Tiba-tiba Kalvi mengeluarkan sebuah kertas dari sakunya. Perlahan ia mendekati Migy, menggenggam tangannya lalu meletakkan di dadanya.
Matanya memancarkan secercah sinar harapan. Dengan segenap rasa ia membacakan puisi cinta, sambil menatap mata Migy tanpa ragu.
“Jika hatimu terasa gundah
Berbaringlah dalam kesunyianmu
Jika hatimu tak lekas cerah
Pejamkanlah matamu dan tidurlah
Bawa dirimu terbang dan melayang
Dalam indah dunia mimpi
Jika hatimu t’lah riang
Buka matamu dan bangkitlah dari mimpimu
Karena ada orang-orang yang menantimu”
Selesai membacakan puisi kehidupan itu, Kalvi menatap dengan lembut wajah Migy. Dalam hatinya, baru kali ini ia merasakan benar-benar mencintai seorang wanita. Walau telah banyak menjalani hubungan, tapi tak sekalipun hatinya berdesir hanya untuk satu wanita.
Migy merasa terharu mendengar puisi kehidupan yang dibacakan oleh kalvi. Ia tak menyangka jika si mesum itu bisa berseni, yang ia pikirkan, Kalvi hanya bisa mempermainkan perasaan wanita saja.
Karena tidak ingin dirinya terlihat mengagumi terlalu jelas, Migy berusaha untuk tetap setenang mungkin.
“Puisinya bagus. Aku nggak menyangka jika kamu bisa berpuisi,” kata Migy sambil menarik tangannya dari dada Kalvi.
“Migy.” Kalvi menahan Migy tetap di genggamannya.
“Migy, mungkin ini terlalu cepat, tapi saat ini aku ingin jujur sama kamu. Aku menyukaimu, maukah kamu menjadi pacarku, Migy?”
“Apa?” Migy terkejut.
Ia menatap wajah Kalvi dengan tatapan bingung. Apakah yang baru saja didengarnya adalah kenyataan? Seorang badboy mesum yang pintar merayu cewek-cewek di sekolah, baru saja menyatakan cinta padanya?
“Kamu… kamu ngomong apa sih, Kalvi? Jangan bercanda deh. Aku rasa saat ini…”
“Tidak. Aku tidak bercanda.” Kalvi menekankan nada suaranya.
Jantung Migy berdebar jika ditatap dalam seperti itu. Seolah merasa udara di sekitarnya tercekat akibat pernyataan cinta Kalvi yang tiba-tiba. Udara yang tadi terasa sejuk, mendadak berubah menjadi panas sehingga membuat gerah.
Perasaan Migy kacau. Pikirannya bercampur aduk mengingat jika saat ini ia harus tegas menolak Kalvi. Tetapi, berbeda dengan pikirannya, hati Migy merasa senang dan menerima cinta Kalvi.
Ada apa ini? Migy bertanya-tanya, hingga lamunannya terhenti saat bibir Kalvi mendarat pada pipi lembutnya.
Cup.
“I love you, Migy.”
Suara Kalvi membuat Migy terbelalak. Ia sadar bahwa Kalvi baru saja menciumnya. Jantungnya jumpalitan tak tertahankan. Semacam bunga-bunga musim semi menari-nari indah dalam hatinya.
“Kalvi?” suara Migy nyaris hilang terbawa angin.
“Iya. Jadi kamu mau kan, jadi pacar aku?”
“Ya,” Migy tidak sadar dengan ucapannya.
Hal itu membuat Kalvi terbawa suasana. Ia meraih Migy ke dalam pelukannya. Rasa bahagia menyeruak indah di wajahnya, bahkan senyuman tulus menghiasi bibirnya.
“Terima kasih, Migy. Mulai sekarang kita resmi pacaran, aku akan selalu menjadi pasangan terbaik untukmu.”
Lain halnya dengan Kalvi, Migy tampak linglung. Ia tidak paham dengan hatinya, bahkan untuk menolak cinta Kalvi saja, mendadak lidahnya terasa berat untuk sekedar berucap, tidak.
“Kamu tenang saja, hari ini kita akan menginap di sini. Aku punya villa di sekitar sini, jadi untuk merayakan hari jadi pertama kita, aku akan membuat kejutan untuk kamu.” Kalvi tak hentinya menyuarakan kebahagiaannya.
