Sebelum tamparan wanita itu bisa mendarat di wajahnya, Rhea langsung menangkap tangan wanita gila itu.Dia menatap Siska tanpa ekspresi, lalu berkata dengan penuh penekanan, "Aku hanya punya satu orang ayah. Karena jebakan suamimu, perusahaannya bangkrut, sekarang dia bahkan hanya bisa berbaring di rumah sakit, menunggu donor ginjal."Menatap sorot mata dingin Rhea, Siska diliputi perasaan bersalah sejenak.Dia langsung menepis tangan Rhea, lalu berkata dengan marah, "Aku belum pernah melihat ada orang yang memasukkan ayah mertua sendiri ke penjara! Cepat jelaskan pada polisi! Kalau nggak, aku nggak akan melepaskanmu!"Rhea tahu Siska bukanlah tipe orang yang berbicara logis, tetapi dia tidak tahu wanita gila yang satu ini sama sekali tidak berotak."Nyonya Siska, tahukah kamu penculikan adalah pelanggaran hukum? Selain itu, dia bahkan ingin membunuhku. Aku sudah menyerahkan rekaman suaranya pada polisi, apa kamu pikir ini adalah semacam permainan anak kecil?"Ekspresi Siska langsung m
"Biarpun dia adalah kakakku, faktanya dia memang telah menculik Rhea."Melihat Arieson terus membela Rhea, kilatan amarah melintasi mata Siska."Arieson, kamu terus membela Rhea karena kamu menyukainya, 'kan? Tapi apa seorang wanita lebih penting dari kakakmu?!""Apa?!"Nyonya Besar Thamnin langsung menoleh ke arah Siska. Dengan ekspresi tidak percaya dan terkejut, dia berkata, "Omong kosong apa yang sedang kamu bicarakan?! Apa kamu sudah gila?!"Bagaimana mungkin Arieson menyukai Rhea? Wanita itu adalah istri keponakannya!Ekspresi Tuan Besar Thamnin juga terlihat muram, dia menatap Siska dengan sorot mata setajam bilah pisau.Siska juga tidak banyak berpikir lagi. Dia berkata, "Ibu, sebelumnya pernah sekali saat Rhea dirawat di rumah sakit, saat aku pergi menjenguknya, aku mendengarnya dengan jelas di depan pintu bangsal. Sebelumnya aku takut Ibu nggak bisa menerimanya, jadi aku nggak memberi tahu Ibu.""Tapi sekarang, melihat Arieson bahkan sudah nggak memedulikan hidup dan mati kak
"Kamu benar-benar menyukainya?"Suara Tuan Besar Thamnin terdengar mengintimidasi dan tegas."Hmm."Kilatan membunuh melintasi mata Tuan Besar Thamnin. Dia berkata dengan suara dalam, "Sebaiknya kamu menghilangkan pemikiranmu itu secepatnya. Kalau nggak, Keluarga Santana nggak akan bisa menanggung konsekuensinya."Rhea sudah melewati batasannya dengan lapor polisi, membuat Sizur dimasukkan ke dalam penjara. Dia tidak mungkin membiarkan Jerico punya hubungan apa pun lagi dengan wanita itu. Itu hanya akan mempermalukan Keluarga Thamnin saja.Sorot mata Arieson langsung berubah menjadi dingin. Dia mengangkat kepalanya, menatap Tuan Besar Thamnin, lalu berkata dengan penuh penekanan, "Ayah, kalau Ayah menyerang Keluarga Santana, aku juga akan menyerang Grup Thamnin."Grup Thamnin adalah aset hasil kerja keras Tuan Besar Thamnin selama bertahun-tahun. Hal yang paling dibanggakannya adalah membangun Grup Thamnin.Dia menatap putranya dengan sorot mata penuh amarah. "Apa kamu benar-benar bern
