Suara gaduh terdengar di depan kelas Migy. Keributan itu berasal dari sekelompok siswi dari jurusan IPS. Rata-rata mereka semua adalah pacar Kalvi.
“Mana Migy? Kita semua mau bertemu sama dia.” Salah satu siswi berperawakan tinggi memanggil dengan suara keras.
Semua murid dalam kelas Migy kaget. Mereka semua tampak heboh karena kedatangan sekelompok siswi jurusan IPS itu.
“Migy, mereka kenapa mencari kamu? Apakah kamu punya masalah sama mereka semua?” Lia terlihat gelisah bertanya pada Migy.
“Aku nggak tahu. Setahuku, nggak ada masalah sama mereka.”
Migy berjalan keluar kelas. Di sana semua siswi itu menatap benci padanya. Entah apa yang terjadi hingga semua siswi itu seperti hendak ingin mengeroyok dirinya.
“Kenapa ya?” kata Migy berusaha tetap tenang.
“Kamu Migy kan? Punya hubungan apa kamu sama Kalvi?” ucap salah satu dari mereka maju ke hadapan Migy.
“Tidak ada. Kenapa?” Migy terlihat bingung melihat semua siswi itu yang sekarang mengelilinginya.
“Kamu jangan beralasan. Kita semua yakin bahwa kamu yang memprovokasi Kalvi untuk memutuskan kita semua, kan? Hayo ngaku!”
“Ada apa ini?” Lois datang membantu Migy dari belakang.
“Eh cupu. Kamu nggak usah ikut campur urusan kita. Kami semua punya masalah sama nih, orang. Jadi kamu sana pergi!” usir Lony.
Lois memandang Migy. Ia yakin jika sumber masalah saat ini berhubungan dengan Klavi yang mendekati Migy. Melihat banyaknya siswi yang berada di sekita Migy, mendadak Lois mundur perlahan. Ia tidak ingin melawan semua cewek barbar itu, karena mau bagaimanapun ia akan kalah dari mereka semua.
Dengan bijak, Lois pergi menuju ke kelas Kalvi. Ia akan memberitahukan kabar tersebut kepada yang punya pasukan. Kalau dibiarkan, takutnya Migy akan mendapat kekerasan dari sekelompok mantan pacar Kalvi itu.
Setibanya di dalam kelas Kalvi, Lois melihat cowok itu sedang tertidur di bangkunya. Ia berjalan cepat lalu menepuk punggung Kalvi dengan kencang.
“Kalvi! Bangun. Kamu harus pergi temui pacar-pacarmu, mereka semua sedang mencari gegara dengan Migy.”
Kalvi terbangun. “Siapa sih?”
“Itu Lony sama yang lainnya, mereka sedang beradu jotos sama Migy, mereka menyalahkan Migy karena putus sama kamu. Pokoknya kamu harus amanin Migy, sekarang!” Lois terlihat semakin cemas.
Kalvi buru-buru maju dengan cepat. Ia tidak menyangka jika semua mantannya akan menuntut pertanggungjawaban kepada Migy. Padahal, mereka tidak tahu apa yang terjadi sebenarnya.
“Kalian semua ngapain di sini?” Kalvi berjalan mendekati Migy, melindunginya di belakang.
“Kalvi, kamu sengaja mutusin kita gara-gara cewek ini kan? Jadi kita semua tidak terima,” Lony berusaha memancing amarah siswi yang lain.
“Maksud lo apaan? Jangan mengada-ngada, deh. Tadi gue udah bilang, bahwa gue pengen menjalani kehidupan normal. Kalian semua paham nggak?” bentak Kalvi dengan nada marah.
Lony terkejut melihat reaksi Kalvi. Belum pernah ia melihat jika Kalvi berubah marah dan serius. Selama ini Kalvi selalu menjadi pria yang humoris dan menyenangkan.
“Tapi, kan….”
“Tapi apa? Mulai sekarang kalian semua jangan cari masalah lagi dengan Migy. Jika kalian melanggar, maka kalian tanggung akibatnya!” ancam Kalvi berang.
Semuanya tampak bingung lalu saling melihat satu sama lain. Perlahan mereka mundur meninggalkan kehebohan yang telah terjadi.