“Tapi, aku tidak bisa sekarang. Aku tidak ingin nenek mencemaskan keadaanku. Maaf,”
Kalvi tampak murung. Baiklah, demi membuat Migy senang, ia berusaha untuk mengalah dan mengiyaka penolakan Migy.
“Oke, ya sudah. Sekarang kita balik dulu. Hari sudah mulai sore, takutnya nanti macet di jalan.” Kalvi mengajak Migy memasuki mobil.
Suasana puncak terlihat semakin berkabut, karena hari menjelang sore. Kalvi yang mengendarai mobil mulai memelankan laju kendaraannya. Ia berusaha untuk membuat Migy senyaman mungkin berada di dekatnya.
Saat menoleh ke samping, terlihat Migy tertidur dengan bertumpu pada sikunya. Dari pantulan kaca jendela, ia bisa melihat bayangan wajah Migy yang tertidur pulas. Ia mengulurkan tangan untuk menggenggam tangan Migy.
“Terima kasih, Migy. Kamu sudah mau menerima cintaku.” Kalvi mengecup pelan punggung tangan Migy.
Tepat satu jam kemudian mereka tiba di kawasaan perumahan Migy tinggal. Kalvi berusaha untuk membangunkan Migy.
“Migy,” kata Kalvi sambil menepuk lengannya.
“Migy, kita sudah hampir tiba. Rumah kamu di mana?” tanya Kalvi.
Migy membenarkan posisi duduknya, lalu melihat ke arah luar. Terlihat hari sudah hampir gelap.
“Kamu, lurus saja. Nomor lima dari rumah ini, itu rumah aku.” Migy menunjukkan arah jalan.
Setelah tiba di depan rumah Migy, Kalvi menghentikan mobilnya. Ia menatap pada Migy yang hendak bersiap-siap untuk turun.
“Aku turun dulu. Terima kasih ya, Kalvi.” Migy melambaikan tangan kepada Kalvi.
“Tunggu.” Cegat Kalvi.
“Kenapa?”
Kalvi menarik Migy ke pelukannya. Ia merasa tidak rela harus secepat itu berpisah dengan perempuan yang baru saja jadian dengannya.
“Migy, kamu hati-hati, ya?” kata Kalvi menatap wajah Migy.
Detik berikutnya, entah setan apa yang merasuki kepala Kalvi, matanya langsung tertuju pada bibir merah mungil milik Migy. Maklum, selama ini jiwa badboy mesum sangat melekat pada dirinya, jadi melihat ada kesempatan, ia tak pernah menyia-nyiakan.
Kalvi memberanikan diri mencium bibir Migy dan menempelkannya lama. Sentuhan itu terasa lembut, hangat dan harum.
“Kalvi!” suara Migy terpekik keras.
“Kamu cabul! Ngapain pakai cium-cium segala?” protes Migy.
Jantung Migy berdebar tak karuan. Ciuman mendadak dari Kalvi mampu membuatnya hilang kesadaran, jika tidak mengingat tempat dan kondisi mereka saat ini, yang berada di dekat pos satpam, mungkin ia akan terbawa suasana.
“Maaf, Migy. Aku benar-benar tidak berniat membuatmu tidak nyaman.” Kalvi berusaha menenangkan Migy.
“Ya sudah, aku masuk ke rumah dulu. Kamu pulang sana,” kata Migy mengusir Kalvi.
Setelah turun dari mobil, Migy bergegas masuk sambil memegang dadanya yang dag dig dug ser. Baru hari pertama pacaran, ia sudah merasakan hal yang mendebarkan dadanya. Apa jadinya jika ia setiap hari bertemu si mesum itu di sekolah? Apakah Kalvi akan bertindak seperti itu seterusnya?
Lama-lama jantung Migy mulai tidak sehat, karena harus berdekatan dengan si badboy mesum itu. Pelan-pelan Migy berjalan menuju rumah, ia mulai menyiapkan diri jika ditanya oleh nenek atas keterlambatannya.
Benar saja, nenek telah duduk di depan pintu menunggu kedatangannya.
“Migy, dari mana saja? Kok telat?” nenek duduk sambil memegang tongkatnya.
