"Mama juga akan segera mengurus pernikahan kalian. Linda sudah terlalu lama menunggu untuk kamu nikahi David. Kalau bukan Linda yang menjadi kekasihmu, mungkin kamu sudah ditinggal pergi. Tapi, lihatlah dia masih setia."
Lagi, kalimat itu terdengar.Kehamilan membuat Laura semakin sensitif.Hatinya begitu sakit seperti ada tangan tak kasat mata yang meremasnya dengan kencang saat mendengar kenyataan pahit bahwa David sudah memiliki kekasih.Tanpa bisa dicegah, air mata gadis itu luruh. Disandarkan tubuhnya di dinding agar kakinya tetap berpijak."Tega sekali dia membodohiku begini," lirihnya pedih.Berusaha kuat, Laura berjalan menuju keluar rumah."Nona, Anda kenapa menangis?" tanya pengawal David yang melihat Laura hendak keluar rumah.Laura menghapus jejak air mata yang membasahi wajahnya. "Tidak apa Pak, saya lupa mau mengerjakan tugas kelompok. Saya pergi dulu," pamitnya.Ia berjalan sambil meratapi nasibnya, sampai akhirnya dia melihat ada taman di seberang jalan, dan Laura pun memilih untuk berteduh di sana.Untungnya, ada sebuah bangku kosong yang bisa Laura duduki."Mama janji akan merawatmu, Sayang. Mama janji akan selalu ada untuk kalian berdua. Ini semua salah Mama yang percaya pada omong kosong Papa kalian. Dan sekarang Mama harus berjuang seorang diri," ucapnya.Laura merasa kalau Tuhan tak menyayanginya. Cobaan datang bertubi-tubi.Di sisi lain, David masih berusaha menolak pertunangan ini. Dia sudah jatuh cinta pada Laura. Hanya Laura yang ada di dalam hatinya."Ma, biarkan David menentukan sendiri kehidupan David, jangan semua di bawah kendali Mama. David sudah besar Ma," ucapnya.Namun, Monica menggeleng. Wajahnya bahkan mengeras. "Mama berhak atas hidupmu David, dan Mama hanya mau kamu menikah dengan Linda. Sekarang kalian bersiaplah kita akan segera ke butik teman Mama untuk fitting pakaian yang akan kalian gunakan minggu depan," balasnya cepat."Tapi, David belum siap nikah Ma," tolak David.Sebenarnya, pria itu berbohong.Kalau wanitanya adalah Laura, tanpa diminta pun, David pasti akan mau menikah secepatnya. Bila perlu hari ini juga.Rasa yang dulu sebatas menganggap Laura sebagai keponakannya kini sudah hilang dan berganti menjadi rasa cinta pada lawan jenis.Mengetahui pikiran putranya, Monica mengepalkan tangan keras. "Ingat usiamu David?" ."Pokoknya, kamu harus menikah dengan Rosalinda. Apapun alasannya, Mama tetap hanya merestuimu untuk menikah dengan Rosalinda. Mama akan beri waktu tiga bulan untuk kamu menyiapkan hati menuju pelaminan. Namun, pertunanganmu tetap harus dilaksanakan minggu depan!" tambah Monica tak terbantahkan."Ma!" protes David cepat."Apa kamu mau Mama majukan pernikahan kalian jadi minggu depan, huh?"Kali ini, ancaman Monica tak main-main.Dia hanya mau menyelamatkan David dari bujuk rayu Laura. Monica tak sudi memiliki menantu miskin seperti itu.Membayangkan saja, sudah membuat Monica bergidik ngeri.Di sisi lain, David terdiam.Ia sadar Monica serius."Untung saja, Laura tak ada di rumah. Tak bisa kubayangkan kalau dia mengetahui berita ini. Aku akan berusaha memberi penjelasan padanya nanti." David membatin sebelum dirinya mengangguk dengan berat hati.Monica tersenyum puas.Dengan cepat, ia meminta David dan Linda fitting di butik langganannya.Tak memiliki alasan untuk menolak, keduanya pun pergi ke Butik bridal yang sudah terkenal di West Country itu.Sudah banyak hasil desainnya digunakan oleh para artis papan atas. Pas sekali untuk super model seperti Linda.Setelah kepergian David bersama keluarga kekasihnya, kini tinggallah Monica di rumah mewah itu. Ia harus membuat perhitungan dengan Laura.Wanita itu pun langsung mengeluarkan ponselnya untuk menghubungi orang kepercayaannya yang tadi membuntuti Laura.