Benar, itu Kayla, tapi dia sendirian.Dia mengenakan sweter kasual berwarna putih dan celana longgar berwarna putih dengan sebuah mantel yang dikaitkan di tangannya. Dia tidak menentang apa pun, dibandingkan dengan orang-orang di sekitar yang membawa berbagai macam koper, dia tampak sangat mencolok.Mana Theo?Jangan-jangan Theo hilang ingatan dan jatuh cinta pada wanita lain? Tidak mungkin, mereka pergi berobat, Kayla pasti terus mengawasinya ....Apakah terjadi sesuatu?Bella bergegas menghampiri Kayla. Dia menggandeng lengan Kayla sambil melihat belakang. "Mana Theo?""Dia ...."Situasi sangat bising. Ketika Bella berkonsentrasi untuk mendengar ucapan Kayla, Kayla ditarik pergi. Bella melirik kekosongan di tangannya dengan linglung, lalu menoleh ke arah Kayla. Sosok yang mereka bicarakan muncul, dia merangkul Kayla dan berdiri di antara mereka. Dia menatap Bella dengan waspada, seperti seekor anak serigala yang siap untuk menyerang kapan saja.Kayla sepenuhnya dikuasai oleh Theo. Be
Bella memesan restoran favorit Kayla. Pelayan membawa mereka ke tempat duduk yang sudah direservasi. Melihat meja berbentuk persegi panjang, Kayla pun berkata dengan nada tinggi, "Ganti meja bundar."Dia yakin Theo tidak akan bisa memisahkan mereka kalau duduk di meja bundar.Bella duduk di sebelah kanan Kayla. Meskipun Theo kesal, melihat mata Kayla yang bersinar dan senyuman di sudut bibirnya, Theo hanya menggerakkan bibir tanpa mengucapkan sepatah kata pun."Kenapa sekarang dia begitu menempelimu?" Saat Darius sedang membahas pekerjaan dengan Theo, Bella buru-buru mendekatkan badan ke Kayla sambil bertanya dengan pelan, "Kalau bukan karena aku tahu kamu nggak punya keahlian seperti itu, aku akan mengira kamu memeletnya."Kayla menjawab, "Mungkin karena akulah orang pertama yang dia lihat saat membuka mata, apalagi sekarang dia hanya mengenalku.""Jangan-jangan dia ...." Bella mengangkat dagunya untuk menunjuk Theo. "Dia begitu bergantung padamu karena menganggapmu sebagai ibunya?""
Theo tertegun.Dia masih memikirkan bagaimana caranya memberi tahu Kayla bahwa ini disebabkan oleh usus sapi tanpa melukai harga diri Kayla. Dia sudah memikirkan hal ini di sepanjang perjalanan dan mencoba untuk membujuk diri sendiri, tetapi dia benar-benar tidak bisa menahan diri lagi.Namun, sebelum Theo punya cara, Kayla sudah menyadari ada yang aneh. Reaksi Theo sangat jelas, matanya tertuju pada wajah Kayla, melewati kening, alis, pangkal hidung, pipi ... hanya menghindari bibirnya.Kayla bertanya, "Kamu jijik padaku?"Tanpa ragu-ragu, Theo langsung membantah. "Nggak."Dia tidak jijik, hanya saja ...."Benarkah?" Kayla memandangnya dengan curiga. Melihat ekspresinya yang begitu serius, Kayla tiba-tiba punya niat buruk. Kayla mengulurkan tangan untuk memegang wajahnya, lalu melangkah maju untuk mencium bibirnya.Ketika Kayla mendekat, Theo dilanda oleh angin dan aroma manis di tubuh Kayla.Tanpa sadar, Theo mengulurkan tangan untuk merangkulnya.Dia tidak tahu apa yang ingin dilaku