Bahkan kelas lain ikut berkerumun di depan kelas Migy. Mereka tampak ingin tahu dengan apa yang terjadi saat itu.
Migy yang merasa terpojokkan dalam hal tersebut, terlihat menunduk malu. Sebagai ketua osis, ia mempunyai kedudukan yang baik di sekolahnya, ia selalu dihormati. Tapi, gara-gara masalah ini, nama baiknya mulai tercemar.
“Puas kamu. Aku kan sudah ingatkan, jangan dekati aku. Tapi kamu keras kepala, sekarang lihatkan mereka semua beranggapan yang bukan-bukan terhadapku.” Migy menatap Kalvi dengan muram.
“Maaf, Migy. Ini semua di luar pengetahuan gue. Tadinya gue pikir bakal aman-aman aja.”
Kalvi melihat wajah Migy yang tidak senang terhadapnya. Buru-buru Kalvi mencari cara untuk mendapatkan maaf dari Migy. Ia menghubungi seseorang lewat pesan singkat dan menatap ke arah Migy dengan sumringah.
“Lo mau ikut gue sebentar, nggak? Gue punya satu tempat yang bagus buat hilangin jenuh,” ajak Kalvi.
Migy mengernyit. “Kemana? Ini kan masih jam sekolah.”
“Tenang aja, bentar lagi udah jam pulang sekolah. Lo ikut sama gue dulu.”
“Nggak, aku mau masuk dulu.”
Kalvi tidak pernah terima dengan penolakan. Ia dengan segala caranya menggunakan kepintarannya untuk membuat lawannya tunduk.
Dengan keberanian kuat, Kalvi menggendong Migy di bahunya seperti membawa karung beras. Ia tidak punya cara lembut untuk menghadapi cewek satu itu.
“Kalvi! Turunin aku.” Migy memukul punggung Kalvi dengan keras.
“Diam!” bentak Kalvi sambil menepuk bokong Migy dengan satu tangannya.
Migy meronta-ronta minta diturunkan. Ia terkejut melihat semua murid menatap ke arahnya dengan tatapan penasaran. Hancur sudah nama baiknya selama dua tahun ini yang telah dibagun sebaik mungkin.
Sedangkan Kalvi, ia sangat bangga karena semua mata tertuju padanya. Jelas ia menginginkan suasana yang seperti itu untuk memberitahukan bahwa Migy adalah miliknya. Tidak ada yang bisa mengambil Migy darinya, jika berani maka tantanglah aku, begitulah tatapan Kalvi membalasnya.
Kalvi terus melangkah ke parkiran. Tiba di sebuah parkiran mobil, ia membuka pintu mobil dan melemparkan Migy ke dalamnya. Ia sudah meminta izin kepada sahabatnya, Peter, untuk meminjam mobilnya.
“Kalvi! Kamu mau bawa aku kemana?” kata Migy berteriak marah.
“Diam, dan lihat saja. Aku akan membawamu ke pelaminan, puas!”
Migy tercengang. “Apa! Kamu jangan bercanda dong. Tas aku gimana?”
Kalvi tidak menghiraukan penolakan Migy lagi, buru-buru ia menduduki kursi kemudi dan menancap gas kencang.
Migy nyaris saja membentur dashboard, karena saking kencang Kalvi mengemudikan mobilnya. Jantungnya berdebar kencang, ia takut jika Kalvi membuatnya celaka. Belum saatnya ia mati muda, dengan menumpangi mobil ugal-ugalan itu.
“Kalvi, kamu jangan ugal-ugalan begini dong. Aku takut.” Migy terlihat cemas sekali, hingga ia berpegangan sekuat mungkin.
Kalvi menoleh. “Nggak usah takut. Aku ada di sini, kita tidak akan kenapa-kenapa, oke? Tutup saja matamu, nanti jika sudah sampai baru buka mata.”
Migy mengiyakan saran Kalvi. Perlahan ia menutup matanya. Dalam hati, ia tidak berhenti merapalkan doa-doa agar terhindar dari bahaya.
Lima belas menit kemudian, mobil berhenti tepat di sebuah tempat yang begitu indah. Di depan mereka terlihat bentangan kebun teh yang luas dan subur. Sangat segar dan dingin, bahkan kabut menyelimuti tempat tersebut.