[Halo, Nyonya.] sapa suara di seberang telepon.[Bagaimana hasil penyelidikanmu hari ini?] tanya Monica.[Ternyata benar dugaan nyonya. Laura sedang hamil, saya sudah mencari buktinya dan dokter yang memeriksanya tadi mengatakan kalau saat ini Laura mengandung bayi kembar.] ucapnya memberi penjelasan."Brengsek dia sengaja membiarkan dirinya hamil untuk menjadi istrinya David! Aku tidak akan pernah membiarkan hal itu terjadi! Tunggu saja kau Laura, apa yang bisa aku lakukan untuk membuatmu menyesali tindakan licik dan kotormu ini!" murka Monica di dalam hati.[Di mana dia sekarang?] tanya Monica lagi.[Saat ini dia sedang berada di taman, sepertinya tadi ketika dia pulang ke rumah anda, dia mendengar pembicaraan anda dan keluarga dari calon istri Tuan David.][Bagus! Suruh dia pulang sekarang aku menunggunya di rumah.] ucapnya memberi perintah.Tak lama, wanita itu mematikan sambungan telepon secara sepihak. Dia sudah tidak sabar ingin melabrak Laura.Yang jelas, jangan sampai Laura lebih dulu menyampaikan kabar kehamilannya kepada putranya."Sampai kapanpun, David tidak boleh tahu kalau Laura dalam keadaan hamil," janjinya dalam hati.****"Selamat siang Non," sapa sang kepala pelayan yang menyambut Laura kala tiba di kediaman mewah milik David tepat pukul 14.00 waktu setempa.Meski langkahnya gontai, Laura tetap memaksakan senyumnya. "Selamat siang juga, Bik. Maaf bila Laura tak bisa membantu mengerjakan tugas rumah, Laura ada tugas kelompok," ucapnya bohong."Tidak apa Non," jawab sang kepala pelayan."Ya sudah Laura ke kamar dulu ya bik," pamitnya. Sang kepala pelayan hanya menjawab dengan anggukan lemah.Ceklek!Laura membuka pintu kamar yang dia tempati.Namun, ia kaget dengan suara bentakan Monica dari belakang. "Dari mana saja kamu gadis bodoh!"Tatapa tajamnya seolah menguliti Laura."Sa–saya baru pulang dari kampus Nyonya," jawab Laura gugup.Debaran jantungnya menggila di dalam sana.Menyadari itu, Monica tertawa terbahak-bahak. "Dari kampus? Bukankah kamu tak ada jadwal kuliah hari ini!"Ia menunjuk ke arah jadwal yang terpasang di meja belajar Laura."Ma–maafkan saya Nyonya," jawab Laura terbata.Monica lantas mendekati Laura, lalu berdiri di depannya. "Kamu sedang hamil kan?" sinisnya."Dan kamu berniat memberitahukan David sola kehamilanmu, kan?"Mata Laura membulat sempurna mendengar kalimat yang meluncur dari mulut wanita paruh baya di depannya.Ia membeku di tempat.Bagaimana mungkin wanita ini bisa mengetahui soal kehamilannya?Tunggu, apa jangan-jangan David mengetahui soal dirinya yang tengah berbadan dua?Kalau iya, kenapa pria itu tadi membicarakan pertunangannya dengan Linda?Laura tak kuasa menahan sesak di dalam dada."Apa kamu sengaja menjebak David agar bisa menjadi menantu di rumah ini?" fitnah Monica menyadarkan Laura dari lamunan.Menarik napas panjang, Laura akhirnya memberanikan diri untuk berbicara. "Itu tidak benar Nyonya," jawabnya.Pembelaan diri itu jelas membuat Monica tak senang. "Lalu bagaimana bisa kamu tidur dengan lelaki yang lebih pantas menjadi Ayahmu? David itu hanya menganggapmu sebagai sampah!" bohongnya, "ia punya kekasih seorang super model internasional. Mereka sudah lima tahun berpacaran! Kamu pikir akan ada yang percaya kalau David menyukaimu, hah?"Semakin