“Ne… nenek. Hmm, Migy dari tempat teman, nek.” Ia berusaha mencari alasan.
“Teman yang mana?”
“Itu, nek. Teman Migy yang tinggal dekat sekolahan. Tadi kita kumpul bareng untuk membuat kelas tambahan dalam mempersiapkan ujian kelulusan sekolah.”
Migy mengutuk dirinya karena terlalu lancar memberikan alasan kepada nenek. Ia yakin nenek akan percaya, namun hatinya berat gara-gara membohongi nenek.
“Ya sudah. Nenek sudah minta bibi membuatkanmu makanan. Cepat mandi dan kita makan malam bersama.”
“Baik.” Migy berjalan menuju lantai atas.
Ia berusaha untuk membuat dirinya setenang mungkin agar nenek tidak curiga. Setelah itu, ia mulai membersihkan diri di kamar mandi.
Saat bercermin di wastafel, bayangan saat bersama Kalvi muncul seperti episode di benaknya. Saat Kalvi membacakan puisi, menatapnya dengan penuh cinta, memeluknya, dan bahkan adegan terakhir saat akan turun mobil. Semua terpampang jelas dalam ingatannya.
Ciuman itu benar-benar melekat pada benaknya. Itu adalah ciuman pertama dan terindah dalam hidupnya. Tapi, ia sedikit bertanya-tanya, kenapa orangnya adalah Kalvi, si badboy mesum yang menjadi partner musuhnya?
Setelah pulang dari puncak, mendadak kondisi Kalvi tidak sehat. Ia tidak berhenti bersin-bersin, dan badannya terasa panas.Saat ini hanya ia dan asisten rumah tangga yang berada di rumah. Sedangkan kedua orang tuanya sibuk bekerja dam sedang berada di luar negeri.Ketika ia menghubungi ayahnya, ia mengatakan akan kembali satu minggu lagi, dan ibunya juga mengadakan gelar pameran busana di Singapura.Diam-diam Kalvi menggerutu kesal kepada kedua orang tuanya. Di saat kondisinya tidak stabil, kedua orang tua yang diharapkan bisa memberikan perhatian, tidak pernah ada untuknya.Selama ini ia telah sering tinggal sendirian, hanya ada bibi Ina yang selalu menemaninya. Karena sering ditinggal pergi, ia lebih dekat kepada sang pembantu.“Kalvi, ayo minum air wedang jahe dulu, bibi rasa kamu masuk angin. Ayo bangun dulu,” kata bibi Ina menbangunkan Kalvi.Kalvi masih bergelung di bawah selimutnya. Badanya meriang, rasanya benar-benar tidak enak. Entah ke
Sepulang dari sekolah Migy terus pulang ke rumah dahulu. Setelah itu ia berganti pakaian dan meminta izin kepada nenek untuk menjenguk teman yang sedang sakit.Setelah mendapat izin, Migy melajukan motor kesayangannya ke sebuah tempat penjual es krim. Kebetulan cuaca saat itu sedang panas dan gerah, jadi ia menginginkan yang segar-segar di tenggorokannya.Memikirkan Kalvi yang sedang sakit, saat menatap ke sekeliling tempat penjual es krim, ia melihat ada pedagang yang berjualan cincau. Migy melangkah mendekati tempat penjual cincau dan memesannya satu gelas untuk dibawa ke rumah Kalvi.Ia berharap Kalvi menyukai cincau yang dibelinya. Menurutnya, cincau adalah minuman yang paling tepat di saat panas dalam.Tiba di rumah Kalvi, Migy langsung disambut baik oleh bibi Ina yang sedang menyapu halaman di depan rumah.“Migy, sudah datang ya?” kata bibi Ina menyapa.Migy tersenyum. “Iya bi. Migy mau melihat Kalvi.”“Ya sudah. Masuk saja, Migy. Di d