Migy membuka kaca mobil, dan udara sejuk masuk ke dalam pernapasannya. Sedikit bau segar aroma teh menyeruak ke penciumannya. Karena terlalu menikmati suasana, Migy tidak sadar jika Kalvi tengah memandangnya.
“Gimana? Kamu suka, kan?” Kalvi mencubit pipi Migy dengan gemas.
“Iya, aku turun, ya?” Migy melepas seat belt dan membuka pintu mobil.
Ia melangkah perlahan ke pinggiran kebun. Tak terasa ia merasa nyaman dengan suasana ini, dan dalam sekejap ia melupakan kekesalannya terhadap Kalvi.
Kalvi senang melihat cewek pujaannya menikmati kejutannya. Saat melihat sekeliling, Kalvi berjalan ke tempat penjual makanan dan minuman. Ia memesan minuman hangat untuk Migy dan beberapa jajanan ringan.
“Nih, minum dulu. Di sini dingin, jadi kita harus minum yang hangat-hangat biar tidak masuk angin.” Kalvi menyodorkan satu cup kopi latte.
“Terima kasih, “Migy menerima minuman itu dengan tersenyum.
Entah kenapa, melihat kepedulian Kalvi, mendadak ia merasa nyaman.
“Kamu senang nggak di sini?” tanya Kalvi.
Migy mengangguk. “Suka banget malahan.”
Eh, tumben nih si preman mesum bicara aku, kamu. Tiba-tiba Migy menyadari panggilan Kalvi yang lembut, biasanya si mesum itu selalu ngomong kasar.
Tiba-tiba Kalvi mengeluarkan sebuah kertas dari sakunya. Perlahan ia mendekati Migy, menggenggam tangannya lalu meletakkan di dadanya.Matanya memancarkan secercah sinar harapan. Dengan segenap rasa ia membacakan puisi cinta, sambil menatap mata Migy tanpa ragu.“Jika hatimu terasa gundahBerbaringlah dalam kesunyianmuJika hatimu tak lekas cerahPejamkanlah matamu dan tidurlahBawa dirimu terbang dan melayangDalam indah dunia mimpiJika hatimu t’lah riangBuka matamu dan bangkitlah dari mimpimuKarena ada orang-orang yang menantimu”Selesai membacakan puisi kehidupan itu, Kalvi menatap dengan lembut wajah Migy. Dalam hatinya, baru kali ini ia merasakan benar-benar mencintai seorang wanita. Walau telah banyak menjalani hubungan, tapi tak sekalipun hatinya berdesir hanya untuk satu wanita.Migy merasa terharu mendengar puisi kehidupan yang dibacakan oleh kalvi. Ia tak menyangka jika si mesum itu
Setelah pulang dari puncak, mendadak kondisi Kalvi tidak sehat. Ia tidak berhenti bersin-bersin, dan badannya terasa panas.Saat ini hanya ia dan asisten rumah tangga yang berada di rumah. Sedangkan kedua orang tuanya sibuk bekerja dam sedang berada di luar negeri.Ketika ia menghubungi ayahnya, ia mengatakan akan kembali satu minggu lagi, dan ibunya juga mengadakan gelar pameran busana di Singapura.Diam-diam Kalvi menggerutu kesal kepada kedua orang tuanya. Di saat kondisinya tidak stabil, kedua orang tua yang diharapkan bisa memberikan perhatian, tidak pernah ada untuknya.Selama ini ia telah sering tinggal sendirian, hanya ada bibi Ina yang selalu menemaninya. Karena sering ditinggal pergi, ia lebih dekat kepada sang pembantu.“Kalvi, ayo minum air wedang jahe dulu, bibi rasa kamu masuk angin. Ayo bangun dulu,” kata bibi Ina menbangunkan Kalvi.Kalvi masih bergelung di bawah selimutnya. Badanya meriang, rasanya benar-benar tidak enak. Entah ke