Laura mencoba menahan tangisnya, dadanya semakin sesak.Sementara itu, Monica mendekati Laura. Ia seketika menjambak keras rambut gadis itu. "Kalau kamu mau tetap anakmu lahir ke dunia, jangan pernah memberitahu David kalau sedang hamil. Setelah pertunangan David selesai, kamu harus pergi dari rumah ini, sebab aku mau kamu menjadi pekayan saat pertunangan David digelar!" ucapnya penuh penekanan.Ia lalu pergi meninggalkan Laura yang meringis kesakitan."Di mana Laura?" tanya David pada sang kepala pelayan, saat baru menginjakan kaki di rumahnya."Apa-apaan sih kamu, Sayang? Masih ada aku, kamu sudah menanyakan wanita lain," sungut Linda kesal. Mendengar perdebatan keduanya, Monica mendekati anak dan calon menantu pilihannya. "Jangan khawatir, Linda. Laura itu cuma anak dari kakak angkatnya David dulu. Mana mungkin dia menyukai wanita lain. Percaya deh sama tante, David hanya mencintaimu sayang," ucap Monica. Linda hanya mengangguk. Sebenarnya, ia berpura-pura tidak mengetahui soal Laura. Padahal, ide pertunangan dadakan ini terjadi karena Monica sudah menceritakan pada Linda kalau David ada hubungan dengan anak ingusan itu.Ck! Membayangkannya saja, ia sudah kesal.Hanya saja, David terus berlalu--meninggalkan Linda."David! Mau kemana kamu, Nak?" teriak Monica seketika."Mandi," jawabnya ketus.Melihat itu, Monica menghela napas panjang."David jadi dingin banget, Tante," adu Linda tiba-tiba begitu mereka duduk di ruang keluarga.
"Jangan bercanda Laura, itu tidak akan pernah terjadi!" ucap David menahan emosi."Om, kita hanya pantas sebagai kerabat bukan pasangan. Laura mohon mengertilah, Om," pinta Laura."Mengerti katamu? Apa Kamu lupa malam panas yang selalu kita lewati bersama huh?" tanya David.Pria itu mendekati Laura lalu mencengkram keras kedu bahu Laura. "Apa kamu menganggap kebersamaan kita hanyalah angin lalu, huh?" Laura hanya menunduk. Ia begitu sakit hati dengan apa yang terjadi saat ini dalam hidupnya. Kenapa Tuhan harus mempertemukannya dengan David kalau akhirnya akan seperti ini?Bahkan sekarang, sudah ada dua benih di dalam rahimnya. Tapi, benih ini tidak akan pernah terlahir ke dunia apabila Laura mengatakan mengenai kehamilannya pada David.Laura tak ingin menambah dosanya lebih dalam lagi. Lebih baik kehilangan David daripada kehilangan anak tak berdosa ini karena dia Monica tidak main-main. Terlebih, wanita itu sejak awal sudah membencinya. Mungkin, mereka tak bisa bersama meski saling
"Saya tidak akan pernah menggugurkan anak ini, Tuan. Kalau kalian terus nekat mengancam saya, maka saya pun terpaksa memberi tahu Om David tentang semua ini." Laura akhirnya mengancam balik. Sebenarnya, dia lelah hidup dalam tekanan seperti ini. Jujur, Laura ingin pergi dengan calon anak-anaknya. Tapi, ke mana? Dia tak punya uang dan tak tahu siapa-siapa di negeri orang."Lancang kamu ya mau mengancam kami?" bentak Edward tiba-tiba. "Satu setengah miliar itu bukan jumlah yang sedikit! Kamu bisa pulang dan membangun duniamu di negara asalmu. Kamu bisa hidup mewah asal menggugurkan bayi itu!" ucapnya sekali lagi.Laura menatap tajam Edward. "Anda benar. Tapi, bayi dalam kandungan saya lebih berharga dari itu semua." "Brengsek!" maki Edward dengan rasa kesal. Tahu bahwa ia tak bisa menekan Laura, kekasih Monica itu lantas bergegas pergi dari sana. Diam-diam, Laura bernapas lega. "Tenang saja, Nak. Meski tak ada yang mengiginkanmu, tapi Mama akan mempertahankanmu, Sayang," janji ga
