"Hmmphh ...."Rhea membelalak kaget, keterkejutan terlihat jelas di matanya.Apa pria itu sudah gila?!Sebelumnya pria itu menciumnya secara paksa di dalam ruang pribadi, sekarang pria itu menciumnya di tempat umum seperti ini ....Kalau sampai dilihat oleh orang lain, tidak tahu akan menimbulkan konsekuensi seperti apa.Dia mengulurkan lengannya untuk menekan dada pria itu, ingin mendorong pria itu. Namun, tubuh pria itu seperti tembok besi. Terlepas dari seberapa besar kekuatan yang dikerahkannya, sama sekali tidak membuahkan hasil."Paman ... hmmphhh, lepas ... lepaskan ...."Arieson tetap mencium wanita itu, api amarah tampak jelas di matanya.Wanita itu bukan hanya tidak memberitahunya tentang membiarkan Sizur menculiknya, tetapi sekarang wanita itu juga ingin putus hubungan dengannya.Bermimpi saja sana!Melihat Arieson sama sekali tidak menunjukkan tanda-tanda akan melepaskannya, kilatan amarah melintasi mata Rhea. Dia langsung menggigit bibir Arieson dengan keras.Saking kesaki
Dia dan Arieson tidak berasal dari dunia yang sama. Saat ini, pria itu hanya merasakan ketertarikan sesaat terhadap dirinya. Suatu hari nanti, pria itu pasti akan merasa bosan.Daripada berakhir dengan dicampakkan, lebih baik tidak dimulai.Bagaimanapun juga, dia bukan lagi seorang gadis yang berumur delapan belas tahun. Dia tidak akan senaif itu dengan berpikiran Arieson akan menikahinya.Dengan latar belakang pria itu, kelak pria itu pasti akan menikahi wanita yang berasal dari latar belakang yang setara dengannya.Selain itu, dia juga tidak ingin dimaki-maki sebagai seorang wanita yang menggoda paman suaminya sendiri, apalagi mengalami kegagalan dalam hubungan asmara lagi.Setelah menekan perasaan yang seharusnya tidak ada itu, Rhea mengambil pakaian, lalu pergi ke kamar mandi untuk mandi.Selesai mandi, baru saja dia berencana untuk tidur, tiba-tiba ponselnya berdering.Melihat panggilan telepon itu dari Jerico, Rhea mengedipkan matanya. Akan tetapi, pada akhirnya dia tetap menjawa
Setelah mengetahui Rhea ingin bercerai dengan Jerico, Siska segera menghentikan putranya."Sekarang ayahmu masih dikurung di dalam kantor polisi, kalau kamu bercerai dengannya di saat seperti ini, kalau kelak kita ingin dia membebaskan ayahmu, akan lebih nggak memungkinkan lagi. Bagaimanapun juga, sekarang statusnya masih istrimu. Biarpun ayahmu benar-benar dijatuhi hukuman, selama kita mengeluarkan surat penerimaan permintaan maaf, hukuman ayahmu pasti akan diringankan. Kalau kamu bercerai dengannya, situasi hanya akan bertambah kacau."Dengan ekspresi muram, Jerico berkata, "Bukti aku bersengkongkol dengan Ayah untuk menculiknya ada di tangannya, kalau aku nggak pergi, dia akan menyerahkan bukti-bukti itu ke polisi."Siska mengerutkan keningnya, kilatan amarah melintasi matanya. "Dasar wanita jalang ini! Dia benar-benar sudah membuat persiapan yang matang! Tapi, makin seperti ini, di saat seperti ini kamu nggak bisa bercerai dengannya. Kalau nggak, kita nggak tahu dia akan menggunaka
Delapan tahun yang sudah berlalu itu, benar-benar terasa seperti sebuah mimpi.Untung saja, dia sudah terbangun dari mimpi itu. Kelak, dia juga tidak akan terlibat dengan pria itu lagi.Melihat ekspresi lega di wajah Rhea, kilatan amarah melintasi mata Jerico. Dia berkata pada Stella dengan dingin, "Apa kamu bawa kartu keluargamu dan kartu tanda pendudukmu?"Stella tertegun sejenak. Kemudian, kilatan senang melintasi matanya."Aku bawa! Jerico, kamu ....""Berikan padaku, kita daftarkan pernikahan kita sekarang."Stella segera mengeluarkan kartu keluarga dan kartu tanda penduduknya dari dalam tasnya, lalu menyerahkannya pada Jerico. Dia tampak sangat senang. Akhirnya hari yang telah ditunggu-tunggu olehnya ini datang juga!Tadi malam, setelah mengetahui hari ini Jerico akan bercerai dengan Rhea, dia segera membawa kartu keluarga dan kartu tanda penduduknya. Dia berencana setelah kedua orang itu bercerai, dia akan menggunakan alasan anak untuk menguji Jerico. Dia ingin coba-coba apakah
