“Mungkin kalau Nyonya Monica ada di rumah ini kamu tidak akan betah numpang terlalu lama di sini,” ucap Alex.Padahal saat ini masih jam lima pagi waktu setempat, tapi pertengkaran antara Angel dan Alex belum berakhir.“Si pembunuh itu?” Angel tahu betul cerita mengenai Monica meski dirinya tak diceritakan secara langsung. Bahkan beberapa pelayan di rumah itu sering berbincang mengenai Monica dan kasusnya.“Jaga mulutmu Angel!” seru Alex.“Kenapa? Apa aku salah bicara? Dunia juga tahu siapa Mama kandung Tuan David.”Angel seakan meledek dan mensyukuri atas ditahannya Monica selama puluhan tahun.“Dasar tidak tahu diri kamu, seharusnya kamu bersyukur ditampung di rumah ini. Kalau begini aku sangat menyesal waktu itu mengajakmu kembali.”Alex tak kuasa menahan amarahnya, dia hanya tak ingin keributannya dengan Angel didengar oleh Laura, karena bagi Alex, Laura sudah terlalu banyak mengeluarkan air mata. Dan saatnya sekarang sang sahabat menikmati kebahagiaannya.Alex memilih pergi dari
“Angeeeeeeel!” teriak David histeris. Bantuan datang menghampiri mereka, David yang dahinya juga berdarah akibat dorongan Angel cukup keras membuat sang CEO terbentur di bahu jalan dan mengalami sobek.Angel dan David segera dibawa ke rumah sakit. Sang sopir segera menghubungi Ryan dan Joe agar membatalkan semua acara dan segera menyusul ke rumah sakit.Suasana sangat mencekam, dan banyak orang meyakini kalau Angel dan bayinya pasti tidak selamat.David diobati di IGD sedangkan Angel langsung dibawa ke ruang persalinan.Sopir pribadi David bergerak gelisah di depan ruang IGD, pastinya David akan sangat terpukul dengan kejadian ini. Setelah lima belas menit berlalu kini Joe dan Ryan sudah tiba di rumah sakit dan langsung menuju IGD sesuai permintaan sang sopir.“Pak, kenapa bisa terjadi?” tanya Joe.“Tadi Tuan David saat menyebrang jalan mengantarkan Nona Angel ke rumah sakit, tiba-tiba saja ada mobil yang hampir menabrak Tuan David, Lalu Nona Angel mendorong Tuan David namun sayangny
Dua jam berikutnya Alex pun tiba di rumah sakit, pria itu melangkah gontai menuju ke dalam kamar mayat di mana bayi malang itu berada.“Alex,” sapa Laura.Laura dan David sengaja menunggu Alex di depan ruangan tersebut sambil berbincang mengenai kondisi David. Laura hanya takut suaminya jatuh sakit akibat kejadian ini.Laura dan Alex berpelukan dan keduanya menangis. Meski bayi itu bukan darah daging Alex, tapi dia sudah pernah berjanji akan menyayanginya seperti anak sendiri. Bahkan Alex pernah mengatakan bahwa dia akan menjadi Ayah yang baik untuk bayi malang ini, namun ternyata Tuhan lebih sayang padanya.Laura mengurai pelukannya. “Masuklah Lex, kami tadi sudah menjenguknya. Dia bayi yang sangat tampan, wajahnya persis Angel,” ucap Laura sendu.Alex pun mengangguk lemah, kakinya sangat berat untuk melangkah ke dalam ruangan yang mengerikan itu."Ikhlaskan semuanya Alex. Ini yang terbaik untuk si ganteng," ucap Joe mencoba menenangkan Alex yang tampak terpukul atas kejadian ini.D
“Tuan, boleh saya izin untuk menemui Laura sebentar?” tanya Alex dalam keraguan. Di luar dugaannya ternyata David mengangguk memberi izin.“Saya titip Angel sebentar ya,” pintanya lagi. David kembali mengangguk tanpa suara. Setelah kepergian Alex, David memilih masuk ke dalam ruang ICU.Mereka bahkan sudah melakukan operasi plastik di dahi Angel yang remuk. Dan David akan membawa Angel ke luar negeri kelak untuk mempercantik wajahnya agar tidak cacat lagi. Dia tak mau hidup dalam rasa bersalah berkepanjangan.Setelah memakai pakaian steril David pun masuk ke dalam ruang ICU. Pria itu berjalan gontai mendekati ranjang pasien lalu duduk persis di samping ranjang pasien.Dia menatap nanar pada wajah dan tangan Angel yang penuh luka, beruntung dokter mengatakan patah tulang di tangan kanan Angel tak terlalu berbahaya, bila nanti wanita itu siuman maka pemulihan patah tulangnya tidak akan memakan waktu lama.“Maafkan aku Angel. Seharusnya kamu tak perlu berkorban sejauh ini untuk keselama