"Tuan, ini tidak seperti yang Anda lihat. Saya dan Alex hanya-"Belum selesai bicara, David sudah pergi.Alex ingin mengejar pria itu, tapi Laura berhasil mencegahnya."Aku mohon biarkan seperti ini. Aku ingin keluar dari rumah itu. Mungkin ini, sudah jalan Tuhan kami berpisah dengan cara seperti ini," ucap gadis itu pasrah.Hanya saja, matanya sudah kembali basah kala mengingat dua kata yang disematkan David untuknya sangat menyakiti Laura. Wanita murahan? Apa benar dirinya seperti itu sampai mau berhubungan badan tanpa ada ikatan pernikahan?Melihat keadaan Laura, Alex pun memeluk gadis itu. Dia sangat tulus menyayangi Laura yang begitu menyedihkan."Kamu harus kuat demi si kembar. Besok aku akan mencarikan rumah untuk mu di dekat kampus, agar kamu tak jauh juga bekerja. Kemarin aku melihat ada rumah yang disewakan di sana," ucap Alex, setelah mengurai pelukannya. "Terima kasih ya Alex, kamu sangat baik padaku. Aku janji kalau sudah gajian aku akan mengembalikan uangmu," sahut Lau
"Hanya ini satu-satunya cara aku pergi dari rumah itu. Sakit ini tak sebanding dengan ancaman Tante Monica yang akan menghilangkan nyawa cucunya sendiri. Aku harus kuat melewati ini," ucapnya menguatkan diri sendiri. Laura terdiam. Ia kembali mengingat kedua orang tuanya. Takdir begitu kejam mempermainkan hidupnya. Laura dibawa ke luar negeri hanya untuk disakiti. Tapi, Laura janji bahwa akan menjaga si kembar dengan baik,Ceklek!Pintu tiba-tiba terbuka. Alex yang baru tiba dirumah dibuat terkejut kala melihat Laura menangis. Matanya juga menangkap ke arah koper besar yang masih ada di dekat pintu.Seketika, pria itu tahu alasannya.Alec pun menghela napas panjang. Ditaruhnya makanan yang dibelinya tadi di atas meja tamu, lalu duduk di samping Laura. "Apa kamu ingin kembali ke rumah itu?" tanyanya.Laura menggeleng lemah. "Aku hanya belum terbiasa. Ke depannya, semua akan baik-baik saja," jawabnya."Kamu tak boleh egois hanya memikirkan keadaanmu saja, tapi kamu harus tetap memikirk
"Pecat dia sekarang!" bentaknya lagi, sampai menjadi pusat perhatian pengunjung lain."Maafkan karyawan kami Nyonya. Kami akan mengganti makanan anda, dengan yang baru," ucap sang manajer berusaha menenangkan Monica yang tampak murka.Sedangkan Laura, ia terlihat sangat ketakutan karenaapapun yang diucapkan wanita paruh baya ini pasti akan terjadi.Lalu, bagaimana nasibnya bila dirinya benar-benar dipecat? Bagaimana caranya bertahan hidup di negeri orang?Ataukah ini jalan agar dia kembali ke kampung halamannya? Tapi ... dia pun tak punya rumah lagi di sana akibat bencana alam dahsyat itu.Tak ada satu pun pertanyaan yang mampu Laura jawab. Ia merasa nasibnya sungguh tak mujur! Bahkan saat Laura sudah pergi dari kediaman Aditama, ia masih belum bisa lepas dengan para penguasa ini."Aku tak butuh makanan baru! Pecat dia sekarang, atau aku akan membawa masalah ini ke jalur hukum karena kalian sudah melakukan perbuatan tidak menyenangkan pada pelanggan!" serunya lagi."Tapi Nyonya, ini
"Jadi, ini alasan seorang David Aditama, pemilik perusahaan nomor satu di kota New Capitol mendadak menjadi galau?" Kalimat itu diucapkan oleh Joe dengan nada mengejek. Seketika mata David melotot ke arah sang sahabat.Joe tergelak. "Ternyata, cinta tak pandang usia dan asal usul! Yang katanya, hanya keponakan angkat berhasil mengacaukan hidup seorang CEO hebat sepertimu," ucapnya lagi."Bisa diam tidak?!" seru David kesal."Tidak! Karena ini sangat lucu. Kamu memiliki tunangan seorang Super Model Internasional dengan bayaran fantastis. Tinggi, cantik, berkelas dan cocok denganmu. Sorry, bila dibandingkan dengan Laura, mereka begitu jauh. Sekarang aku baru percaya cinta tak punya logika David," sambung Joe lagi.Pria itu masih saja terkekeh sendiri melihat kekacauan David karena Laura. David memeloti tajam Joe. "Sekali lagi kamu bicara, gajimu bulan ini dipotong lima puluh persen dan kamu tidak akan mendapatkan bonus apapun!" Bersamaan dengan ancaman maut David, Joe pun menutup rap