Sepulang dari sekolah Migy terus pulang ke rumah dahulu. Setelah itu ia berganti pakaian dan meminta izin kepada nenek untuk menjenguk teman yang sedang sakit.Setelah mendapat izin, Migy melajukan motor kesayangannya ke sebuah tempat penjual es krim. Kebetulan cuaca saat itu sedang panas dan gerah, jadi ia menginginkan yang segar-segar di tenggorokannya.Memikirkan Kalvi yang sedang sakit, saat menatap ke sekeliling tempat penjual es krim, ia melihat ada pedagang yang berjualan cincau. Migy melangkah mendekati tempat penjual cincau dan memesannya satu gelas untuk dibawa ke rumah Kalvi.Ia berharap Kalvi menyukai cincau yang dibelinya. Menurutnya, cincau adalah minuman yang paling tepat di saat panas dalam.Tiba di rumah Kalvi, Migy langsung disambut baik oleh bibi Ina yang sedang menyapu halaman di depan rumah.“Migy, sudah datang ya?” kata bibi Ina menyapa.Migy tersenyum. “Iya bi. Migy mau melihat Kalvi.”“Ya sudah. Masuk saja, Migy. Di d
Migy tak yakin apa yang menyebabkan Kalvi mendadak menatapnya penuh arti, atau kenapa dia mau menggantikan pekerjaan serbetnya barusan. Sentuhan pada bibirnya tadi hanya berlangsung sepersekian detik, tapi sudah cukup untuk membuat isi perutnya bergejolak.Ketika Kalvi menjilat ibu jarinya, Migy hampir pingsan membayangkan cowok itu menjilatnya langsung. Kalvi biasanya mahir dalam melakukan itu bersama mantan-mantannya. Pikiran itu membuatnya mengerut pada tempat duduknya.Kalvi tersenyum menggoda, kalau Migy tak salah tafsir, ia berpaling pada Apel yang dipegangnya, melahap dengan gigitan besar, seolah dia bukannya baru saja bersikap tidak senonoh. Atau bisa juga memang benar.Mungkin Kalvi hanya berusaha ramah, mencoba membantu saat Migy menunjukkan sisi berantakan.“Kau mau?” tanya Kalvi mengunyah buah Apel.“Tidak, aku sudah cukup banyak makan.”Dia tertawa. “Aku lupa kau mudah kenyang.”Kilatan
Dua hari kemudian, Kalvi telah diperbolehkan untuk kembali ke sekolah. Ia sudah terlihat agak lebih segar dari biasanya. Jangan lupakan potongan rambut terbarunya, yang sangat cool banget.Saat di sekolah, Migy menemui Kalvi yang sedang duduk bersama dengan Peter di koridor sekolah. Dengan berjalan pelan, Migy mencoba untuk tampil senatural mungkin di hadapan sang kekasih. Belum mencapai tempat duduk Kalvi, Migy sudah berdebar-debar tak karuan.“Hei, itu bukannya cewek lo, Kalv?” tunjuk Peter dengan arahan matanya.Kalvi menoleh. “Wah, gue kangen berat sama doi. Dua hari ini gue nggak bisa ketemu sama dia.” Kalvi mencoba untuk tersenyum menyambut Migy.Ketika Migy telah berada di depannya. Kalvi menarik tangan Migy untuk duduk di sampingnya.“Migy, kamu dari mana?” tanya Kalvi.“Hai,aku baru tiba. Aku tadi diantar sama supir. Nenek kebetulan lagi Malaysia, jadi aku diminta untuk diantar sama supir,” kata Migy menjelaskan.Kalvi memperhatikan
Rupanya, Kalvi tidak langsung mengantar Migy pulang ke rumah. Ia sengaja membawa Migy ke rumahnya, dan tidak berniat mengatakan terlebih dahulu.“Kalvi, ini bukannya jalan ke rumah kamu?” kata Migy menepuk punggung Kalvi dari belakang.“Iya. Kita mampir sebentar, kan nenek kamu juga gak ada di rumah. Ngapain sendirian, mendingan bareng aku.”“Tapi… kan. Ah Kalvi. Tahu gini, aku harus kasih kabar ke rumah dulu.”“Sudah, gak usah dipikirin. Bentar lagi aku anterin pulang, oke?” kata Kalvi sambil memberhentikan motornya di depan rumah.Migy turun perlahan, merasa tidak nyaman. Rasanya saat ini ia akan kembali terjebak dalam kondisi yang sama seperti terakhir kali ke sini.“Ayo, masuk. Kok kamu selalu melamun gini sih?” ajak Kalvi sambil menarik tangan Migy mengikuti langkahnya.Migy hanya mengikuti Kalvi dari belakang, sambil berharap akan cepat kembali pulang. Entah kenapa jika sudah berduaan dengan Kalvi, tingkat kewaspadaan Migy meningkat. I