Mereka menoleh pada saat bersamaan. Tidak tahu sejak kapan, Bagas sudah bangun.Rhea buru-buru melangkah maju untuk memapah ayahnya, tetapi ditolak oleh ayahnya."Rhea, kamu benar-benar membuatku kecewa."Melihat sorot mata kecewa Bagas, sekujur tubuh Rhea menegang."Ayah ... bahkan Ayah juga nggak bisa memahamiku?"Dia melakukan semua ini demi menegakkan keadilan untuk ayahnya. Dia mengira biarpun semua orang tidak memahaminya, paling tidak Bagas akan memahaminya."Apa gunanya aku memahamimu? Hal ini sudah berlalu, kamu mengungkitnya kembali, hanya akan mempengaruhi kehidupanmu. Hari-harimu masih panjang, tapi kamu malah memasukkan Sizur ke penjara. Bagaimana kalau sampai orang-orang Keluarga Thamnin membalasmu?"Sekarang dia sudah tidak berdaya untuk melindungi putrinya. Rhea melakukan tindakan berbahaya seperti itu, hanya akan menghancurkan kehidupannya sendiri."Apa aku harus berpura-pura nggak tahu dan melanjutkan hidupku dengan menjalani kehidupan rumah tangga yang memuakkan itu
Ekspresi Vani langsung berubah menjadi kaku, dia berkata dengan terus terang, "Oke, oke, aku nggak akan mengatakannya lagi. Benar-benar sulit menjadi seorang ibu tiri, selalu saja serbasalah. Ya, sekarang aku sudah mengerti!"Bagas mengerutkan keningnya, berkata dengan ekspresi sedikit tidak berdaya, "Bukan itu maksudku.""Kalau begitu, apa maksudmu? Selama kamu sakit dua tahun ini, aku selalu menjagamu dengan sepenuh hati, juga nggak pernah mempersulit putrimu. Kali ini dia sudah menimbulkan masalah sebesar ini, aku hanya mengatainya beberapa patah kata saja, itu pun nggak boleh?"Melihat ekspresi mendesak yang menghiasi wajah Vani, Bagas merasa agak kesal. Dia langsung menoleh ke samping, tidak mengucapkan sepatah kata pun lagi.Melihat reaksi suaminya, Vani menjadi makin emosi. Dia tidak bisa menahan diri dan mengomel panjang lebar mengenai betapa sulitnya dia menjaga Bagas selama beberapa tahun ini.Setelah bersabar selama beberapa menit, akhirnya Bagas tidak bisa menahan diri lagi
Begitu panggilan telepon terhubung, langsung terdengar suara panik Vani dari ujung telepon. "Di mana kamu sekarang? Ayahmu pergi menemui orang-orang Keluarga Thamnin demi kamu, alhasil dia malah dipersulit, saking banyaknya minuman alkohol yang diminumnya untuk meminta maaf pada mereka, dia sampai masuk ke ruang UGD!"Rhea hanya merasakan seperti mendengar suara ledakan di kepalanya. Dia mematung di tempat. Setelah beberapa detik, dia baru tersadar kembali."Aku akan segera ke sana!"Saat berbicara, sekujur tubuh Rhea gemetaran.Tepat pada saat ini pula, Weni juga sudah bangun. Melihat gejolak emosi Rhea, dia buru-buru bangkit dan berkata, "Rhea, ada apa? Apa yang terjadi?"Rhea mengalihkan pandangannya ke arah Weni, kedua matanya memerah, bulir-bulir air mata terus berjatuhan membasahi pipinya."Terjadi sesuatu pada ayahku, aku nggak bisa berkendara sekarang ...."Ekspresi Weni langsung berubah menjadi muram. Dia meraih tangan Rhea, lalu berkata dengan suara dalam, "Kemarin kita sudah