"Mama sangat cantik sekali, Dika sayang banget sama Mama."Anak lelaki berusia dua setengah tahun kini berdiri di samping Laura, dia menatap penuh cinta ke arah sang mama yang baru saja mengenakan pakaian untuk wisuda.Tak terasa 3 tahun telah berlalu dan Laura sudah melahirkan anak kembar yang sangat lucu. Dia adalah si tampan nan posesif bernama Andika dan si cantik yang super bawel bernama Andita.Laura berjuang seorang diri tanpa lelah untuk memberikan kehidupan yang layak bagi kedua buah hatinya. Laura terpaksa berhenti bekerja di restoran setelah tiga tahun lalu mendapat ancaman pembunuhan dari Monica.Demi keselamatan kedua anak kembarnya, Laura terpaksa mengalah dan memilih tinggal di sudut kota New Capitol. Atas bantuan Alex, Laura berhasil merubah kuliahnya yang awalnya dijalani offline menjadi kuliah online.Hari ini adalah hari wisudanya. Berkat biaya kuliah yang sudah dibayar lunas di awal oleh David, Laura berhasil meraih gelar sarjana dengan nilai terbaik di kampusny
“Alex,” sapa Laura.Laura dan si kembar terkejut melihat Alex di rumahnya tanpa memberitahu kalau pria itu akan datang.“Papa Alex.”Si kembar berlari dan memeluk Alex yang sudah berjongkok sambil merentangkan tangannya. “Kangen Papa tauuuk,” Dita mulai memanyunkan bibirnya.Sudah lama rasanya Alex tak pernah mengunjungi keduanya membuat Dita dan Dika sangat merindukan pria tersebut.Mereka bercengkrama sebentar sembari menunggu Laura berganti pakaian. Setelah sang mama kembali dengan pakaian rumahan Laura meminta Dita dan Dika untuk tidur siang.“Janji ya Papa Alex jangan pulang dulu,” pinta Dika.“Iya janji. Papa Alex mau nginep kok di sini,” sahut Alex.“Benarkah Papa?”Dita sangat bahagia, mereka benar-benar merindukan pria tersebut.“Benar dong sayang.”Laura pun meminta kedua anaknya naik ke lantai atas, karena jam tidur siang sudah lewat.Laura mengajak Alex menuju ruang keluarga setelah meminta pelayan untuk menyiapkan minuman untuk mereka.“Kamu kenapa Lex?” tanya Laura.Ale
“Bi, saya titip mereka berdua ya.”Laura berujar pada sang kepala pelayan, dia memutuskan untuk menjemput kedua anaknya dan membawa mereka makan di restoran bersama sang papa seperti yang barusan David bilang melalui pesan singkat.David sudah membatalkan semua kegiatannya hari ini karena biar bagaimanapun dia kepikiran atas masalah Joe, pria yang selama ini selalu pasang badan untuk David.David merasa sangat bersalah karena secara tidak langsung kembali melukai perasaan Joe dengan mengingat pria itu tentang anak tak berdosa yang ada di rahim Riana.“Baik Nyonya. Anda membawa mobil sendiri?” tanya sang pelayan.“Tidak Bi, nanti dijemput sopirnya anak-anak. Oh iya kami makan siang di luar ya Bi.”Laura tidak ingin pelayan di rumahnya sibuk menyiapkan makanan sedang dirinya akan memilih untuk makan di restoran langganan Dita dan Dika.“Baik Nyonya,” jawabnya Lagi.Laura pun berpamitan untuk segera bersiap-siap. hatinya lelah dengan masalah yang ada belum lagi dia harus bicara banyak de
