Willa menghentikan langkah begitu mendengar pertanyaan ayahnya. Dia tersenyum sedikit sebelum menjawab. “Ayah, apa kau kenal nona muda dari keluarga Wilson? Hari ini dia mengadakan pesta dan mengundangku. Aku merasa tidak enak jika tidak datang. Seperti yang sering kau katakan, kita harus membangun koneksi dengan keluarga-keluarga sekelas mereka. Bukankah keluarga Wilson menguasai beberapa bisnis konstruksi? Kurasa akan baik jika aku menjadi teman dekatnya.”Emily yang sudah memerhatikan sejak awal dan sedang menunggu Willa dimarahi nyaris muntah darah. Dia sangat tahu siapa Mia Wilson. Gadis itu mem-bully siswa yang ingin dibully-nya. Statusnya adalah nona muda keluarga kaya, tapi tingkahnya menyerupai preman saja. Namun, itu tidak mengherankan. Ada gosip yang mengatakan jika keluarga itu terlibat dalam beberapa bisnis gelap. Saudara tertua Mia, David Wilson, memegang kendali atas semua bisnis keluarga. Dia terkenal dengan kekuatan dan kekejamannya Mengandalkan keluarganya, Mia tida
Meski Willa mengatakannya dengan nada tidak percaya, tapi jelas dia telah mencoba mengolok-olok Mia Wilson. Itu seakan hendak mengatakan bahwa Mia terjatuh karena kesalahannya sendiri. Semua tahu, kalau pun itu benar, Mia tidak akan peduli. Mia berpaling pada Willa. Matanya menyorotkan amarah dan kebencian. Gadis ini sejak kapan berani padanya?“Willa Anderson!” Mia melangkah maju ke arah Willa. Tangannya melayangkan sebuah tamparan keras ke wajah Willa.Plak! Sebelum mencapai wajahnya, tangan itu telah disambut Willa dengan telapak tangan terbuka lalu mencengkeramnya erat dalam genggaman.“Nona Wilson, hati-hati. Jangan sampai membuat kesalahan lagi.” Willa mengingatkan. Dia terlihat menahan lengan Mia dengan santai. Sebaliknya, Mia tampak berusaha sekuat tenaga menarik lengannya. Dahinya bahkan mulai berkeringat.Semua merasa terkejut dengan keberanian Willa menentang Mia Wilson. Tak ada satu pun yang berusaha ikut campur.Willa menyeringai saat melihat wajah pucat Mia. Tatapannya
Hanya ada lima pelanggan pria di ruangan itu. Satu dari mereka duduk terpisah di sebuah sofa tunggal dengan menumpang kaki. Sebelah lengan ditumpukan di sandaran sambil menopang wajahnya yang menawan. Terlihat santai, tapi justru menakutkan bagi pria lainnya.Tiga pria duduk di sofa terpisah dan menyesap minuman masing-masing dengan perlahan. Sementara satu yang tersisa hanya berdiri tegak memerhatikan. Posisinya berada sedikit lebih dekat di belakang pria pertama.Suasananya begitu hening. Bahkan bartender pria di belakang meja merasa perlu menjaga agar pekerjaannya tidak sampai menimbulkan bunyi yang menyolok dan menarik perhatian. Dia cukup kenal semua pelanggan penting ini. Sedangkan pelayan wanita hanya berdiri diam di dekat bar menunggu kode perintah jika salah satu dari empat pria menginginkan sesuatu. Dia merasa lebih tenang berada di ruangan ini. Para pelanggan ini terlalu acuh untuk mengganggunya.Mereka baru selesai membahas sebuah proyek dan mencapai kesepakatan dalam wak