Dia marah karena wanita itu melakukan hal yang begitu berbahaya tanpa mendiskusikannya dengannya terlebih dulu.Selain itu, Sizur telah mencelakai Keluarga Santana hingga bangkrut. Statusnya juga adalah anggota Keluarga Thamnin, dia tidak bisa memastikan apakah Rhea akan membencinya atau tidak.Arieson duduk di dalam mobil sangat lama. Saat dia berencana untuk melajukan mobilnya pergi, dia melihat Rhea yang memakai pakaian santai berjalan keluar dari gedung sambil membawa dua bungkusan sampah.Tanpa dia sadari, pandangannya tertuju wanita itu, sorot matanya yang tadinya sedingin es juga berubah menjadi hangat.Rhea juga melihat mobil Arieson, secara refleks langkah kakinya terhenti.Setelah ragu sejenak, usai membuang sampahnya ke tempat sampah, dia tetap berjalan ke arah mobil Arieson.Saat dia berdiri dengan jarak beberapa langkah dari mobil itu, jendela di kursi pengemudi juga sudah diturunkan.Tatapan mereka bertemu, untuk sesaat tidak ada yang berbicara.Beberapa saat kemudian, Rh
"Hmmphh ...."Rhea membelalak kaget, keterkejutan terlihat jelas di matanya.Apa pria itu sudah gila?!Sebelumnya pria itu menciumnya secara paksa di dalam ruang pribadi, sekarang pria itu menciumnya di tempat umum seperti ini ....Kalau sampai dilihat oleh orang lain, tidak tahu akan menimbulkan konsekuensi seperti apa.Dia mengulurkan lengannya untuk menekan dada pria itu, ingin mendorong pria itu. Namun, tubuh pria itu seperti tembok besi. Terlepas dari seberapa besar kekuatan yang dikerahkannya, sama sekali tidak membuahkan hasil."Paman ... hmmphhh, lepas ... lepaskan ...."Arieson tetap mencium wanita itu, api amarah tampak jelas di matanya.Wanita itu bukan hanya tidak memberitahunya tentang membiarkan Sizur menculiknya, tetapi sekarang wanita itu juga ingin putus hubungan dengannya.Bermimpi saja sana!Melihat Arieson sama sekali tidak menunjukkan tanda-tanda akan melepaskannya, kilatan amarah melintasi mata Rhea. Dia langsung menggigit bibir Arieson dengan keras.Saking kesaki
Dia dan Arieson tidak berasal dari dunia yang sama. Saat ini, pria itu hanya merasakan ketertarikan sesaat terhadap dirinya. Suatu hari nanti, pria itu pasti akan merasa bosan.Daripada berakhir dengan dicampakkan, lebih baik tidak dimulai.Bagaimanapun juga, dia bukan lagi seorang gadis yang berumur delapan belas tahun. Dia tidak akan senaif itu dengan berpikiran Arieson akan menikahinya.Dengan latar belakang pria itu, kelak pria itu pasti akan menikahi wanita yang berasal dari latar belakang yang setara dengannya.Selain itu, dia juga tidak ingin dimaki-maki sebagai seorang wanita yang menggoda paman suaminya sendiri, apalagi mengalami kegagalan dalam hubungan asmara lagi.Setelah menekan perasaan yang seharusnya tidak ada itu, Rhea mengambil pakaian, lalu pergi ke kamar mandi untuk mandi.Selesai mandi, baru saja dia berencana untuk tidur, tiba-tiba ponselnya berdering.Melihat panggilan telepon itu dari Jerico, Rhea mengedipkan matanya. Akan tetapi, pada akhirnya dia tetap menjawa
Setelah mengetahui Rhea ingin bercerai dengan Jerico, Siska segera menghentikan putranya."Sekarang ayahmu masih dikurung di dalam kantor polisi, kalau kamu bercerai dengannya di saat seperti ini, kalau kelak kita ingin dia membebaskan ayahmu, akan lebih nggak memungkinkan lagi. Bagaimanapun juga, sekarang statusnya masih istrimu. Biarpun ayahmu benar-benar dijatuhi hukuman, selama kita mengeluarkan surat penerimaan permintaan maaf, hukuman ayahmu pasti akan diringankan. Kalau kamu bercerai dengannya, situasi hanya akan bertambah kacau."Dengan ekspresi muram, Jerico berkata, "Bukti aku bersengkongkol dengan Ayah untuk menculiknya ada di tangannya, kalau aku nggak pergi, dia akan menyerahkan bukti-bukti itu ke polisi."Siska mengerutkan keningnya, kilatan amarah melintasi matanya. "Dasar wanita jalang ini! Dia benar-benar sudah membuat persiapan yang matang! Tapi, makin seperti ini, di saat seperti ini kamu nggak bisa bercerai dengannya. Kalau nggak, kita nggak tahu dia akan menggunaka
