenyum dan bertanya padanya, “Kamu nggak menyelesaikan pekerjaanmu dulu?”“Pekerjaanku nggak sepenting Delis.”“Baiklah.”Delis mengambil dokumen diri dari tasnya di atas meja dan bertanya pada Kelven, “Di mana punyamu?”“Di dalam mobil.”Jadi, mereka hanya berada di kantor kurang lebih satu jam dan buru-buru mengendarai mobil menuju kantor urusan sipil.Tak disangka.Saat mobil mereka berhenti di depan kantor urusan sipil, mereka melihat dua sosok yang familiar sedang menaiki tangga menuju gedung itu.Delis langsung berkata, “Kebetulan sekali! Kak Peter dan kak Angel juga datang mengurus surat pernikahan hari ini?”Kelven tersenyum dan menjawab, “Sepertinya hari ini mem
Melihat anak yang begitu manis diganggu di luar, membuatnya sangat iba.Saat itu, Kelven sebenarnya ingin membawa Delis pulang ke rumah.Namun, mengingat rumahnya ramai dan khawatir ada yang akan mengganggunya.Jadi, Kelven memutuskan untuk mengantarkannya ke panti asuhan. Dia bahkan memberikan uang tabungannya pada kepala panti untuk memastikan Delis dirawat dengan baik.Saat itu, kepala panti menanyakan nama gadis ini.Dengan mata besar yang tampak bersinar, Delis menatapnya seolah tidak ingin berpisah.Kelven baru tersadar bahwa dirinya belum tahu siapa nama gadis kecil itu.Dia pun berjonkok, menggenggam tangan Delis dan bertanya, “Adik kecil, siapa namamu?”Namun, Delis yang saat itu masih dalam keadaan ketakutan, tidak bisa mengingat namanya.Melihat Delis tidak menjawab, Kelven mengelus pipi bulanya dengan lembut dan berkata, “Kalau begitu, biar kakak yang memberimu nama, ya? Kami ikut margaku dan namamu Delis. Kamu tahu kenapa kakak memilih nama itu?”Delis yang baru berusia l
“Kalau ada masalah, panggil saja aku,” ujar Kelven.“Nggak masalah, kamu sibuk bekerja saja.”Jawab Delis tanpa mengangkat kepalanya.Karena anaknya masih tenang, Delis mengambil ponselnya dan mengirim pesan pada Alfred.Delis: [Kak Alfred, aku mau tanya sesuatu.]Setelah menunggu sekitar dua menit, akhirnya Delis mendapat balasan.Alfred: [Apa itu?]Delis: [Kamu yang menghipnotisku dulu supaya aku lupa dengan masa laluku, ‘kan?]Sebelumnya, saat dirinya tahu tentang putrinya, mereka bilang bahwa hipnotis dilakukan supaya dirinya tidak terlalu bersedih.Seseorang bisa dihipnotis untuk melupakan, seharusnya juga bisa dihipnotis untuk mengingat kembali.Delis benar-benar ingin mengingat semua kenangan bersama Kelven.Alfred: [ …, iya.]Delis: [Aku janji aku mengendaliakn emosiku dengan baik. Bisakah kamu membantuku mengingat kembali?]Alfred terdiam melihat pesan dari Delis, tangannya yang sedang memegang ponsel menjadi kaku.Sebenarnya, jika dirinya mencoba, mungkin saja bisa membuat De
Delis sangat terkejut.Sambil mengemudi, dia menoleh ke arah Kelven dan memastikan, “Aku tumbuh besar di sisimu? Bukan tumbuh besar di sisi orang tuaku? Kenapa bisa begitu?”“Karena saat berusia tiga tahun, kamu tersesat. Aku yang menemukanmu, lalu mengantarmu ke panti asuhan dan membiayai pendidikanmu. Setelah itu, hampir sepanjang hidupmu, kamu dibesarkan di panti asuhan.”“Kemudian kak Peter menemukanmu dan karena itu mereka menetap di sini.”Delis terdiam.Dia tiba-tiba menghentikan mobil di pinggir jalan, menatap pria di sampingnya dengan ekspresi terkejut, sulit memercayai apa yang baru saja didengarnya.Karena pengereman mendadak, Kelven reflek melindungi putranya yang ada di pangkuannya, lalu menatap Delis.“Kenapa?”Wajah Delis tampak pucat.“Jadi orang yang membesarkanku adalah kamu dan orang tuamu?”Kelven terdiam sejenak, lalu akhirnya menjawab, “Bukan benar-benar membesarkanmu, tapi karena kamu tumbuh besar di panti asuhan.”“Tapi kamu yang membiayai pendidikanku. Kalau b