Saat Arieson tiba, Rhea sedang duduk di sofa sambil melamun.Begitu mendengar suara langkah kaki, dia mendongak, mengalihkan pandangannya ke arah pintu. Kedua matanya memerah, sorot matanya diliputi dengan ketidakberdayaan dan ketakutan, seperti seekor kelinci kecil yang ketakutan."Paman, kamu sudah datang."Arieson berjalan menghampirinya, lalu berkata dengan suara dalam, "Apa kamu terluka?"Rhea menggelengkan kepalanya dan berkata, "Aku baik-baik saja ... saat itu, aku sedang minum-minum bersama Weni di bar, nggak di rumah ... begitu aku pulang, situasinya sudah seperti ini ...."Arieson mengerutkan keningnya dan berkata, "Sudah lapor polisi?""Sudah, seharusnya sebentar lagi polisi akan tiba.""Hmm, tempat ini nggak bisa ditinggali lagi, aku akan meminta Tio untuk mencarikan tempat tinggal baru untukmu.""Kalau begitu, selama beberapa hari ini ... bisakah aku tinggal di tempatmu?"Begitu dia selesai berbicara, suasana di ruang tamu langsung berubah menjadi hening. Saking heningnya,
Ekspresi Arieson langsung membeku. "Kapan kamu mengetahuinya?"Rhea berkata dengan ekspresi acuh tak acuh, "Saat kamu pergi ke restoran pasangan dengannya."Keduanya terdiam. Saking heningnya, mereka bisa mendengar napas satu sama lain.Belasan detik kemudian, melihat pria itu tidak menunjukkan tanda-tanda akan bicara, Rhea langsung berbalik, membuka pintu mobilnya, berencana untuk masuk ke dalam mobil dan pergi begitu saja.Tiba-tiba, Arieson menggenggam pergelangan tangannya."Rhea, salahku karena nggak memberitahumu hal ini. Maaf."Rhea menoleh menatapnya. Di bawah kegelapan malam, dia tidak bisa melihat ekspresi pria itu dengan jelas.Dia langsung menarik tangannya dan berkata, "Kalau kamu ingin balikan dengannya, aku bisa pindah malam ini juga."Arieson mengerutkan keningnya. "Aku nggak berencana untuk balikan dengannya. Aku nggak memberitahumu hal ini karena takut kamu salah paham. Aku tahu jelas orang yang kusukai sekarang adalah kamu."Rhea merasa ucapan Arieson agak konyol, di
Saat ini, Arieson sedang berjalan menghampirinya dengan perlahan sambil tersenyum.Namun, indranya yang tajam bisa merasakan saat ini suasana hati Arieson sangat buruk.Gerald menoleh, mengikuti arah pandang Rhea. Saat tatapannya bertemu dengan tatapan Arieson, secara naluriah dia menyipitkan matanya.Sepertinya pria ini memancarkan aura permusuhan yang sangat besar terhadap dirinya.Arieson langsung duduk di samping Rhea, lalu berkata sambil tersenyum, "Rhea, kamu makan bersama kakakmu, mengapa kamu nggak memberitahuku? Aku bisa datang bersamamu."Gerald juga mengalihkan pandangannya ke arah Rhea, lalu berkata dengan sorot mata kebingungan, "Ini adalah?"Ditatap oleh dua orang pria pada saat bersamaan, Rhea mengerutkan keningnya. Saat dia hendak memperkenalkan mereka pada satu sama lain, Arieson sudah mengalihkan pandangannya ke arah Gerald sambil tersenyum."Halo, Tuan Gerald, aku adalah Arieson, pacar Rhea, juga presdir Perusahaan Teknologi Hongdam."Sorot mata Gerald berkedip, dia
"Lama nggak bertemu."Gerald berjalan menghampiri Rhea, menundukkan kepalanya untuk menatap wanita itu. Dengan seulas senyum menghiasi wajahnya, dia berkata, "Hmm, lama nggak bertemu."Kalau dihitung-hitung, mereka berdua sudah tidak bertemu sekitar lima atau enam tahun, juga sangat jarang menghubungi satu sama lain, jadi Rhea merasa agak canggung."Ayo masuk dulu."Setelah duduk di dalam restoran dan memesan makanan, Rhea baru menatap pria itu dan berkata, "Mengapa kamu tiba-tiba berencana untuk mengembangkan kariermu di dalam negeri. Aku dengar dari Bibi Vani, gajimu di luar negeri cukup tinggi. Kalau kamu bekerja di sana beberapa tahun lagi, seharusnya kamu sudah bisa menetap di luar negeri, bukan?"Melihat sosok wanita yang sangat dirindukannya kini berada tepat di hadapannya, Gerald hampir melamun.Dia mengalihkan pandangannya dengan tenang, lalu berkata dengan suara rendah, "Aku nggak terbiasa dengan makanan di luar negeri."Rhea agak terkejut, sangat jelas tidak terlalu percaya.