Pria yang berbicara dengan percaya diri merasakan aura mendominasi yang makin menekan ketika Aaron Harris berjalan ke arahnya. Langkah pelan pria itu dan caranya mengucapkan kata demi kata dengan dingin, membuatnya gentar tanpa sebab. Si pria mundur secara refleks.“Nona Lawson adalah adik pemilik tempat ini. Dia yang memberikan gadis ini pada tuan Cooper. Kau tidak akan bisa keluar dari tempat ini tanpa ijin darinya.” Si pria pendatang mencoba menakuti.Aaron menyipitkan matanya. “Kita lihat saja, apa ada yang berani menghalangiku keluar dari tempat ini.” Dengan berakhirnya kalimat itu, dia melangkah melewati semua orang dan meninggalkan ruangan itu. Willa masih menempel di belakang Aaron. Diam-diam dia menjulurkan lidahnya, mengejek dua pria yang semula mengejarnya.Dua pria ragu-ragu untuk menghalangi jalan Aaron. Tapi kemudian memutuskan untuk ikut keluar dari ruangan dan melakukan sebuah panggilan.“Tuan Cooper, seorang pria membawa gadis itu pergi. Tampaknya dia bukan orang bi
David Wilson tidak menemukan adiknya di mana pun di dalam klub. Dia hanya menemukan sisa pesta di ruangan yang dipesan James Cooper. Pria pemilik jaringan mini market Cooper itu juga telah pergi. David menendang meja hingga menimbulkan kegaduhan di ruangan itu. Setelahnya dia menelepon seseorang.“Temui aku di Paradise sekarang juga. Aku punya sesuatu untuk kau lakukan.”Di seberang sambungan sebuah suara merdu menyambut dengan senang hati.“Aku harap bayarannya cukup besar, tuan Wilson.” Lalu terdengar tawa cekikikan.“Kapan aku pernah membuatmu kecewa.” David menutup sambungan.Di parkiran klub Paradise.“Willa Anderson, aku sudah menyuruh Samuel untuk memanggilkan taksi.” Aaron melepaskan tangan indah yang terus mengait di lengannya hingga ke lantai parkiran.Willa segera merengut, menunjukkan wajah tidak senang. Dia pikir, Aaron akan membiarkannya ikut pulang. Mereka bahkan sudah berada di dekat mobil pria ini. “Paman, bukankah kau juga akan pulang? Kita bisa pergi bersama.”“Kit
Saat Willa masuk ke ruang tamu yang luas dan elegan, dia melihat ibu tirinya, Rachel Anderson sedang memerintahkan sesuatu pada kepala pelayan. Begitu melihat dia, kepala pelayan itu segera pergi ke belakang. Dia tahu saat yang tepat untuk menyingkir dan selalu bisa menebak jika kedatangan nona muda yang satu ini akan selalu menghadirkan kecemburuan bagi penghuni lainnya.Willa tidak berminat menyapa wanita itu dan bermaksud mengacuhkannya ketika Emily turun dari lantai atas dan menegurnya.“Pria tua lainnya?” ujar gadis itu dengan senyum mengejek. Mobil yang mengantar Willa kali ini lebih mahal dari sebelumnya. Dia mulai yakin jika saudarinya telah berubah menjadi jalang kecil dengan merayu pria berbeda dalam hanya hitungan hari. Benar-benar membuatnya jijik.Alis Willa langsung mengernyit. Dia menghentikan langkah tepat di depan Emily yang tengah menyilangkan tangan di depan dada.“Kakak, kau sepertinya sangat tertarik dengan semua yang kulakukan akhir-akhir ini. Apa kau juga ingin
⁰Mia Wilson memutuskan pulang lebih awal dari klub malam. Di dalam mobil, dia menghela napas panjang, merasa cemas. Kakaknya, David Wilson, sudah beberapa kali memperingatkan agar tidak membuat masalah, tapi malam ini semuanya tidak berjalan sesuai rencana. Dari yang dia lihat di depan pintu masuk klub, saudara laki-lakinya tampak menghormati pria yang pergi bersama Willa Anderson. Jelas sekali wajah suram David saat kemudian memasuki klub. Dia dapat membaca kemarahan di wajah saudaranya itu. Jadi, Mia buru-buru pergi sebelum David menemukannya di klub.Saat turun dari mobil, hawa malam yang dingin segera menyambut, membuatnya menggigil sejenak. Rumah keluarga Wilson tampak tenang, hanya ada suara desis pendingin udara yang samar terdengar. Seorang pelayan menyambutnya, menanyakan apakah dia perlu sesuatu, tapi Mia mengabaikannya. Dia terus berjalan menuju kamar. Namun, langkahnya terhenti ketika ponselnya berbunyi, menandakan sebuah pesan masuk. Mia membuka layar ponsel dan melihat