Satu bulan berlalu kondisi Angel masih belum menunjukan tanda-tanda akan pulih. David benar-benar mengalihkan segala fokusnya untuk istrinya Alex. Bahkan Alex jarang ada di rumah sakit untuk menghindari perdebatan dengan David yang seakan pria itulah suami Angel.Alex lebih memilih untuk fokus bekerja di pabrik dan memasrahkan keadaan Angel pada Tuhan.Seperti saat ini, David baru hari ini berencana akan pulang ke rumahnya sebab selama tiga hari yang sudah berlalu pria itu memilih untuk menemani angel di rumah sakit.Andai saja David bisa membagi waktu dengan keluarga dan tak mengambil alih peran Alex dengan dalih rasa bersalah mungkin Laura tidak akan semarah ini. Satu minggu yang lalu David dan Laura pernah bertengkar hebat, hanya karena pria itu terus membujuk Laura agar mengizinkannya tidur di rumah sakit.Sampai akhirnya tiga hari yang lalu saat kondisi Angel memburuk David tanpa meminta izin pergi ke rumah sakit dan tidak pulang ke rumah dalam tiga hari itu.Laura benar-benar
“Di mana anak dan istrikuuuuuuuu!” teriaknya lagi.Beruntung saat itu di rumah Alex hanya ada dia seorang diri, sebab sang mama dan saudaranya pulang ke rumah asal mereka karena ada undangan pernikahan dari saudara sang mama.“Kendalikan emosimu David!”Joe tak kalah berteriak dari sang sahabat, Ryan membawa David duduk sedangkan Joe membantu Alex yang tadi sempat tersungkur di atas lantai.“Bisa kali bertanya baik-baik, jangan seperti ini.”Joe sangat kesal, sebab yang tahu dan membantu Laura dan anaknya pergi adalah Joe dan Ryan. Alex tak tahu apa-apa mengenai hal itu, tapi justru David menganggap Alex yang membawa Laura pergi dari rumahnya tanpa pamit."Demi Tuhan saya tidak tahu menahu soal kepergian Laura," jawab Alex jujur."Bohong, pasti kamu di balik semua ini. Laura tidak mungkin meninggalkan aku tanpa pamit."David sangat yakin Alex pelakunya, dan dia tidak akan pernah memaafkan pria ini kalau sampai benar-benar terbukti membantu Laura pergi.“Kemana saja anda Tuan muda samp
Esok harinya untuk pertama kali sang CEO menginjakan kaki di kantor tepat waktu setelah kejadian kecelakaan itu.Suasana hati David masih belum baik-baik saja. Pria itu yang biasanya ramah kini justru tidak ada senyum terlukis di wajahnya saat para karyawannya menyapa.Dia membuka pintu ruang kerjanya dan mengabaikan sapaan Ryan, Joe yang sedari tadi mengejarnya sambil berteriak memanggil David ikut terabaikan.BraaaaaakYang David mau saat ini dirinya ingin sekali membanting apapun yang dia lihat.“Tenangkan dirimu David, mereka pasti hanya berlibur sejenak. Namanya juga kurang perhatian.”Joe mencoba menenangkan sang sahabat yang sepertinya masih belum bisa meredam emosinya.“Bisa-bisanya dia mengambil uang tunai segitu banyak dan tidak berpamitan padaku.”“Makanya kalau punya istri dijaga, jangan malah jagain istri orang lain, pakai bercanda bilang mau jadiin Angel istri kedua,” gumam Joe.Pria itu kembali mengingatkan David masalah yang membuat siapapun tidak terima mendengarnya,
“Sudah telepon Riana sana!” Titah David memberi perintah saat Riana tak kunjung kembali ke ruang tunggu.“Sabar Tuan,” jawab Ryan.“Sabar-sabar, kalau dia kabur gimana?”Belum sempat Ryan menjawab, kini nampak Riana dengan wajah ditekuk berjalan mendekat ke arah keduanya."Ayo masuk ke dalam pesawat sekarang, kalian ini memang selalu berhasil membuatku kesal!" ucap Riana ketus.Tanpa menunggu jawaban dari dua pria tampan di depannya, wanita itu memilih berjalan meninggalkan David dan Ryan yang bahkan sudah menunggunya sejak satu jam yang lalu di Bandara."Loh kenapa jadi dia yang marah? Bukannya kita yang menunggunya di sini sudah satu jam lamanya!" protes DavidRyan menghela nafas panjang, untuk saja Riana yang keras kepala dan tidak pernah takut dengan apapun tidak berjodoh dengan David. Andai Tuhan menjodohkan keduanya Ryan yakin rumah tangga keduanya tidak akan pernah akur."Begitulah wanita Tuan, sejak dulu mereka selalu menjadi pemenang! Sabar ya Tuan," jawab Ryan lalu melengos