"Tuan Besar Thamnin, ada urusan apa kamu datang mencariku?"Melihat sikap Rhea yang tidak merendah, juga tidak arogan itu, Tuan Besar Thamnin mengerutkan keningnya, berkata dengan nada bicara arogan, "Sebut saja harganya, selama kamu bersedia melepaskan Sizur."Rhea menatap pria itu dengan ekspresi acuh tak acuh. "Kamu berencana memberi berapa?""Itu tergantung berapa yang ingin kamu minta. Kejadian itu sudah berlalu selama bertahun-tahun. Biarpun kamu benar-benar memasukkan Sizur ke penjara, aku juga punya cara untuk mengeluarkannya. Keras kepala nggak ada untungnya untukmu."Rhea bangkit, lalu berkata dengan nada bicara tanpa gejolak emosi, "Karena kamu sudah berbicara demikian, kita juga nggak perlu membicarakan hal ini lagi."Raut wajah Tuan Besar Thamnin langsung berubah menjadi sedingin es. "Apa maksudmu?""Nggak bermaksud apa-apa. Aku hanya merasa kita nggak akan bisa mencapai kesepakatan. Aku masih ada kerjaan, pergi dulu."Selesai berbicara, Rhea langsung berbalik dan pergi.M
Arieson menatap wanita itu tanpa ekspresi dan berkata, "Erika, kamu bukanlah tipe orang yang akan memainkan trik-trik seperti ini."Tangan Erika yang terulur terhenti sejenak. Kemudian, dia menarik kembali tangannya, lalu berkata dengan ekspresi acuh tak acuh, "Dulu kamu juga nggak akan menolakku.""Sudah kubilang, aku sudah punya pacar."Erika menatap pria itu, berkata dengan penuh penekanan, "Apa kamu mencintainya?"Melihat Arieson terdiam, tidak mengucapkan sepatah kata pun, akhirnya Erika merasakan sedikit kepercayaan diri."Lihatlah, kalau kamu mencintainya, kamu pasti akan mengakuinya tanpa ragu."Arieson mengerutkan keningnya dan berkata, "Erika, aku nggak mengakuinya hanya karena nggak ingin menyakitimu."Senyuman di wajah Erika langsung membeku. Beberapa saat kemudian, dia berkata dengan suara rendah, "Walau kamu mencintainya, juga nggak masalah. Kamu pasti akan jatuh cinta kembali padaku."Awalnya Arieson ingin mengatakan dia tidak akan jatuh cinta kembali pada wanita itu, ka
Ucapan ini adalah bentuk isyarat yang sudah sangat jelas antara pria dan wanita dewasa.Arieson berkata dengan ekspresi acuh tak acuh, "Sudah larut, nggak perlu lagi. Kamu istirahatlah lebih awal."Erika agak kecewa, tetapi dia tetap memaksakan seulas senyum, mengangguk dan berkata, "Oke, kalau begitu, hati-hati di jalan, ya."Saat Arieson kembali ke vila, sudah jam sepuluh lewat malam.Dia baru saja berganti sepatu dan berjalan memasuki ruang tamu, pelayan sudah menghampirinya dan berkata, "Tuan Muda, malam ini Nona Rhea menunggumu pulang makan malam sangat lama. Pada akhirnya, dia langsung naik ke atas tanpa makan malam.""Oke, aku mengerti, kamu istirahat saja dulu.""Baiklah."Arieson menggulung lengan jasnya, lalu pergi ke dapur untuk membuat semangkuk mi dan membawakannya ke lantai atas.Mendengar suara ketukan pintu, Rhea mengira itu adalah pelayan vila. Dia segera bangkit untuk membuka pintu.Begitu melihat sosok bayangan yang tinggi di hadapannya itu, dia tertegun sejenak. Kem