Mia merasakan dunia sekitarnya berputar. "Apa? Tidak mungkin–" Dia teringat kembali tempat itu. Gudang tua yang mengerikan, tempat dia dan Tony disekap. Malam itu dia memang tertidur karena lelah dan ketakutan. Saat dia terjaga, dia tidak melihat Tony. Sampai penyelamatan itu– "Bagaimana kau tahu ini?"Bibir Willa menampakkan seringai kecil. “Apa itu penting?”“Tentu saja itu penting. Bagaimana aku bisa mempercayai sebuah informasi yang tidak jelas sumbernya.” Mia pernah berharap bisa bertemu lagi dengan Tony suatu hari. Mungkin dia bisa menjadikannya saudara kecil. Saat ini, mungkin anak itu telah berusia enam belas tahun. Itu jika yang dikatakan Willa Anderson tidak benar. Dia berdoa semoga Tony memiliki umur panjang.Willa mengangkat bahu dengan sikap acuh. “Anggap saja aku memiliki kemampuan untuk melihat masa lalu.”“Hanya orang tolol yang akan percaya.” Terdengar tawa kecil Willa. “Jangan memaki diri sendiri. Kau baru saja memberi
“Tuan Turner, aku tidak tahu apa yang ingin kau katakan lagi. Tapi aku akan memberimu kesempatan. Waktumu cuma lima menit. Aku sedang terburu-buru.” Willa berkata dengan nada dingin. “Nona Anderson, bukankah akan lebih leluasa bila kita berbicara di sebuah tempat yang lebih nyaman. Aku tahu sebuah kafe yang tidak terlalu jauh dari sini—““Tinggal empat setengah menit lagi.” Willa melihat ke layar ponsel di tangannya.Pria di depan sana langsung menjadi lebih serius.“Baiklah. Karena hanya ada kita berdua di sini, kau bisa bicara terus terang. Tak ada yang perlu kau khawatirkan. Katakan saja masalahnya, aku akan dengan senang hati membantumu mengatasinya.” Matthew langsung mengatakan maksudnya.Alis halus Willa mengernyit. “Aku tidak mengerti apa yang kau katakan.”“Aaron Harris. Dia pasti telah menekanmu dan memaksamu berada di sisinya. Bukankah saat ini perusahaan keluargamu sedang bermasalah? Apa kau memiliki kesepakatan dengannya?” Matthew telah menyelidiki. Perusahaan yang
Bagaimana pun, Willa masih punya sedikit perasaan segan yang tersisa. Dia melihat jika sang paman yang disukainya merasa tertekan karenanya. Jadi dia tidak mengatakan apa-apa lagi dan segera pergi dari kamar Aaron. Dia tidak pergi ke kamarnya, tapi mendatangi Olivia. Gadis itu sudah menunggu dengan sangat penasaran dan ingin mendengar cerita lengkap makan malam dengan Matthew. Apa lagi wajah ayahnya saat pulang tidak terlalu bagus. Sesuatu pasti terjadi. “Tidak ada yang luar biasa. Tentu saja tuan Turner terkejut saat aku datang dengan ayahmu.” Terlepas dari kejadian tidak mengenakkan di antara dua pria, peran sebagai pacar Aaron Harris membuat jantung Willa melompat-lompat senang. Dia berharap suatu hari ini bukan lagi sebuah drama. Dia sudah memintanya, meminta Aaron Harris menjadi kekasihnya. “Apa mereka bertengkar?” Olivia tidak percaya jika makan malamnya sangat damai. “Apa yang bisa terjadi antara dua pria beradab yang saling benci? Mereka hanya bertukar kata-kata sal