Melihat Kayla, sikap Evi langsung berubah drastis. Dia mengulurkan tangan sambil tersenyum cerah. "Kayla, cepat kemari. Lihatlah betapa kurusnya kamu, pasti Theo sangat sulit dihadapi, 'kan?"Setelah berkata demikian, dia mendelik Theo sambil mengisyaratkan bahwa Theo sangat sulit dilayani.Theo tercengang.Evi menarik Kayla ke depan. Keduanya mengobrol sambil tertawa riang, seperti ibu dan anak kandung.Theo dan Galih tertinggal di belakang. Meskipun mereka hanya terpaut jarak beberapa meter, ini adalah pertama kalinya mereka terpaut jarak sejauh ini sejak dia sadarkan diri. Dulu, Kayla selalu berjalan di sampingnya.Dia berulang kali mengulurkan tangan untuk menarik Kayla ke sampingnya, tetapi dipukul oleh Evi. "Kamu bukan anak kecil, jalan pun perlu digandeng? Ada yang ingin kubicarakan dengan Kayla, suruh ayahmu menggandengmu."Theo tertegun.Dia menoleh ke arah Galih. Menghadapi tatapannya, Galih perlahan-lahan memasukkan tangan ke dalam saku celana dan melangkah ke samping.Theo
Theo merasa pemandangan di bawah agak memancing amarah. Meskipun dia tidak mengenal Davin, hanya dengan melihat wajah Davin, dia yakin bahwa dirinya tidak menyukai Davin.Dia berjalan menghampiri Kayla, lalu menunduk untuk melihat cairan buah naga yang menodai pakaian Kayla. Dia meletakkan tangannya di bahu Kayla, lalu menyempil di antara Kayla dan Davin. "Apa ada baju ganti? Pergi ganti baju sana."Kayla sedang menunduk untuk menyeka pakaiannya, dia tidak menyadari hal ini. "Oke."Menghadapi ekspresi dingin Theo, Davin pun mendengus dingin sambil memutar bola matanya. 'Sudah hilang ingatan, tetap saja memusuhiku.'Evi menemani Kayla pergi mengganti pakaian sehingga hanya tersisa mereka bertiga di ruang tamu.Carlos memandang Theo dengan penasaran. "Kamu benar-benar nggak ingat apa pun?"Theo mengerutkan keningnya. Dia tidak suka orang lain memandangnya seperti ini. Sebelum kembali, Kayla sudah memperkenalkan semua orang terdekatnya dan dia tahu bahwa mereka adalah sahabatnya. Namun, t
Theo mengalihkan topik pembicaraan dengan kesal. "Apa kamu melewatkan sesuatu saat memperkenalkan mereka?"Kayla menjawab, "Nggak."Dia tidak berencana untuk menceritakan masa lalunya dengan Davin. Selain karena sudah lama berlalu, Theo juga hilang ingatan. Kalau dia memberi tahu Theo, dia hanya akan merusak hubungan persahabatan mereka.Theo tetap tidak senang. "Pria bernama Davin itu menyukaimu."Kayla terdiam. Dia mencubit wajah Theo sambil berkata dengan galak, "Aku dan Davin hanya mengobrol beberapa patah kata, jangan asal menebak.""Ada yang aneh dengan caranya memandangmu." Theo memelankan suaranya, lalu berkata dengan penuh amarah, "Kamu juga memanggilnya dengan begitu akrab.""Kamu berteman baik dengannya. Ketika kakek dan ibuku masih hidup, keluarga kami berhubungan baik. Apa mungkin aku memanggilnya dengan nama lengkap? Kalau seperti itu, aku akan dicap sebagai anak yang nggak berterima."Theo bertanya, "Kakek dan Ibu pun mengenalnya? Bahkan berhubungan baik dengannya? Kenap
Tepat ketika Kayla ingin berbalik, pintu terbuka dan Theo mengulurkan tangan untuk menariknya masuk.Kamar mandi sama sekali tidak berkabut. Dia berdiri berhadapan dengan Theo. Karena Theo tidak mengenakan pakaian, bekas luka yang bertumpukan di tubuh Theo terlihat jelas.Meskipun bekas luka di tubuh Theo sudah memudar, masih tersisa garis halus. Setiap melihat bekas luka ini, Kayla akan teringat akan video yang diperlihatkan padanya secara paksa. Dalam sekejap, adegan Theo disiksa hingga berlumuran darah dan tetap menolak untuk menuruti keinginan Riko pun muncul di benaknya.Setiap melihat bekas luka ini dan teringat akan adegan Theo terkapar dalam keadaan berlumuran darah, Kayla merasa hatinya sangat perih, seperti ditusuk oleh jarum.Jadi, setelah melihat sekilas, Kayla langsung memalingkan wajah. Dia takut kalau dirinya terus melihat bekas-bekas luka ini, dia akan kehilangan kendali dan membuat Theo curiga.Dokter bilang ingatan Theo akan perlahan-lahan pulih, tetapi Kayla berharap