Delapan tahun yang sudah berlalu itu, benar-benar terasa seperti sebuah mimpi.Untung saja, dia sudah terbangun dari mimpi itu. Kelak, dia juga tidak akan terlibat dengan pria itu lagi.Melihat ekspresi lega di wajah Rhea, kilatan amarah melintasi mata Jerico. Dia berkata pada Stella dengan dingin, "Apa kamu bawa kartu keluargamu dan kartu tanda pendudukmu?"Stella tertegun sejenak. Kemudian, kilatan senang melintasi matanya."Aku bawa! Jerico, kamu ....""Berikan padaku, kita daftarkan pernikahan kita sekarang."Stella segera mengeluarkan kartu keluarga dan kartu tanda penduduknya dari dalam tasnya, lalu menyerahkannya pada Jerico. Dia tampak sangat senang. Akhirnya hari yang telah ditunggu-tunggu olehnya ini datang juga!Tadi malam, setelah mengetahui hari ini Jerico akan bercerai dengan Rhea, dia segera membawa kartu keluarga dan kartu tanda penduduknya. Dia berencana setelah kedua orang itu bercerai, dia akan menggunakan alasan anak untuk menguji Jerico. Dia ingin coba-coba apakah
Melihat Rhea tetap bergeming, Vani berkata dengan suara rendah, "Biarpun kamu tetap di sini, juga nggak ada gunanya, hanya akan membuat ayahmu makin marah saja."Arieson juga menatapnya dan berkata sambil tersenyum, "Nggak perlu khawatir, aku bisa menanganinya dengan baik."Setelah ragu selama beberapa detik, akhirnya Rhea mengangguk dan berkata, "Baiklah."Setelah keluar dari bangsal bersama Vani, mereka berdua duduk di bangku di koridor. Untuk sesaat, tidak ada seorang pun yang berbicara.Setelah terdiam sesaat, Vani baru menoleh ke arah Rhea dan berkata, "Rhea, sebenarnya tetap berada di dalam negeri juga cukup baik, peralatan dan keterampilan medis rumah sakit ini juga lumayan bagus, aku ...."Sebelum dia bisa menyelesaikan kalimatnya, Rhea menyelanya dengan ekspresi dingin, "Bibi Vani, kamu tiba-tiba nggak ingin pergi ke luar negeri karena Kak Gerald berencana untuk mengembangkan kariernya di dalam negeri?"Vani tertegun sejenak, kilatan rasa bersalah berkedip di matanya. "Bagaima
Rhea mengerutkan keningnya dan berkata, "Bibi Vani, kemarin jelas-jelas kita sudah sepakat, mengapa kamu tiba-tiba berubah pikiran?"Lagi pula, dia mengirim mereka ke luar negeri, juga demi keselamatan mereka.Dia tidak akan melepaskan Sizur. Selain itu, setelah Arieson tahu dia hanya dimanfaatkan, pria itu juga tidak akan melindunginya lagi. Saat itu tiba, dia tidak mungkin bisa membagikan tenaga dan pikirannya untuk mengatur mereka dengan baik lagi.Vani berkata dengan ekspresi tidak berdaya, "Bukannya aku nggak ingin ke luar negeri, ayahmu benar-benar nggak tenang meninggalkanmu sendirian. Apa pun yang kukatakan, dia tetap nggak setuju untuk pergi ke luar kota."Setelah berpikir sejenak, Rhea berkata dengan suara dalam, "Nanti malam aku akan pergi ke rumah sakit untuk membujuknya sendiri."Sorot mata Vani berkedip, dia berkata, "Sekarang ayahmu masih marah padamu, beberapa hari lagi saja baru kamu kunjungi. Aku takut kalau malam ini kamu pergi mengunjunginya, kalian akan bertengkar