“Jadi, gadis ini sedang mencoba merayu tuan Harris?” Joseph terkekeh sendiri. “Rupanya gadis ini mengenal target gemuk. Sayangnya, gadis yang semula kukira polos ternyata tak lebih dari jalang kecil.”Pria itu masih kesal soal jebakannya yang berbalik mengenainya. Belum lagi kerepotan setelahnya karena harus menghadapi pasangan suami isteri Anderson. Setidaknya dia harus memberikan kompensasi untuk dirinya sendiri. “Gadis itu memang setan kecil yang licik. Dia berusaha menarik perhatian Aaron Harris dengan mendekati putera-puteri keluarga Harris. Olivia kecil bahkan seperti telah dicuci otaknya oleh gadis itu. Entah sihir apa yang sudah dia gunakan.” Si wanita menggoyangkan gelas di tangannya sambil melamun.Joseph Morgan tertawa keras. “Nona Russel, ini jaman modern. Tidak ada sihir semacam itu. Yang ada hanya sedikit trik licik. Tuan Harris terkenal dingin saat menghadapi wanita. Kurasa nona Anderson ini cukup pintar. Tapi menurutmu, apakah tuan Harris benar-benar tidak tertarik pa
Dua pria saling tatap dalam mode terbakar. Matthew dengan pemikiran gilanya bahwa Aaron mungkin sedang memanfaatkan gadis yang menjadi buruannya. Sementara Aaron tengah berpikir bagaimana bisa lepas dari drama menjengkelkan ini. Willa Anderson akan terus merengek soal menjadikannya pacar palsu untuk menghadapi Matthew. Belum lagi puterinya, Olivia yang harus dihadapi saat pulang nanti. Pria di depannya sungguh sangat merepotkan sejak dulu.Sudut mulut Matthew terangkat membentuk senyum sinis. “Tidak perlu bersandiwara di depanku, Tuan Harris. Aku mengenalmu sudah cukup lama. Isabella mungkin bisa tertipu dengan penampilanmu, tapi aku tahu betapa menjijikkannya dirimu. Sayang, nyonya Harris sudah terlanjur masuk perangkapmu. Dia bahkan terus terjebak hingga kematiannya. Aku bahkan sangat yakin, kaulah yang sudah mengambil sendiri nyawa isterimu.”“Tuan Turner, jangan mengada-ada!” Willa tidak menyangka otak pria yang duduk di seberang meja bisa begitu sinting. Tuduhannya sangat tidak m
“Tuan Turner, maaf sudah membuatmu menunggu.” Willa Anderson menyapa Matthew Turner begitu pandangan mereka bertemu. Ada perasaan puas saat menemukan perubahan di wajah pria itu.“Tidak masalah. Aku juga baru tiba.” Matthew membuat wajahnya kembali normal dengan sebuah senyum tipis.Tapi yang terkejut di sini bukan hanya Matthew. Aaron Harris pun tidak menyangka jika pria sinting yang dimaksud Willa adalah orang ini. Mereka pernah berseteru beberapa tahun yang lalu saat isterinya masih hidup. Matthew Turner terang-terangan mengejar Isabella. Tidak berlebihan jika Willa menyebutnya pria tidak waras.Tentu saja Willa juga menyadari keterkejutan Aaron. Dia tidak bermaksud ingin mengadu domba dua pria ini. Hanya kebetulan saja dia menginginkan Aaron menjadi ‘pacarnya’. “Tuan Turner, kenalkan. Ini pacarku, Aaron.” Willa langsung mengenalkan Aaron Harris pada Matthew meski tahu bahwa keduanya sudah saling kenal. Dia berpaling pada Aaron dan berkata juga, “Sayang, ini tuan Turner yang kucer
“Ethan, bagaimana penampilanku? Apa kau menyukainya?” Willa tiba-tiba teringat dengan anak remaja itu. Ethan, seperti biasa, tidak begitu menyukai kegaduhan. Dia sedang menatap pada halaman sebuah buku tebal di pangkuannya, duduk di sebuah sofa tunggal di balkon. Willa berputar di depannya, membuat ujung gaun selututnya melambai. Ethan hanya melirik sedikit, lalu kembali pada baris-baris huruf di depannya.Gadis itu memang jadi lebih cantik hari ini. Dia tampak seperti peri yang mengambang di udara saat membuat gerakan berputar. Ethan jadi mengkhawatirkan ayahnya.Dia sudah mendengar tentang rencana makan malam itu. Entah siapa pria yang telah mengundang Willa Anderson. Tampaknya dia tidak cukup waras karena begitu percaya diri telah mengundang gadis itu dengan ‘pacarnya’ sekaligus. Apa yang akan terjadi nanti di tempat makan? Apakah akan ada sebuah keributan? Seandainya mungkin, Olivia pasti sangat ingin ikut pergi. Dia pasti akan penasaran setengah mati karena harus menunggu di rum
