Mendengar ucapan ini, Evi langsung bangun. Dia membuka mata dengan napas yang terengah-engah dan menyadari bahwa dirinya sedang berbaring di kasur rumah. Semua itu hanyalah mimpi.Ketakutan yang muncul saat mendengar kabar kegagalan operasi masih belum hilang. Jantungnya berdebar kencang, bahkan saat ini benaknya masih dipenuhi dengan serangkaian kata itu. Evi menggerakkan badan ke kanan dan kiri, mencari ponsel dengan panik.Sebelum dia menemukan ponselnya, pintu kamar terbuka. Galih masuk dengan ekspresi khusyuk. "... Sudah meninggal."Evi dikejutkan oleh ekspresi muramnya sehingga hanya mendengar dua kata terakhir. Seketika, dunia seolah-olah roboh, Evi menatapnya dengan pucat. "Meninggal ... meninggal ...."Melihat ekspresinya yang begitu pucat, Galih pun kaget. Galih duduk di samping kasur, lalu menggenggam tangannya sambil berkata, "Kenapa sekaget ini?"Meskipun Evi sudah berumur, Evi sangat pandai merawat diri. Jari-jarinya masih sangat mulus dan putih. Saat dipegang oleh Galih,
Benar, itu Kayla, tapi dia sendirian.Dia mengenakan sweter kasual berwarna putih dan celana longgar berwarna putih dengan sebuah mantel yang dikaitkan di tangannya. Dia tidak menentang apa pun, dibandingkan dengan orang-orang di sekitar yang membawa berbagai macam koper, dia tampak sangat mencolok.Mana Theo?Jangan-jangan Theo hilang ingatan dan jatuh cinta pada wanita lain? Tidak mungkin, mereka pergi berobat, Kayla pasti terus mengawasinya ....Apakah terjadi sesuatu?Bella bergegas menghampiri Kayla. Dia menggandeng lengan Kayla sambil melihat belakang. "Mana Theo?""Dia ...."Situasi sangat bising. Ketika Bella berkonsentrasi untuk mendengar ucapan Kayla, Kayla ditarik pergi. Bella melirik kekosongan di tangannya dengan linglung, lalu menoleh ke arah Kayla. Sosok yang mereka bicarakan muncul, dia merangkul Kayla dan berdiri di antara mereka. Dia menatap Bella dengan waspada, seperti seekor anak serigala yang siap untuk menyerang kapan saja.Kayla sepenuhnya dikuasai oleh Theo. Be
Bella memesan restoran favorit Kayla. Pelayan membawa mereka ke tempat duduk yang sudah direservasi. Melihat meja berbentuk persegi panjang, Kayla pun berkata dengan nada tinggi, "Ganti meja bundar."Dia yakin Theo tidak akan bisa memisahkan mereka kalau duduk di meja bundar.Bella duduk di sebelah kanan Kayla. Meskipun Theo kesal, melihat mata Kayla yang bersinar dan senyuman di sudut bibirnya, Theo hanya menggerakkan bibir tanpa mengucapkan sepatah kata pun."Kenapa sekarang dia begitu menempelimu?" Saat Darius sedang membahas pekerjaan dengan Theo, Bella buru-buru mendekatkan badan ke Kayla sambil bertanya dengan pelan, "Kalau bukan karena aku tahu kamu nggak punya keahlian seperti itu, aku akan mengira kamu memeletnya."Kayla menjawab, "Mungkin karena akulah orang pertama yang dia lihat saat membuka mata, apalagi sekarang dia hanya mengenalku.""Jangan-jangan dia ...." Bella mengangkat dagunya untuk menunjuk Theo. "Dia begitu bergantung padamu karena menganggapmu sebagai ibunya?""