Siska menoleh, menatap putranya dengan tatapan tidak percaya. Sekujur tubuhnya bahkan gemetaran. "Kamu bilang aku memalukan?""Memangnya nggak memalukan? Lihatlah hal-hal yang telah kamu lakukan belakangan ini, apa ada yang berhasil? Karena kamu nggak berkemampuan, jangan menambah-nambah masalah lagi!"Ekspresi amarah tampak jelas di wajah Jerico, dia juga berbicara blak-blakan saja.Bulir-bulir air mata Siska terus mengalir, dia berkata dengan terisak, "Kalau bukan karena suamiku dan putraku nggak berguna, apa aku perlu melakukan hal-hal ini? Sekarang kamu malah mengataiku menambah-nambah masalah? Mengapa kamu nggak punya kemampuan untuk mengeluarkan ayahmu dari penjara? Jerico, kamu benar-benar membuatku kecewa!"Selesai berbicara, dia langsung membuka pintu mobil dan pergi begitu saja.Jerico tidak mengejar ibunya, raut wajahnya tampak sangat muram.Mengapa Siska tidak bisa memahaminya? Dengan kemampuan yang dimilikinya sekarang ini, dia sama sekali tidak punya cara untuk menyelamat
Selesai berbicara, dia langsung berbalik dan pergi dengan tergesa-gesa.Sorot mata Rhea sedikit berkedip, perasaannya juga agak rumit.Jelas-jelas pria itu takut menyinggung Arieson, tetapi pria itu tetap saja membuat alasan untuk diri sendiri. Dia benar-benar tidak tahu mengapa sebelumnya dia bisa jatuh cinta pada seorang pria pecundang seperti itu.Setelah Jerico pergi, Rhea lanjut memakan steik sapinya dengan tenang seolah-olah tidak terjadi apa-apa.Baru makan tidak lama, dia menyadari pandangan Arieson terus tertuju padanya.Dia mendongak, mengalihkan pandangannya ke arah pria itu, lalu bertanya dengan ekspresi kebingungan, "Apa ada sesuatu di wajahku? Mengapa kamu terus menatapku seperti itu?""Nggak apa-apa, aku kira suasana hatimu akan terpengaruh olehnya.""Bagiku, dia sudah lama seperti orang asing, nggak layak membiarkannya memengaruhi suasana hatiku.""Baguslah kalau begitu."Selesai makan malam, mereka berdua langsung kembali ke vila.Di kantor polisi, saat Jerico membawa
Gerald yang sedang bicara di ujung telepon saja terdiam sejenak, lalu berkata dengan suara rendah, "Ada orang di sampingmu?""Hmm.""Nggak ada urusan lain lagi, sampai di sini dulu."Setelah panggilan telepon berakhir, Rhea baru menoleh ke arah Arieson dan berkata, "Tadi kenapa kamu tiba-tiba menanyakan padaku mau makan malam apa?"Arieson berkata dengan ekspresi tenang, "Aku kebetulan melihatnya, jadi aku tanyakan padamu. Apa aku mengganggu pembicaraanmu?""Nggak."Dia hanya merasa agak aneh pria itu berbicara di saat dia masih belum mengakhiri panggilan teleponnya.Seolah-olah tidak melihat ekspresi kebingungan di wajah Rhea, Arieson berkata dengan suara dalam, "Siapa yang meneleponmu tadi?""Putra Bibi Vani. Saat kuliah, dia sudah pergi ke luar negeri. Biasanya kami juga jarang berhubungan, jadi aku nggak menyebutkannya padamu."Arieson menyipitkan matanya, tetapi dia tidak bertanya lebih jauh lagi.Mereka berdua makan malam di restoran makanan barat yang disebutkan oleh Arieson. Sa
Detik sebelumnya, dia masih hanyut dalam kegembiraan akan segera bersatu dengan putranya. Alhasil, detik berikutnya, kebahagiaannya lenyap seketika."Sebenarnya, tahun lalu aku sudah berencana untuk kembali, hanya saja aku belum menemukan pekerjaan yang cocok. Bulan lalu aku baru berhubungan dengan sebuah perusahaan terkemuka di Kota Batur. Besok aku sudah akan menandatangani kontrak.""Kalau begitu, mengapa kamu nggak memberitahuku lebih awal?"Kalau dia mengetahui hal ini lebih cepat, dia tidak akan setuju untuk membawa Bagas ke luar negeri untuk menjalani perawatan di sana.Negara luar tentu saja asing baginya. Kalau dia hanya berdua saja dengan Bagas di sana, pasti tidak akan sepraktis berada di dalam negeri."Aku berencana untuk memberi tahu Ibu setelah hal ini benar-benar sudah ditetapkan."Vani mengerutkan keningnya, tidak mengucapkan sepatah kata pun, hatinya tetap diliputi sedikit amarah.Sekarang dia sudah menyetujui Rhea untuk membawa Bagas menjalani perawatan ke luar negeri