Theo tertegun sejenak. Meskipun hal seperti ini tidak perlu diajari, dia hilang ingatan. Jadi, ini adalah pengalaman pertamanya, dia bagaikan anak lajang yang tidak berpengalaman.Menghadapi situasi seliar ini, dia agak kaget. Selain itu, dia kebetulan berdiri di depan cermin. Begitu mengangkat kepala, dia dapat melihat wajahnya diselimuti dengan hawa nafsu.Theo meronta untuk melepaskan ingatan di tangannya. Setelah menelan seteguk air liur, dia berkata dengan serak, "Kay ...."Kayla melingkarkan lengannya di leher Theo sambil turun dari wastafel, lalu mendongak untuk mencium Theo.Kayla mendorong Theo ke belakang. Punggungnya yang tidak dialasi oleh pakaian pun menempel ke ubin yang dingin. Hawa dingin yang muncul membuatnya mendesis kedinginan. Sebelum dia tersadar, Kayla yang sebelumnya masih menggodanya dengan penuh gairah tiba-tiba melompat mundur.Kemudian, air dingin mengalir ke sekujur tubuhnya. Kayla menyalakan pancuran."Kejutan." Mereka dibatasi oleh air yang mengalir, Kayl
Sembari berbicara, Lilya terus melirik Celine dengan sudut mata. Sekarang, dia sangat merasa bersalah dan ingin melakukan sesuatu untuk menebus kesalahannya. Karena emosi ini, Lukas yang selalu diutamakan sejak kecil pun turun pangkat.Namun, Lukas tidak tahu apa-apa. Dia membelalakkan matanya dengan kaget sambil bertanya dengan kesal, "Bu, racun apa yang dia berikan pada Ibu sampai membuat Ibu membelanya seperti ini? Lihatlah luka di wajahku ini, ini yang namanya menguji?"Sembari berbicara, dia membungkuk untuk memperlihatkan memarnya pada Lilya. "Dia ingin membunuhku, Ibu masih membelanya."Hasan yang berada di dalam ruangan mendengar ucapan ini, dia mengerutkan kening sambil berkata, "Diam kamu, kamu itu pria, luka sekecil ini membuatmu menjerit seperti ini?"Dia menatap wajah Lukas yang dipenuhi dengan memar sambil berkata dengan nada menghina, "Dipukuli oleh wanita masih berani mengadu.""Lalu apa yang bisa lakukan? Ayah nggak mengizinkanku memukul wanita, apa lagi yang bisa kula
Percakapan macam apa ini? Carlos tidak sanggup? Masih perlu membuktikan?Revin diam-diam mengangkat sekat, dia takut Carlos akan membungkamnya. Dengar-dengar, kebanyakan pria yang kekurangan dalam hal tersebut memiliki gangguan mental, pantas saja sifat Carlos sangat aneh.Di kursi belakang, Carlos menatap Celine dengan tajam, seolah-olah ingin menggali dua lubang di tubuh Celine. "Kamu nggak puas dengan keterampilanku?"Celine berpikir sejenak sebelum menjawab dengan serius, "Delapan dari sepuluh kali kamu hanya berbaring, apa kamu pantas menanyakan hal seperti ini?""Aku hanya berbaring diam? Siapa yang meminta berhenti di tengah proses? Siapa yang pergi setelah dirinya terpuaskan?" Dia menatap Celine sambil tersenyum dingin. "Celine, semoga kelak kamu nggak nangis."Jarak hotel itu tidak jauh. Ketika mereka masih berbicara, mobil sudah berhenti.Carlos berkata, "Turun.""Untuk apa?" Celine tidak menyangka Carlos akan menggunakan alasan bertemu dengan Hasan untuk membawanya ke hotel.