Migy tak yakin apa yang menyebabkan Kalvi mendadak menatapnya penuh arti, atau kenapa dia mau menggantikan pekerjaan serbetnya barusan. Sentuhan pada bibirnya tadi hanya berlangsung sepersekian detik, tapi sudah cukup untuk membuat isi perutnya bergejolak.Ketika Kalvi menjilat ibu jarinya, Migy hampir pingsan membayangkan cowok itu menjilatnya langsung. Kalvi biasanya mahir dalam melakukan itu bersama mantan-mantannya. Pikiran itu membuatnya mengerut pada tempat duduknya.Kalvi tersenyum menggoda, kalau Migy tak salah tafsir, ia berpaling pada Apel yang dipegangnya, melahap dengan gigitan besar, seolah dia bukannya baru saja bersikap tidak senonoh. Atau bisa juga memang benar.Mungkin Kalvi hanya berusaha ramah, mencoba membantu saat Migy menunjukkan sisi berantakan.“Kau mau?” tanya Kalvi mengunyah buah Apel.“Tidak, aku sudah cukup banyak makan.”Dia tertawa. “Aku lupa kau mudah kenyang.”Kilatan
Dua hari kemudian, Kalvi telah diperbolehkan untuk kembali ke sekolah. Ia sudah terlihat agak lebih segar dari biasanya. Jangan lupakan potongan rambut terbarunya, yang sangat cool banget.Saat di sekolah, Migy menemui Kalvi yang sedang duduk bersama dengan Peter di koridor sekolah. Dengan berjalan pelan, Migy mencoba untuk tampil senatural mungkin di hadapan sang kekasih. Belum mencapai tempat duduk Kalvi, Migy sudah berdebar-debar tak karuan.“Hei, itu bukannya cewek lo, Kalv?” tunjuk Peter dengan arahan matanya.Kalvi menoleh. “Wah, gue kangen berat sama doi. Dua hari ini gue nggak bisa ketemu sama dia.” Kalvi mencoba untuk tersenyum menyambut Migy.Ketika Migy telah berada di depannya. Kalvi menarik tangan Migy untuk duduk di sampingnya.“Migy, kamu dari mana?” tanya Kalvi.“Hai,aku baru tiba. Aku tadi diantar sama supir. Nenek kebetulan lagi Malaysia, jadi aku diminta untuk diantar sama supir,” kata Migy menjelaskan.Kalvi memperhatikan
Rupanya, Kalvi tidak langsung mengantar Migy pulang ke rumah. Ia sengaja membawa Migy ke rumahnya, dan tidak berniat mengatakan terlebih dahulu.“Kalvi, ini bukannya jalan ke rumah kamu?” kata Migy menepuk punggung Kalvi dari belakang.“Iya. Kita mampir sebentar, kan nenek kamu juga gak ada di rumah. Ngapain sendirian, mendingan bareng aku.”“Tapi… kan. Ah Kalvi. Tahu gini, aku harus kasih kabar ke rumah dulu.”“Sudah, gak usah dipikirin. Bentar lagi aku anterin pulang, oke?” kata Kalvi sambil memberhentikan motornya di depan rumah.Migy turun perlahan, merasa tidak nyaman. Rasanya saat ini ia akan kembali terjebak dalam kondisi yang sama seperti terakhir kali ke sini.“Ayo, masuk. Kok kamu selalu melamun gini sih?” ajak Kalvi sambil menarik tangan Migy mengikuti langkahnya.Migy hanya mengikuti Kalvi dari belakang, sambil berharap akan cepat kembali pulang. Entah kenapa jika sudah berduaan dengan Kalvi, tingkat kewaspadaan Migy meningkat. I
Keesokan harinya, Migy telah bersiap untuk berangkat ke sekolah. Ia juga sudah sarapan dan mulai bersiap untuk mengambil kunci motornya.Namun, tiba-tiba Bibi datang memberitahukan jika ada seseorang yang sedang menunggu Migy di depan rumah.“Migy, di depan ada temannya yang sedang menunggu,” kata Bibi mendekati Migy di ruang tamu.Migy mengernyit bingung.“Siapa Bi?” tanya Migy penasaran.“Bibi gak tahu namanya. Katanya sih, dia teman sekolah Migy,” jelas Bibi memberitahu.Migy merasa penasaran. Ia berjalan ke depan rumah untuk melihat siapa yang sedang menunggunya. Padahal, sebelumnya tidak ada janjian dengan siapa pun untuk bertemu pagi ini.Rupanya, sosok tinggi gagah berdiri dengan tegapnya di samping motornya. Dia adalah Kalvi, dengan memakai helm di kepala, sambil melambaikan tangan kepadanya.“Hai, pagi,” sapa Kalvi dengan senyuman ceria.Migy mendadak tersipu. Rasa