Alis William sedikit mengernyit. Itu bukan pertanyaan yang dia harapkan dari seorang Willa Anderson. Dan mata gadis itu, hanya ada perasaan acuh di sana. Tak ada lagi pemujaan yang ditujukan padanya. Entah kenapa, William sedikit tidak nyaman.“Kami hanya kebetulan bertemu.” William menjawab dengan nada datar. Dia sedang memikirkan kata-kata Emily sebelumnya, bahwa Willa telah pergi dengan beberapa pria berumur. Sebenarnya dia tidak mempercayainya. Tapi melihat pengabaian yang kentara oleh gadis di depannya, mau tidak mau dia jadi memikirkannya lagi.“Kami sekeluarga baik-baik saja. Willa, kuharap kau juga baik. Ini sudah beberapa hari sejak kepergian mu. Sebaiknya kau cepat pulang. Minta maaf pada ayah dan ibu. Aku yakin, mereka akan memaafkanmu. Keluarga adalah tempat pulang terbaik. Terlihat sangat buruk jika orang-orang tahu kalau kau tinggal di tempat seorang pria dewasa tanpa status hubungan yang jelas. Selain menjatuhkan harga dirimu, kau juga akan membuat malu nama keluarga An
“Willa Anderson.” Suara Aaron meninggi. “Hentikan!”Bahkan tanpa melihat wajahnya, Willa bisa merasakan kemarahan pria dalam pelukannya. Dia jadi sedikit gentar. Tapi dia cukup keras kepala untuk semakin mempererat pelukannya. Seandainya dia harus mati saat ini pun, dia merasa tidak rugi.Dulu dia begitu menjaga harga dirinya. Bahkan menyentuh tangan Michael saja, dia tidak pernah. Di kehidupan kali ini, Willa tidak ingin menahan diri lagi.“Paman, kau bunuh saja aku kalau kau tidak mau memenuhi permintaanku. Aku sudah katakan pada pria sinting itu kalau aku punya pacar. Apa yang akan terjadi kalau aku tidak dapat menunjukkan seorang pacar padanya. Aku juga tidak mungkin membawa pria lain. Orang itu sepertinya bukan pria biasa. Aku ingin memberinya pelajaran. Hanya Paman pria paling hebat di kota ini. Kurasa kau bisa membuatnya menutup mulut besarnya.” Willa menenggelamkan wajahnya pada kemeja bagian belakang Aaron. Wanginya sangat enak. Dia bahkan tidak peduli apakah Aaron akan menga
Setelah memastikan Aaron Harris sedang berada di ruang kerjanya, Willa meninggalkan kamar Olivia dan pergi ke sana. Dia mengetuk pintu tanpa ragu-ragu. Sebuah suara menyilakannya masuk.Gadis itu mendorong pintu dan melangkah masuk. Aaron Harris tidak sedang duduk di kursi kerjanya. Dia tengah memasukkan sesuatu ke sebuah laci di lemari sudut ruangan. Setelah itu dia berbalik dan menemukan Willa yang tengah memandangnya dengan terpesona. “Apa kau datang ke sini hanya untuk menontonku?” Aaron bersandar pada meja kerjanya.Gadis itu bahkan lupa menutup mulutnya. Benar-benar sangat mudah dimanfaatkan. Aaron sedikit mengkhawatirkannya.Willa segera tersadar dengan teguran itu. Tapi dia tidak tersipu. Malah berkata dengan serius. “Kalau Paman tidak keberatan, aku bersedia duduk di sini menonton sepanjang malam.”Aaron Harris seperti lukisan yang memukau. Tidak peduli apa yang dikenakan dan sedang berada di mana saja, dia adalah tokoh utamanya. Dia terlihat menonjol dibandingkan apa pun da