Keesokan harinya, Migy telah bersiap untuk berangkat ke sekolah. Ia juga sudah sarapan dan mulai bersiap untuk mengambil kunci motornya.Namun, tiba-tiba Bibi datang memberitahukan jika ada seseorang yang sedang menunggu Migy di depan rumah.“Migy, di depan ada temannya yang sedang menunggu,” kata Bibi mendekati Migy di ruang tamu.Migy mengernyit bingung.“Siapa Bi?” tanya Migy penasaran.“Bibi gak tahu namanya. Katanya sih, dia teman sekolah Migy,” jelas Bibi memberitahu.Migy merasa penasaran. Ia berjalan ke depan rumah untuk melihat siapa yang sedang menunggunya. Padahal, sebelumnya tidak ada janjian dengan siapa pun untuk bertemu pagi ini.Rupanya, sosok tinggi gagah berdiri dengan tegapnya di samping motornya. Dia adalah Kalvi, dengan memakai helm di kepala, sambil melambaikan tangan kepadanya.“Hai, pagi,” sapa Kalvi dengan senyuman ceria.Migy mendadak tersipu. Rasa
Di dalam kelas, Migy langsung ditarik oleh Lia ke temat duduknya.“Migy, sini sebentar deh. Aku mau bertanya sesuatu,” kata Lia sambil menduduki kursi di samping.“Tanya apa?”Lia melihat ke sekeliling, lalu berbicara pelan pada Migy.“Jadi gini, kemarin aku keluar sama Adik aku. Gak sengaja, lihat Kalvi sama seorang cewek.” Lia memandang Migy dengan serius.“Terus?” kata Migy yang sempat heran.Sebenarnya, Lia tidak ingin mengatakan ini kepada Migy, tetapi ia juga tidak bisa menutupi apa yang dilihatnya kemarin bersama adiknya di Mall.“Aku lihat Kalvi barengan sama seorang cewek di Mall. Terus, pas aku mencoba untuk mengikuti dari belakang, dia pergi ke sebuah toko perhiasan.”“Kamu, tahu gak? Dia memilihkan sepasang gelang pasangan sama cewek itu,” jelas Lia antusias.Migy yang mendengar penjelasan Lia hanya tersenyum. Walau sempat merasa curiga d
Setelah berhasil memindahkan Kalvi ke rumah sakit kota, Migy dan semua keluarga Kalvi menunggu di depan UGD.Waktu telah menunjukkan pukul 4 sore. Sementara Kalvi telah hampir satu jam di dalam ruangan tersebut. Dan semua keluarganya terlihat sedih menunggu kabar dari dokter.Migy berjalan mendekat dan duduk di sebelah Ibu Kalvi, pupil-pupilnya menatap ke pintu tuang gawat darurat.Ketika Ibu Kalvi menatap Migy, air mata mulai membasahi wajahnya.“Tante, Kalvi jatuh di saat kita beriringan pergi ke puncak. Dan tiba-tiba ia melajukan motornya dengan cepat sehingga kejadian itu begitu sangat terjadi. Apa yang harus aku lakukan?”Ibu Kalvi terkejut sehingga setiap saraf di tubuhnya menegang. Ia bahkan tergagap saat berbicara, “Kenapa ….dia bisa sampai…seperti itu?”Ibu kalvi jelas sangat terkejut.Migy mengatakan, “Awalnya kami semua menaiki motor masing-masing. Migy dan Nathan menaiki mo
“Tapi, Nenek berpesan bahwa Nona tidak boleh….”“Eh, bukan apa-apa kok!” kata Migy dengan cepat membekap mulut Nathan dengan tangannya.Kalvi terkejut melihat respon Migy yang seperti itu.“Nathan, ayo. Kamu ikut kita, oke?” kata Migy sambil mengedipkan mata sebagai kode.Nathan mengernyit, ia merasa bingung harus menuruti ucapan Migy atau melaporkan apa yang terjadi saat ini kepada Nenek Umaya. Karena, dari awal perjanjian ia telah diberitahu untuk menjaga Migy dari pacarnya.“Ayo, Migy. Jika terlalu lama, takut tidak keburuan,” ajak Kalvi.“Iya,” Migy tersenyum gugup, namun matanya tetap menatap Nathan yang sudah terlihat muram.“Aku ambil mobil dulu,” kata Kalvi.“Hmm. Kalvi, aku mau bilang, aku bareng Nathan saja, ya?” kata Migy takut-takut.“Hah? Terus aku sendirian?” ucap Kalvi tidak percaya.Mi