Di bawah penerangan cahaya, Celine membantu Lyon merapikan celana dan Lyon pun menunduk untuk menatapnya. Jalanan yang terlihat melalui jendela di belakangnya. Terkadang, ada pejalan kaki yang lewat dengan kepala tertunduk sehingga membuat suasana di toko menjadi lebih hangat.Lyon menatap cermin berulang kali, lalu berkata dengan serius, "Bagus."Celine mengangguk. "Bayar pakai kartu atau QRIS?"Ekspresinya sangat datar, dia sama sekali tidak terlihat gembira saat ada yang memuji karyanya. Singkatnya, dia tidak tampak seperti desainer, melainkan seperti robot penghasil uang yang tidak berperasaan.Lyon tertegun sejenak, lalu berkata sambil tersenyum pasrah, "Kamu ....""Celine." Terdengar suara Carlos dari pintu.Celine menoleh ke arah datangnya suara. Carlos berdiri di bawah lampu, sosoknya yang tinggi, ekspresinya yang muram dan suaranya yang berat memancarkan suatu aura mendominasi. Celine mengerutkan kening sambil bertanya dengan acuh tak acuh, "Ada urusan apa datang ke sini?"Set
Mendengar ucapannya, Merlin membelalakkan matanya dengan kaget. Masalah ini tidak boleh dibicarakan di depan orang tuanya, sekarang, tindakan sekecil apa pun dapat menghancurkan harapan terakhirnya.Dia sudah berusaha keras selama bertahun-tahun untuk membangun citra gadis baik, tidak boleh dirusak begitu saja."Kamu masih tahu malu, nggak? Di satu sisi, kamu nggak berharap merasakan kasih sayang dari mereka, tapi di sisi lain, kamu malah mengadu. Tindakanmu ini disebut munafik."Celine mendengus dingin. Dia sama sekali tidak menyembunyikan niatnya, dia ingin memanfaatkan Keluarga Tomson untuk mencapai tujuannya. "Kalau aku nggak meminta orang lain menaklukkanmu, apa aku harus mengambil pisau dapur dan bertarung nyawa denganmu? Merlin, sadarlah, sekarang masyarakat dikendalikan oleh hukum."Merlin tercengang.Kata-kata yang dilontarkan Celine bagaikan sindiran untuk diri sendiri. Masyarakat hukum? Dia mencelakai begitu banyak orang, beraninya mengatakan masyarakat dikendalikan oleh huk
Tentu saja, Carlos tidak akan melakukan apa pun pada Celine. Baik dari segi didikan maupun karakter yang tertanam dalam dirinya, dia tidak akan melakukan hal tidak senonoh seperti memerkosa wanita.Selain itu, dia menemukan Celine bukan sengaja memprovokasinya, melainkan benar-benar tidak bereaksi terhadap sentuhannya.Kening Carlos diselimuti dengan hawa dingin, tatapannya yang tajam tertuju pada badan Celine. Pakaian Celine berantakan, leher dan lengan Celine dipenuhi dengan bekas merah. Celine pun menatapnya dengan linglung, seolah-olah baru dilecehkan secara brutal.Jelas-jelas dia tidak mengerahkan banyak tenaga, bahkan sudah mengontrol tenaganya, tetapi bekas sekecil apa pun tampak sangat mencolok di kulit putih Celine.Carlos mengatupkan bibirnya untuk menahan suatu emosi yang tak dapat diluapkan, lalu mengulurkan tangannya untuk membuka laci di samping tempat tidur. Memang benar, terdapat beberapa botol obat. Setelah beberapa saat, dia baru mengucapkan satu kalimat, "Celine, ka