Laura mendekati Riana dan duduk di sampingnya. Dia memeluk Riana sambil ikut menangis mengabaikan Joe yang darahnya masih bercucuran.Mental Riana lebih penting dari pada luka di dahi Joe terlebih Riana dalam keadaan hamil yang moodnya sudah pasti naik turun.Laura tahu Riana sangat terkejut mengetahui rahasia besar ini tapi sekali lagi Laura sangat mendukung pola pikir Joe yang tak peduli anak siapa dalam rahim Riana karena dia tulus mencintai wanita ini sejak mereka masih kuliah dulu.“Maafkan Papanya anak-anak sudah melukaimu,” ucap Laura tulus setelah mengurai pelukannya.Riana masih menangis karena tak tahu aibnya ternyata sudah diketahui oleh Joe dan David, tapi tetap saja dia tak rela berbagi suami dengan wanita lain.Lalu pelayan masuk ke dalam kamar itu untuk meminta Joe ke ruang tamu karena dokter sudah datang. Sebagian pelayan datang membersihkan pecahan kaca, laura memberikan susu ibu hamil untuk Riana yang barusan kembali dibawakan sang kepala pelayan.Setelah ruangan it
“Sayang, di mana Natali dan Riana?” tanya David.Saat ini waktu sudah menunjukan pukul 07.00 waktu setempat David bersama kedua anak kembarnya sedang bersiap untuk sarapan.“Natali sudah pulang sayang, dia ada interview di kampusnya kalau Riana masih di kamar nanti biar aku bawakan sarapan ke kamarnya sambil mau ngobrol sebentar dengan dia.”Laura sangat mengerti situasi saat ini, siapapun di posisi Riana pasti sangat terpukul terlebih dia dalam keadaan hamil. Berbeda halnya dengan Margareth yang sudah melewati rasa sakit itu dan mulai berdamai dengan keadaan.“Jadi si kembar diantar siapa ke sekolah?” tanya Dita.Kemarin sebelum sang mama pergi sempat berjanji kalau hari ini mengantarkan kedua anak menggemaskan versi Dita dan Dika itu ke sekolah.Laura yang menyadarinya pun tersenyum, “kalian berangkat sama sopir dulu ya. Nanti Mama usahain jemput sepulang sekolah,” jawab Laura.“Hmmmmmm.” Dita hanya berdehem sambil mencebik. Sudah diduga pasti akan begini jadinya.“Nanti Papa yang
“Kamu tanggung jawab sayang aku takut lihat Joe marah.”David berbisik sembari memilih berdiri di belakang tubuh istrinya. Bernia untuk sembunyi tapi tingginya menjulang akan tampak jelas saat berdiri di belakang tubuh Laura yang mungil.“Ih, kamu apaan sih sayang aku juga takutlah kalau begini. Mereka mode galak. Ya ampun mimpi apa aku semalam harus terbongkar cepat seperti ini?”David enggan menimpali ucapan istrinya, ketika Laura yang memilih berdiri di belakangnya, David pun mengulang hal yang sama sampai membuat Joe makin kesal.“Berhentiiiiiii!” teriak Joe.Wajahnya memerah ditambah pengaruh minuman keras membuatnya kehilangan setengah kesadarannya.“Dan kamu!” Riana membentak suaminya dan berjalan mendekati suaminya.Plak PlakDua kali tamparan mendarat di wajah tampan Joe. Cukup keras hingga David yang mendengar tamparan itu sampai meringis.“Sejak kapan kamu mulai menyimpan rahasia dariku huh? Apa kamu bisa bayangkan hancurnya perasaanku hu, aaaarrrrggggggh!”Riana menjambak
“Jangan pernah menyebar berita yang tidak benar!” seru Natali kesal.Menyesal rasanya mengajak Riana pergi ke salon yang berujung bertemu dengan wanita sialan ini. Sejak dulu Ryan sempat meminta atali untuk akrab dengan Angel demi menghormati Laura, tapi kata hatinya tak pernah salah jika wanita ini tak layak disebut teman.Angel tertawa kecil, “coba saja minta klarifikasi dari Pak Joe. Saya sih dapat infonya begitu, pasalnya dulu sebelum Nona datang si kembar gencar menjodohkan Margareth dengan Pa Joe dan keduanya sangat dekat.”Tangan Riana mengepal di kedua sisi tubuhnya dia tak terima mendengar cerita yang bahkan Joe tak pernah menceritakan padanya soal hubungannya dulu dengan Margareth. Akan tetapi tak baik bila dia membuat kegaduhan dan meluapkan emosinya di tempat umum seperti ini. Natali yang menyadari itu pun berusaha untuk membuat Angel terlihat membual.“Kamu ada masalah apa ya dengan kami? Kami tak sekalipun pernah mengusik hidupmu apalagi sebenarnya kami tahu niatmu bek