Theo tertegun.Dia masih memikirkan bagaimana caranya memberi tahu Kayla bahwa ini disebabkan oleh usus sapi tanpa melukai harga diri Kayla. Dia sudah memikirkan hal ini di sepanjang perjalanan dan mencoba untuk membujuk diri sendiri, tetapi dia benar-benar tidak bisa menahan diri lagi.Namun, sebelum Theo punya cara, Kayla sudah menyadari ada yang aneh. Reaksi Theo sangat jelas, matanya tertuju pada wajah Kayla, melewati kening, alis, pangkal hidung, pipi ... hanya menghindari bibirnya.Kayla bertanya, "Kamu jijik padaku?"Tanpa ragu-ragu, Theo langsung membantah. "Nggak."Dia tidak jijik, hanya saja ...."Benarkah?" Kayla memandangnya dengan curiga. Melihat ekspresinya yang begitu serius, Kayla tiba-tiba punya niat buruk. Kayla mengulurkan tangan untuk memegang wajahnya, lalu melangkah maju untuk mencium bibirnya.Ketika Kayla mendekat, Theo dilanda oleh angin dan aroma manis di tubuh Kayla.Tanpa sadar, Theo mengulurkan tangan untuk merangkulnya.Dia tidak tahu apa yang ingin dilaku
Melihat Kayla, sikap Evi langsung berubah drastis. Dia mengulurkan tangan sambil tersenyum cerah. "Kayla, cepat kemari. Lihatlah betapa kurusnya kamu, pasti Theo sangat sulit dihadapi, 'kan?"Setelah berkata demikian, dia mendelik Theo sambil mengisyaratkan bahwa Theo sangat sulit dilayani.Theo tercengang.Evi menarik Kayla ke depan. Keduanya mengobrol sambil tertawa riang, seperti ibu dan anak kandung.Theo dan Galih tertinggal di belakang. Meskipun mereka hanya terpaut jarak beberapa meter, ini adalah pertama kalinya mereka terpaut jarak sejauh ini sejak dia sadarkan diri. Dulu, Kayla selalu berjalan di sampingnya.Dia berulang kali mengulurkan tangan untuk menarik Kayla ke sampingnya, tetapi dipukul oleh Evi. "Kamu bukan anak kecil, jalan pun perlu digandeng? Ada yang ingin kubicarakan dengan Kayla, suruh ayahmu menggandengmu."Theo tertegun.Dia menoleh ke arah Galih. Menghadapi tatapannya, Galih perlahan-lahan memasukkan tangan ke dalam saku celana dan melangkah ke samping.Theo
Theo merasa pemandangan di bawah agak memancing amarah. Meskipun dia tidak mengenal Davin, hanya dengan melihat wajah Davin, dia yakin bahwa dirinya tidak menyukai Davin.Dia berjalan menghampiri Kayla, lalu menunduk untuk melihat cairan buah naga yang menodai pakaian Kayla. Dia meletakkan tangannya di bahu Kayla, lalu menyempil di antara Kayla dan Davin. "Apa ada baju ganti? Pergi ganti baju sana."Kayla sedang menunduk untuk menyeka pakaiannya, dia tidak menyadari hal ini. "Oke."Menghadapi ekspresi dingin Theo, Davin pun mendengus dingin sambil memutar bola matanya. 'Sudah hilang ingatan, tetap saja memusuhiku.'Evi menemani Kayla pergi mengganti pakaian sehingga hanya tersisa mereka bertiga di ruang tamu.Carlos memandang Theo dengan penasaran. "Kamu benar-benar nggak ingat apa pun?"Theo mengerutkan keningnya. Dia tidak suka orang lain memandangnya seperti ini. Sebelum kembali, Kayla sudah memperkenalkan semua orang terdekatnya dan dia tahu bahwa mereka adalah sahabatnya. Namun, t
Theo mengalihkan topik pembicaraan dengan kesal. "Apa kamu melewatkan sesuatu saat memperkenalkan mereka?"Kayla menjawab, "Nggak."Dia tidak berencana untuk menceritakan masa lalunya dengan Davin. Selain karena sudah lama berlalu, Theo juga hilang ingatan. Kalau dia memberi tahu Theo, dia hanya akan merusak hubungan persahabatan mereka.Theo tetap tidak senang. "Pria bernama Davin itu menyukaimu."Kayla terdiam. Dia mencubit wajah Theo sambil berkata dengan galak, "Aku dan Davin hanya mengobrol beberapa patah kata, jangan asal menebak.""Ada yang aneh dengan caranya memandangmu." Theo memelankan suaranya, lalu berkata dengan penuh amarah, "Kamu juga memanggilnya dengan begitu akrab.""Kamu berteman baik dengannya. Ketika kakek dan ibuku masih hidup, keluarga kami berhubungan baik. Apa mungkin aku memanggilnya dengan nama lengkap? Kalau seperti itu, aku akan dicap sebagai anak yang nggak berterima."Theo bertanya, "Kakek dan Ibu pun mengenalnya? Bahkan berhubungan baik dengannya? Kenap
Tepat ketika Kayla ingin berbalik, pintu terbuka dan Theo mengulurkan tangan untuk menariknya masuk.Kamar mandi sama sekali tidak berkabut. Dia berdiri berhadapan dengan Theo. Karena Theo tidak mengenakan pakaian, bekas luka yang bertumpukan di tubuh Theo terlihat jelas.Meskipun bekas luka di tubuh Theo sudah memudar, masih tersisa garis halus. Setiap melihat bekas luka ini, Kayla akan teringat akan video yang diperlihatkan padanya secara paksa. Dalam sekejap, adegan Theo disiksa hingga berlumuran darah dan tetap menolak untuk menuruti keinginan Riko pun muncul di benaknya.Setiap melihat bekas luka ini dan teringat akan adegan Theo terkapar dalam keadaan berlumuran darah, Kayla merasa hatinya sangat perih, seperti ditusuk oleh jarum.Jadi, setelah melihat sekilas, Kayla langsung memalingkan wajah. Dia takut kalau dirinya terus melihat bekas-bekas luka ini, dia akan kehilangan kendali dan membuat Theo curiga.Dokter bilang ingatan Theo akan perlahan-lahan pulih, tetapi Kayla berharap