Melihatnya marah, Ratna yang berada di samping pun berkata dengan getir, "Pak, Nyonya sudah tidur."Carlos hanya melirik Ratna dan langsung naik ke atas dengan galak. Saat melewati ruang tamu, dia melihat dua lembar kertas A4 di atas meja. Meskipun dia tidak melihat tulisan di atas kertas dengan jelas, dia tahu kata-kata apa yang tertera di atas kertas.Pembuluh darah di wajahnya berkedut. Dia bertanya dengan nada dingin, "Apa juga ada di meja makan? Dia meletakkan kertas itu di setiap tempat yang aku lalui?"Ratna tidak bersuara, artinya dia membenarkan dugaan Carlos.Setelah terdiam selama beberapa menit, Carlos tertawa dengan marah. Celine bertekad untuk menceraikannya?Dia bergegas ke atas dengan ekspresi dingin. Seketika, percikan api di hatinya langsung menyala saat mengetahui Celine mengunci pintu. Dia menahan amarahnya, lalu mengangkat tangannya untuk mengetuk pintu.Setelah beberapa saat, pintu terbuka. Celine menahan pintu agar Carlos tidak bisa masuk. "Ada urusan apa?"Carlo
Shanny baru sadar kamera ponselnya mengarah ke belakang orang-orang itu. Dia mengangkat ponselnya dan berjalan ke hadapan orang-orang itu dengan santai. "Astaga, kok bisa dipukuli sampai memar seperti ini, mungkin ibu kandungmu pun nggak mengenalimu lagi."Celine pun tidak bisa mengenali orang itu sebelum mendengar suara memohon yang familier. "Nona Celine, Nona Celine, kami sudah tahu salah, kami nggak seharusnya menindasmu. Tolong ampuni kami, tolong minta Paman Hasan jangan pergi mencari orang tua kami lagi."Dia membela diri dengan terisak-isak. Kalau dia masih memiliki cara lain, seorang pria dewasa sepertinya tidak akan memohon ampun di pinggir jalan. Meskipun reputasinya buruk dan dia tidak terlalu mementingkan harga diri, siapa yang akan menginjak harga diri sendiri?"Aku memang pernah memukulmu dulu, tapi kamu juga memukulku. Bisa dibilang kita hanya berselisih, bukan menindas secara sepihak. Beberapa waktu lalu kamu mematahkan satu kakiku dan aku pun nggak pergi mencarimu."S
Sepertinya suasana hati Celine sangat baik, dia meluapkan semua emosinya yang terpendam selama ini. Dia menopang dagunya sambil melebarkan senyuman di sudut bibirnya. Dari sisi mana pun, senyuman ini tampak sangat provokatif dan bibir merahnya sedikit terbuka.Melihatnya hendak mengatakan sesuatu, Carlos mengerutkan kening dan langsung menyelanya, "Diam."Dia hanya bisa berpikir bahwa Celine sengaja membuatnya kesal karena sudah dicueki selama dua tahun ini. "Dulu siapa yang bersikeras ingin menikah denganku?"Celine mengangkat kepalanya untuk meneguk habis arak di dalam gelas. Cairan dingin mengalir ke tenggorokannya dan masuk ke perutnya. Detik berikutnya, sensasi terbakar pun menyebar dari perutnya ke sepanjang pembuluh darah di tubuhnya.Perlahan-lahan muncul rona merah di kulit putihnya. Matanya berkilau, seolah-olah sedang dimasuk cinta.Melihat gelas kosong di tangan Celine, kerutan di alis Carlos menjadi makin dalam. "Apa kamu sapi? Siapa yang mengajarimu cara meminum arak?"Aw
Carlos hendak membungkuk untuk memeriksa kondisi Merlin. Mendengar ucapan ini, dia tidak tahu apakah dirinya harus melanjutkan tindakannya.Lilya yang berada di luar mendengar kebisingan dari kamar Celine. Dia mengira Celine terjatuh karena tidak leluasa bergerak, dia bergegas memasuki kamar. "Celine, ada apa?"Begitu selesai berbicara, dia langsung melihat Merlin yang terbaring diam di atas lantai. "Merlin ... kok bisa pingsan? Carlos, cepat telepon ambulans. Hasan, Hasan ...."Celine menyela teriakannya. "Dia pura-pura."Lilya berhenti berteriak, dia menatap Celine dengan kaget. "Kalau nggak percaya, tusukkan saja beberapa jarum ke tubuhnya. Kujamin dia akan melompat tinggi."Setelah dia selesai berbicara, Merlin yang berbaring di lantai mengerang pelan dan tampak sangat kesakitan. Dia memegang kepalanya sambil membuka mata. Begitu membuka mata, dia melihat sekeliling dan pada akhirnya pandangannya tertuju pada Carlos. "Kak Carlos, ada apa denganku?"Carlos tertegun.Begitu pula deng