Malam harinya, Migy mendapat pesan dari Kalvi.“Migy…..”“Besok kan kita libur, mau jalan bareng aku, nggak?”Migy yang membaca pesan teks itu mulai terlihat bingung. Dari awal ia telah diwanti-wanti oleh Nenek untuk menjauhi Kalvi. Namun, sekarang iatidak mempunyai keberanian untuk memutuskan Kalvi, karena bagaimana pun merekabaru saja jadian, dan alasan untuk mengakhiri hubungan pun masih belum pasti.Mendadak Migy dilema berat. Dalam hati, ia memikirkan cara untuk mencari alasan yang tepat untuk membuat Kalvi mengerti.“Mau kemana?” balas Migy.“Kita jalan ke taman hiburan, mau nggak?”“Oke, besok kita ketemuan di rumah kamu saja.” Migy mengakhiri pesannya dan mematikan ponselnya.Sambil merebahkan badannya di ranjang, Migy kembali menimang mengenai pertemuannya besok dengan Kalvi. Karena bagaimana pun, saat inidirinya akan selalu mendapat p
Di rumah, Kalvi selalu memikirkan kedekatan Migy dan Andre. Ia merasa sangat tidak nyaman dengan keadaan saat ini, di satu sisi mereka baru menjalani hubungan romantis. Memikirkan hal itu, Kalvi ingin sekali mengatakan kepada Andre bahwa saat ini dia cemburu!“Ahhh. Kenapa sih sulit sekali mendapatkan seluruh hati Migy?” kata Kalvi bergumam kesal.Sambil mondar-mandir, Kalvi memikirkan rencana dan liburan romantis untuk Migy. Sekaligus ini adalah tahap pertama untuk mendekatkan perasaan mereka.Dengan tidak sabar Kalvi menghubungi Peter untuk menanyakan rekomendasi tempat kencan favorit yang cocok untuk dikunjungi.“Halo,” jawab Peter di seberang telepon.“Peter, lo di mana?” tanya Kalvi.“Gue di rumah, kenapa bro?”Kalvi duduk di samping balkon kamarnya, “Gini, gue mau nanya. Lo punya tempat rekomendasi buat tempat kencan, gak?”“Wuiih, mau kencan nih?” go
Setelah mengikuti kepergian Kalvi dan Megan dari belakang. Lois akhirnya tiba di sebuah Mall, di sana ia memarkirkan motornya. Lalu diam-diam mengikuti Kalvi.Sementara itu, Kalvi dan Megan telah memasuki area khusus penjual buku dan alat tulis.“Kak, aku mau cari buku ekonomi sama akuntansi,” kata Megan berbicara pada Kalvi.“Ya sudah, kamu cari saja dulu. Aku tunggu di sana,” tunjuk Kalvi pada tempat penjual minuman.Megan menggeleng pelan, “Jangan, Kakak harus temani aku mencari buku, oke?” rengek Megan sambil menarik lengan Kalvi mendekat padanya.Hal tersebut membuat Kalvi menghela napas lelah. Mau tidak mau harus menuruti kemauan Megan, sedangkan ia telah merasa gelisah memikirkan Migy yang pulang sendirian di sekolah.“Ya kak? Ayo kita cari bersama,” ajak Megan sambil menggandeng tangan Kalvi.Rupanya, kejadian itu tidak luput dari pantauan Lois yang mengikuti mereka berdua sejak