"Kamu!"Saking kesalnya, Siska hampir jatuh pingsan. Sekujur tubuhnya gemetaran. Dia menunjuk putranya, tetapi tidak ada kata-kata yang terucap olehnya.Pada akhirnya, Siska pergi dengan marah.Siang keesokan harinya, saat Rhea tiba di restoran, Denis sudah berada di sana.Dia berjalan menghampiri Denis dengan langkah cepat, duduk di kursi seberang Denis, lalu berkata dengan ekspresi meminta maaf, "Maaf, ya. Agak tertunda karena penelitian di laboratorium.""Nggak apa-apa. Nona Rhea, silakan lihat dokumen ini dulu."Mengambil dokumen yang disodorkan oleh Denis, Rhea membukanya dan melihat isinya sejenak. Secara naluriah, keningnya berkerut.Sejak Jerico berselingkuh, pria bajingan itu sudah mulai mengalihkan asetnya. Sekarang kebanyakan asetnya berada di bawah nama Stella."Nona Rhea, masalah utama di sini adalah sekarang Jerico dan Stella sudah menjadi pasangan suami istri. Selain itu, sebelum dia mengalihkan aset-aset ini, seharusnya dia juga sudah pernah menanyakannya pada pengacara
"Kalau mau lapor polisi, cepat lapor. Kalau kalian nggak lapor polisi, aku akan membantu kalian lapor polisi."Selesai berbicara, Rhea langsung memutus panggilan telepon.Detik berikutnya, dia langsung mengirimkan rekaman kamera pengawas yang telah disalinnya pagi ini kepada Denis, lalu menceritakan dengan singkat, padat dan jelas apa yang telah dilakukan oleh Siska pada sang pengacara. Denis menyatakan bahwa dia bisa menuntut Siska atas tuduhan penyebaran rumor tidak benar.Rhea menyunggingkan seulas senyum, lalu mengirimkan pesan balasan.[Kalau begitu, tuntut saja.]Walaupun penyebaran rumor tidak bisa sampai membuat Siska masuk penjara, tetapi setelah tuntutan atas penyebaran rumor tak benar yang dilakukannya tersebar luas, wanita itu pasti akan merasa sangat malu.Bukankah ingin memainkan trik untuk membuat orang jijik? Siapa yang tidak bisa?Denis mengirimkan pesan balasan "baik". Kemudian, dia menanyakan pada Rhea apakah besok siang Rhea ada waktu karena dia ingin membicarakan t
Yah, sesungguhnya, perasaan wanita itu terhadap dirinya masih tidak terlalu dalam.Namun, mereka masih punya banyak waktu, dia juga cukup sabar. Dia akan menunggu hari di mana Rhea bergantung padanya seperti saat bergantung pada Jerico dulu."Hmm, tapi aku tetap berharap, kalau kelak ada orang yang mencari masalah denganmu lagi, kamu bisa meminta bantuanku, bukannya menanggungnya sendirian."Ekspresi sungguh-sungguh pria di hadapannya, membuat hati Rhea melunak."Oke."Sekembalinya ke kamar tidur, Rhea hendak menghapus riasan wajahnya ketika ponselnya berdering. Itu adalah panggilan telepon dari Weni."Rhea, mantan ibu mertuamu menyebarkan rumor kamu main tangan padanya. Hal ini sudah tersebar luas di kalangan kelas atas Kota Batur."Rhea mengalihkan pandangannya ke bawah dan berkata, "Nggak perlu dipedulikan, nggak lama lagi dia akan kena batunya sendiri."Weni berkata dengan nada bicara diliputi emosi, "Kamu nggak tahu seberapa nggak enak didengar kata-katanya itu. Aku benar-benar ke