Di dalam kelas, Migy langsung ditarik oleh Lia ke temat duduknya.“Migy, sini sebentar deh. Aku mau bertanya sesuatu,” kata Lia sambil menduduki kursi di samping.“Tanya apa?”Lia melihat ke sekeliling, lalu berbicara pelan pada Migy.“Jadi gini, kemarin aku keluar sama Adik aku. Gak sengaja, lihat Kalvi sama seorang cewek.” Lia memandang Migy dengan serius.“Terus?” kata Migy yang sempat heran.Sebenarnya, Lia tidak ingin mengatakan ini kepada Migy, tetapi ia juga tidak bisa menutupi apa yang dilihatnya kemarin bersama adiknya di Mall.“Aku lihat Kalvi barengan sama seorang cewek di Mall. Terus, pas aku mencoba untuk mengikuti dari belakang, dia pergi ke sebuah toko perhiasan.”“Kamu, tahu gak? Dia memilihkan sepasang gelang pasangan sama cewek itu,” jelas Lia antusias.Migy yang mendengar penjelasan Lia hanya tersenyum. Walau sempat merasa curiga d
Sepulang sekolah, Migy diminta oleh kepala sekolah untuk mengumpulkan seluruh anggota osis. Rencananya, mereka akan mengadakan perlombaan akhir tahun ajaran di sekolah.Sementara itu, Kalvi yang sedang menunggu Migy di depan kelas diberitahu Migy untuk pulang lebih duhu.“Kalvi, aku ada rapat osis dulu. Kamu pulang saja duluan,” kata Migy memberi tahu.“Kamu nanti pulang bareng siapa? Apa aku tunggu di sini aja, sampai kamu selesai rapat?” kata Kalvi memastikan.Migy merasa tidak enak hati membiarkan Kalvi harus menunggu dirinya sendirian. Sementara, rapat osis biasanya akan berlangsung satu hingga dua jam.“Mmm. Kamu pulang aja duluan. Nanti aku bisa pulang sendiri kok.”“Kamu gak apa-apa? benaran?” tanya Kalvi sambil meyakinkan Migy.Migy mengangguk yakin. “Iya, sudah sana pulang. Aku mau kumpulin anggota osis yang lain,” kata Migy tersenyum.Kalvi pun membiarkan Mig
Setelah berhasil memindahkan Kalvi ke rumah sakit kota, Migy dan semua keluarga Kalvi menunggu di depan UGD.Waktu telah menunjukkan pukul 4 sore. Sementara Kalvi telah hampir satu jam di dalam ruangan tersebut. Dan semua keluarganya terlihat sedih menunggu kabar dari dokter.Migy berjalan mendekat dan duduk di sebelah Ibu Kalvi, pupil-pupilnya menatap ke pintu tuang gawat darurat.Ketika Ibu Kalvi menatap Migy, air mata mulai membasahi wajahnya.“Tante, Kalvi jatuh di saat kita beriringan pergi ke puncak. Dan tiba-tiba ia melajukan motornya dengan cepat sehingga kejadian itu begitu sangat terjadi. Apa yang harus aku lakukan?”Ibu Kalvi terkejut sehingga setiap saraf di tubuhnya menegang. Ia bahkan tergagap saat berbicara, “Kenapa ….dia bisa sampai…seperti itu?”Ibu kalvi jelas sangat terkejut.Migy mengatakan, “Awalnya kami semua menaiki motor masing-masing. Migy dan Nathan menaiki mo
“Tapi, Nenek berpesan bahwa Nona tidak boleh….”“Eh, bukan apa-apa kok!” kata Migy dengan cepat membekap mulut Nathan dengan tangannya.Kalvi terkejut melihat respon Migy yang seperti itu.“Nathan, ayo. Kamu ikut kita, oke?” kata Migy sambil mengedipkan mata sebagai kode.Nathan mengernyit, ia merasa bingung harus menuruti ucapan Migy atau melaporkan apa yang terjadi saat ini kepada Nenek Umaya. Karena, dari awal perjanjian ia telah diberitahu untuk menjaga Migy dari pacarnya.“Ayo, Migy. Jika terlalu lama, takut tidak keburuan,” ajak Kalvi.“Iya,” Migy tersenyum gugup, namun matanya tetap menatap Nathan yang sudah terlihat muram.“Aku ambil mobil dulu,” kata Kalvi.“Hmm. Kalvi, aku mau bilang, aku bareng Nathan saja, ya?” kata Migy takut-takut.“Hah? Terus aku sendirian?” ucap Kalvi tidak percaya.Mi