Sepulang sekolah, Migy diminta oleh kepala sekolah untuk mengumpulkan seluruh anggota osis. Rencananya, mereka akan mengadakan perlombaan akhir tahun ajaran di sekolah.Sementara itu, Kalvi yang sedang menunggu Migy di depan kelas diberitahu Migy untuk pulang lebih duhu.“Kalvi, aku ada rapat osis dulu. Kamu pulang saja duluan,” kata Migy memberi tahu.“Kamu nanti pulang bareng siapa? Apa aku tunggu di sini aja, sampai kamu selesai rapat?” kata Kalvi memastikan.Migy merasa tidak enak hati membiarkan Kalvi harus menunggu dirinya sendirian. Sementara, rapat osis biasanya akan berlangsung satu hingga dua jam.“Mmm. Kamu pulang aja duluan. Nanti aku bisa pulang sendiri kok.”“Kamu gak apa-apa? benaran?” tanya Kalvi sambil meyakinkan Migy.Migy mengangguk yakin. “Iya, sudah sana pulang. Aku mau kumpulin anggota osis yang lain,” kata Migy tersenyum.Kalvi pun membiarkan Mig
Di dalam kelas, Migy langsung ditarik oleh Lia ke temat duduknya.“Migy, sini sebentar deh. Aku mau bertanya sesuatu,” kata Lia sambil menduduki kursi di samping.“Tanya apa?”Lia melihat ke sekeliling, lalu berbicara pelan pada Migy.“Jadi gini, kemarin aku keluar sama Adik aku. Gak sengaja, lihat Kalvi sama seorang cewek.” Lia memandang Migy dengan serius.“Terus?” kata Migy yang sempat heran.Sebenarnya, Lia tidak ingin mengatakan ini kepada Migy, tetapi ia juga tidak bisa menutupi apa yang dilihatnya kemarin bersama adiknya di Mall.“Aku lihat Kalvi barengan sama seorang cewek di Mall. Terus, pas aku mencoba untuk mengikuti dari belakang, dia pergi ke sebuah toko perhiasan.”“Kamu, tahu gak? Dia memilihkan sepasang gelang pasangan sama cewek itu,” jelas Lia antusias.Migy yang mendengar penjelasan Lia hanya tersenyum. Walau sempat merasa curiga d
Keesokan harinya, Migy telah bersiap untuk berangkat ke sekolah. Ia juga sudah sarapan dan mulai bersiap untuk mengambil kunci motornya.Namun, tiba-tiba Bibi datang memberitahukan jika ada seseorang yang sedang menunggu Migy di depan rumah.“Migy, di depan ada temannya yang sedang menunggu,” kata Bibi mendekati Migy di ruang tamu.Migy mengernyit bingung.“Siapa Bi?” tanya Migy penasaran.“Bibi gak tahu namanya. Katanya sih, dia teman sekolah Migy,” jelas Bibi memberitahu.Migy merasa penasaran. Ia berjalan ke depan rumah untuk melihat siapa yang sedang menunggunya. Padahal, sebelumnya tidak ada janjian dengan siapa pun untuk bertemu pagi ini.Rupanya, sosok tinggi gagah berdiri dengan tegapnya di samping motornya. Dia adalah Kalvi, dengan memakai helm di kepala, sambil melambaikan tangan kepadanya.“Hai, pagi,” sapa Kalvi dengan senyuman ceria.Migy mendadak tersipu. Rasa
Rupanya, Kalvi tidak langsung mengantar Migy pulang ke rumah. Ia sengaja membawa Migy ke rumahnya, dan tidak berniat mengatakan terlebih dahulu.“Kalvi, ini bukannya jalan ke rumah kamu?” kata Migy menepuk punggung Kalvi dari belakang.“Iya. Kita mampir sebentar, kan nenek kamu juga gak ada di rumah. Ngapain sendirian, mendingan bareng aku.”“Tapi… kan. Ah Kalvi. Tahu gini, aku harus kasih kabar ke rumah dulu.”“Sudah, gak usah dipikirin. Bentar lagi aku anterin pulang, oke?” kata Kalvi sambil memberhentikan motornya di depan rumah.Migy turun perlahan, merasa tidak nyaman. Rasanya saat ini ia akan kembali terjebak dalam kondisi yang sama seperti terakhir kali ke sini.“Ayo, masuk. Kok kamu selalu melamun gini sih?” ajak Kalvi sambil menarik tangan Migy mengikuti langkahnya.Migy hanya mengikuti Kalvi dari belakang, sambil berharap akan cepat kembali pulang. Entah kenapa jika sudah berduaan dengan Kalvi, tingkat kewaspadaan Migy meningkat. I