“Permisiiiiiiiiiii.” teriak Joe.Setelah mendapat informasi dari sang kepala pelayan kalau Laura dan David pergi Joe berniat bertemu dengan si kembar yang katanya sedang belajar di perpustakaan mini yang baru dibuatkan sang papa.Dita berlari kecil untuk membukakan pintu perpustakaan agar rasa penasarannya hilang terhadap suara di depan ruang perpustakaannya.Ceklek“Papa di mana?” tanya Joe saat menyadari si cantik yang super aktif membukakan pintu.“Masa tidak tahu?”Bukannya menjawab pertanyaan Joe, Dita justru memberikan pertanyaan lain pada sang paman.“Tahu sih katanya lagi keluar,” jawab Joe datar.Dika mendekati ambang pintu setelah mendapatkan izin dari guru lesnya.“Papa sama Mama katanya nganterin suster Margareth ke rumah kami yang lama. Katanya Mama Angel ganggu suster.”PlakDita memukul kencang bibir sang adik kembar yang ternyata sangat ember. Bisa kacau kalau sampai Mama dan Papanya tahu kalau keduanya sempat menguping pembicaraan sang mama dengan sang kepala pelayan
Satu minggu berikut Dita dan Dika sudah mulai mengikuti les privat di rumahnya sendiri.Mereka lebih banyak menghabiskan waktu di perpustakaan kecil yang berada di lantai 2 dekat dengan ruang bermain keduanya.Tetapi meskipun mereka kembar nyatanya Dita jauh lebih malas untuk belajar ketimbang adik kembarnya sendiri.Bahkan setiap kali mengikuti pelajaran maka rasa kantuk menyerang hebat padanya.Gadis kecil itu berbanding terbalik dengan sang adik kembar yang setiap kali belajar maka dia memiliki semangat berkali-kali lipat lebih banyak dari sebelumnya.Seperti saat ini tepat pukul 16.00 waktu setempat guru privat khusus untuk matematika akan datang ke rumah mereka. Ini pertama kali si kembar melakukan privat dengan guru muda yang sengaja dicarikan oleh Laura agar mampu membuat gadis kecilnya memiliki semangat yang sama seperti jagoannya.Dika sudah mandi dan rapi sejak 1 jam yang lalu, bahkan dia sangat siap untuk menerima pelajaran hari ini.Namun berbeda dengan Dita yang masih be
“Anda bicara apa Nona? Memangnya saya pernah ada hubungan apa dengan Pak Joe?” tanya Margareth tanpa menoleh ke arah Angel.Angel tertawa kecil, “semua orang juga sudah tahu kalian dekat tanpa hubungan jelas. Makanya nanti dia berencana akan mencari tahu fakta sebenarnya. Yang penting aku sudah kasih info ke kamu ya kalau Joe akan mengejarmu sampai ke ujung dunia untuk melakukan tes DNA.”Angel tak peduli apakah wanita di depannya ini terluka dengan ucapannya atau tidak. Yang jelas dia harus menemukan cara agar bisa mengambil keuntungan dari masalah yang ada.Tanpa meladeni ucapan Angel mantan pengasuh si kembar itu memilih pergi dari Mall itu dan membatalkan niatnya untuk berbelanja. Tanpa dia sadari di dalam saku Cardigan yang digunakan sudah ada alat penyadap. Angel pun bergegas pergi dan membuntuti Margareth, sebab alat itu akan bekerja di jarak tertentu saja.Wanita itu akan menghalalkan segala cara demi bisa mencari celah untuk dekat dengan David. Terlebih kehadiran Bonita meng