Kalau mereka bukan mengunjungi restoran pasangan, kalau mereka bukan duduk di sisi yang sama di meja makan, kalau Arieson tidak mengambilkan sayuran untuk wanita itu, mungkin ... dia masih bisa membohongi dirinya sendiri bahwa wanita itu adalah mitra Perusahaan Teknologi Hongdam.Dia mematikan layar ponselnya, menundukkan kepalanya, ekspresinya tampak muram.Saat dia melihat foto tersebut, dia sempat terdorong untuk menelepon Arieson, mempertanyakan pria itu. Namun, pada akhirnya dia tetap tenang kembali.Dia juga hanya memanfaatkan Arieson. Biarpun pria itu benar-benar menjalin hubungan tidak jelas dengan wanita lain, apa haknya untuk mempertanyakan pria itu?Lagi pula, bukankah dia juga tidak berencana untuk bersama pria itu selamanya?Ponselnya kembali berbunyi, Weni mengirimkan beberapa pesan untuknya.[Aku sudah meminta orang untuk menyelidiki wanita itu. Nama wanita itu adalah Erika Kilbis, cinta pertama Arieson. Setelah dia mendapatkan beasiswa penuh, dia pergi ke luar negeri un
Rhea mengalihkan pandangannya ke bawah, lalu berkata dengan perlahan, "Nggak apa-apa. Kamu semalaman nggak pulang ke vila, aku hanya ingin menanyakan apa urusanmu sudah selesai ditangani."Orang di ujung telepon hening sejenak sebelum terdengar suara rendah Arieson. "Sudah hampir selesai ditangani, malam ini aku akan pulang."Tanpa Rhea sadari, cengkeramannya pada ponselnya makin erat. "Oke, kalau begitu nanti malam kita makan malam bersama.""Hmm, tunggu aku pulang."Setelah mengakhiri panggilan telepon, Arieson mengalihkan pandangannya ke arah wanita yang tengah duduk di seberangnya sambil menangis. Dia berkata dengan dingin, "Erika, hubungan kita sudah berakhir, nanti aku akan memesan tiket pesawat untukmu."Pergerakan menyeka air mata Erika terhenti. Dengan berlinang air mata, dia menatap Arieson dan berkata, "Aku nggak mau! Kali ini aku sudah pulang, aku nggak berencana untuk pergi lagi."Arieson mengerutkan keningnya, hawa di sekelilingnya berubah menjadi sedingin es."Terserah k
Arieson mengusap-usap kepalanya, berkata dengan suara rendah, "Nggak bisa membuatmu memercayaiku sepenuhnya, itu artinya aku masih kurang baik."Rhea mendongak, menatap pria itu. Saat dia hendak berbicara, tiba-tiba ponsel Arieson berdering."Kamu sudah mengubah nada deringmu?"Dulu Rhea sudah pernah mendengar nada dering ponsel Arieson, sepertinya berbeda dengan nada dering hari ini.Arieson tidak berbicara, dia mengambil ponselnya dan berjalan ke samping sebelum menjawab panggilan telepon tersebut.Tidak tahu mengapa, hati Rhea diliputi oleh kegelisahan, keningnya juga berkerut.Tak lama kemudian, Arieson sudah mengakhiri panggilan telepon itu, lalu berbalik dan berjalan menghampirinya."Aku ada sedikit urusan, perlu keluar sebentar, kamu tidur saja dulu."Selesai berbicara, dia berbalik, hendak pergi. Secara naluriah, Rhea menarik tangannya."Apa urusan itu sangat penting? Bisakah kamu tetap di sini untuk menemaniku ... aku ...."Rhea juga tidak tahu harus menggunakan alasan seperti