Malam harinya, Migy mendapat pesan dari Kalvi.“Migy…..”“Besok kan kita libur, mau jalan bareng aku, nggak?”Migy yang membaca pesan teks itu mulai terlihat bingung. Dari awal ia telah diwanti-wanti oleh Nenek untuk menjauhi Kalvi. Namun, sekarang iatidak mempunyai keberanian untuk memutuskan Kalvi, karena bagaimana pun merekabaru saja jadian, dan alasan untuk mengakhiri hubungan pun masih belum pasti.Mendadak Migy dilema berat. Dalam hati, ia memikirkan cara untuk mencari alasan yang tepat untuk membuat Kalvi mengerti.“Mau kemana?” balas Migy.“Kita jalan ke taman hiburan, mau nggak?”“Oke, besok kita ketemuan di rumah kamu saja.” Migy mengakhiri pesannya dan mematikan ponselnya.Sambil merebahkan badannya di ranjang, Migy kembali menimang mengenai pertemuannya besok dengan Kalvi. Karena bagaimana pun, saat inidirinya akan selalu mendapat p
Di rumah, Kalvi selalu memikirkan kedekatan Migy dan Andre. Ia merasa sangat tidak nyaman dengan keadaan saat ini, di satu sisi mereka baru menjalani hubungan romantis. Memikirkan hal itu, Kalvi ingin sekali mengatakan kepada Andre bahwa saat ini dia cemburu!“Ahhh. Kenapa sih sulit sekali mendapatkan seluruh hati Migy?” kata Kalvi bergumam kesal.Sambil mondar-mandir, Kalvi memikirkan rencana dan liburan romantis untuk Migy. Sekaligus ini adalah tahap pertama untuk mendekatkan perasaan mereka.Dengan tidak sabar Kalvi menghubungi Peter untuk menanyakan rekomendasi tempat kencan favorit yang cocok untuk dikunjungi.“Halo,” jawab Peter di seberang telepon.“Peter, lo di mana?” tanya Kalvi.“Gue di rumah, kenapa bro?”Kalvi duduk di samping balkon kamarnya, “Gini, gue mau nanya. Lo punya tempat rekomendasi buat tempat kencan, gak?”“Wuiih, mau kencan nih?” go
Setelah mengikuti kepergian Kalvi dan Megan dari belakang. Lois akhirnya tiba di sebuah Mall, di sana ia memarkirkan motornya. Lalu diam-diam mengikuti Kalvi.Sementara itu, Kalvi dan Megan telah memasuki area khusus penjual buku dan alat tulis.“Kak, aku mau cari buku ekonomi sama akuntansi,” kata Megan berbicara pada Kalvi.“Ya sudah, kamu cari saja dulu. Aku tunggu di sana,” tunjuk Kalvi pada tempat penjual minuman.Megan menggeleng pelan, “Jangan, Kakak harus temani aku mencari buku, oke?” rengek Megan sambil menarik lengan Kalvi mendekat padanya.Hal tersebut membuat Kalvi menghela napas lelah. Mau tidak mau harus menuruti kemauan Megan, sedangkan ia telah merasa gelisah memikirkan Migy yang pulang sendirian di sekolah.“Ya kak? Ayo kita cari bersama,” ajak Megan sambil menggandeng tangan Kalvi.Rupanya, kejadian itu tidak luput dari pantauan Lois yang mengikuti mereka berdua sejak
Sepulang sekolah, Migy diminta oleh kepala sekolah untuk mengumpulkan seluruh anggota osis. Rencananya, mereka akan mengadakan perlombaan akhir tahun ajaran di sekolah.Sementara itu, Kalvi yang sedang menunggu Migy di depan kelas diberitahu Migy untuk pulang lebih duhu.“Kalvi, aku ada rapat osis dulu. Kamu pulang saja duluan,” kata Migy memberi tahu.“Kamu nanti pulang bareng siapa? Apa aku tunggu di sini aja, sampai kamu selesai rapat?” kata Kalvi memastikan.Migy merasa tidak enak hati membiarkan Kalvi harus menunggu dirinya sendirian. Sementara, rapat osis biasanya akan berlangsung satu hingga dua jam.“Mmm. Kamu pulang aja duluan. Nanti aku bisa pulang sendiri kok.”“Kamu gak apa-apa? benaran?” tanya Kalvi sambil meyakinkan Migy.Migy mengangguk yakin. “Iya, sudah sana pulang. Aku mau kumpulin anggota osis yang lain,” kata Migy tersenyum.Kalvi pun membiarkan Mig
Di dalam kelas, Migy langsung ditarik oleh Lia ke temat duduknya.“Migy, sini sebentar deh. Aku mau bertanya sesuatu,” kata Lia sambil menduduki kursi di samping.“Tanya apa?”Lia melihat ke sekeliling, lalu berbicara pelan pada Migy.“Jadi gini, kemarin aku keluar sama Adik aku. Gak sengaja, lihat Kalvi sama seorang cewek.” Lia memandang Migy dengan serius.“Terus?” kata Migy yang sempat heran.Sebenarnya, Lia tidak ingin mengatakan ini kepada Migy, tetapi ia juga tidak bisa menutupi apa yang dilihatnya kemarin bersama adiknya di Mall.“Aku lihat Kalvi barengan sama seorang cewek di Mall. Terus, pas aku mencoba untuk mengikuti dari belakang, dia pergi ke sebuah toko perhiasan.”“Kamu, tahu gak? Dia memilihkan sepasang gelang pasangan sama cewek itu,” jelas Lia antusias.Migy yang mendengar penjelasan Lia hanya tersenyum. Walau sempat merasa curiga d
Keesokan harinya, Migy telah bersiap untuk berangkat ke sekolah. Ia juga sudah sarapan dan mulai bersiap untuk mengambil kunci motornya.Namun, tiba-tiba Bibi datang memberitahukan jika ada seseorang yang sedang menunggu Migy di depan rumah.“Migy, di depan ada temannya yang sedang menunggu,” kata Bibi mendekati Migy di ruang tamu.Migy mengernyit bingung.“Siapa Bi?” tanya Migy penasaran.“Bibi gak tahu namanya. Katanya sih, dia teman sekolah Migy,” jelas Bibi memberitahu.Migy merasa penasaran. Ia berjalan ke depan rumah untuk melihat siapa yang sedang menunggunya. Padahal, sebelumnya tidak ada janjian dengan siapa pun untuk bertemu pagi ini.Rupanya, sosok tinggi gagah berdiri dengan tegapnya di samping motornya. Dia adalah Kalvi, dengan memakai helm di kepala, sambil melambaikan tangan kepadanya.“Hai, pagi,” sapa Kalvi dengan senyuman ceria.Migy mendadak tersipu. Rasa
Rupanya, Kalvi tidak langsung mengantar Migy pulang ke rumah. Ia sengaja membawa Migy ke rumahnya, dan tidak berniat mengatakan terlebih dahulu.“Kalvi, ini bukannya jalan ke rumah kamu?” kata Migy menepuk punggung Kalvi dari belakang.“Iya. Kita mampir sebentar, kan nenek kamu juga gak ada di rumah. Ngapain sendirian, mendingan bareng aku.”“Tapi… kan. Ah Kalvi. Tahu gini, aku harus kasih kabar ke rumah dulu.”“Sudah, gak usah dipikirin. Bentar lagi aku anterin pulang, oke?” kata Kalvi sambil memberhentikan motornya di depan rumah.Migy turun perlahan, merasa tidak nyaman. Rasanya saat ini ia akan kembali terjebak dalam kondisi yang sama seperti terakhir kali ke sini.“Ayo, masuk. Kok kamu selalu melamun gini sih?” ajak Kalvi sambil menarik tangan Migy mengikuti langkahnya.Migy hanya mengikuti Kalvi dari belakang, sambil berharap akan cepat kembali pulang. Entah kenapa jika sudah berduaan dengan Kalvi, tingkat kewaspadaan Migy meningkat. I