Mata Bella berbinar, dia merasa ini adalah ide cemerlang. Lagian dia sanggup membesarkan anak. Namun, setelah dipikir-pikir, dia berubah pikiran. Membesarkan anak berbeda dengan memelihara anjing, anak perlu tumbuh besar di keluarga yang harmonis. Selain kasih sayang ayah, mereka juga memerlukan kasih sayang ibu.Namun, sebelum dia menggelengkan kepalanya, sudah terdengar suara dingin Darius dari belakang. "Nggak boleh."Bella hampir melompat dari bangku. Saat dia menarik napas dalam-dalam, dia tersedak oleh aroma cabai. Setelah berdeham kuat beberapa kali, akhirnya dia berhenti batuk. Namun, suaranya masih terbata-bata. "Apa kamu hantu? Nggak mengeluarkan suara apa pun saat berjalan, tapi tiba-tiba berbicara."Membuatnya kaget saja.Darius mengangkat alisnya sambil berkata dengan tertekan, "Apa aku perlu memakai sepatu militer dan berjalan mengelilingimu sebanyak tiga kali? Setelah kamu menyadari keberadaanku, aku baru bersuara."Pipi Bella memerah karena batuk. Dia meneguk dua kaleng
Ucapan dan nada bicara ini terdengar sangat aneh.Mari main sekali, main apa?Kayla membalas tatapan Theo. Jangankan Theo, dia pun tidak mengerti.Bella mengedipkan mata dengan misterius, lalu mengulurkan dua jari ke arah Kayla sambil berkata dengan pelan, "Sekali 100 ribu. Sewa dua orang yang tampan, bertubuh bagus dan yang paling penting, keterampilannya juga bagus ...."Sebelum selesai berbicara, Bella sudah diseret oleh Darius."Aduh ...."Pada dasarnya, Bella sudah terhuyung-huyung. Begitu diseret oleh Darius, dia merasa dirinya seperti dimasukkan ke mesin cuci berkecepatan tinggi. Kepalanya berputar hebat, bagaimana mungkin dia masih mengingat ucapannya tadi?"Lepaskan aku, aku ... ingin muntah."Dia mengerutkan kening dan menghempaskan tangan Darius. Alhasil, begitu dia mendorong Darius, tubuhnya langsung jatuh ke samping.Untungnya, mata Darius terus tertuju padanya. Begitu melihat ada yang tidak beres, Darius langsung menariknya kembali.Jarak dari taman menuju tempat parkir c
"Jauh lebih unggul?" Darius mengangkat alisnya. "Pria baik mana yang akan menemanimu main game hanya demi bayaran 100 ribu? Bahkan memanggilmu sayang, cantik, manis?"Bella tertegun.Seratus ribu untuk dua orang, berarti satu orang hanya dibayar 50 ribu.Namun, kalau dia mengatakan hal ini, Darius pasti akan mentertawakannya. Saat memainkan game, dia tidak merasa ada yang aneh dengan panggilan ini, tetapi mengapa sekarang panggilan ini terkesan sangat aneh?Dia melirik ke arah Darius. Ekspresi Darius sangat dingin dan tatapannya sangat serius. Melihat Darius memanggilnya "sayang" dengan ekspresi seperti ini, dia merasa Darius seperti sedang memanggilnya "jalang". Hal ini membuatnya kesal.Permainan sudah dimatikan sehingga ketegangan saat bermain game sudah menghilang dan rasa mabuk perlahan-lahan melandanya lagi. Bella sangat kantuk, dia malas berbasa-basi dengan Darius yang sedang memainkan ponsel di samping. "Ngantuk sekali, aku tidur dulu."Bella mengulurkan kakinya untuk memakai s
Kayla tahu birnya tidak enak, jadi dia tidak minum banyak. Setelah menyuruh semua orang pergi, dia mengusap lehernya yang sakit dan kembali ke kamar untuk mandi, memakai masker wajah dan menunggu rambutnya kering. Setelah satu jam kemudian, Kayla memakai pakaiannya dan keluar.Theo sudah mandi dan sedang membalas pesan sambil bersandar di kepala kasur.Kayla mengangkat selimut dan berbaring, mengeluarkan ponsel di meja samping selimut dan mengirim pesan ke Bella. Seharusnya sekarang dia sudah tiba di rumah. Kayla menekan WhatsApp dan melihat Bella telah mengirimkan undangan permainan setengah jam yang lalu dan pesan suara tiga puluh detik.Saat melihat undangan tersebut, Kayla langsung menyadari maksud Bella. Baru-baru ini dia telah dipaksa untuk bermain beberapa game dan mengetahui ada profesi yang disebut bermain game.Setelah mengetahuinya, Kayla tidak berani menekan tombol suara karena takut Bella akan mengatakan sesuatu yang mengejutkan. Theo ada di sampingnya, jadi kecuali dia me
Fakta telah membuktikan sebagian besar ciuman yang dikatakan pria tidak bisa dipercaya.Keesokan harinya.Kayla hampir tidak bisa bangun dari kasur. Untungnya, hari ini adalah akhir pekan dan Kayla tidak harus pergi bekerja. Dia berbaring di kasur dan menatap langit-langit putih di atas tanpa daya. "Theo, kamu biadab, pembohong dan bajingan."Saat dia mengumpat dengan keras, pintu dibuka. Theo berdiri di depan pintu dan melihat Kayla telah bangun. "Bangun dan makanlah."Dibandingkan dengan keadaannya yang menyedihkan di mana Kayla terlalu lelah bahkan untuk bangun dari kasur, pria itu terlihat segar dan terlihat penuh semangat. Bagaimanapun, dialah yang berkontribusi paling banyak sepanjang malam kemarin.Makanan yang dimasak oleh Theo terdiri dari tiga hidangan dan satu sup. Kayla perlahan berjalan ke bawah sambil berpegangan pada pegangan tangga dan merasakan kakinya gemetar.Theo menyiapkan piring dan sendok. Saat menengadahkan kepala, dia kebetulan melihat ekspresi malu Kayla. Sudu
Bella menarik sudut bibirnya dengan kaku. "Bukan dia, tapi aku yang berinisiatif. Dia nggak setuju dan akulah yang menindihnya ...."Bella hanya mabuk, bukan amnesia. Meski Bella tidak bisa mengingat detail kejadian tadi malam, dia masih memiliki ingatan samar.Melihat wajah menyesal Bella, Kayla merasa sangat bersalah. Seharusnya tadi malam dia meninggalkan Bella di Vila Aeris. "Lalu sekarang bagaimana? Mau coba berpacaran dengan Darius?""Nggak mau."Kayla tidak menyangka Bella akan menolak begitu saja, "Kamu benar-benar nggak tertarik padanya?"Sekalipun memiliki sedikit kesan baik, Bella tidak akan memberinya kesempatan setelah hal seperti ini terjadi."Ini bukan masalah tertarik atau nggak." Bella menutup mulutnya dan berbisik di telinganya, "Dia nggak bisa melakukannya.""Ah? Nggak mungkin." Kayla terdiam lama sebelum berbicara dengan susah payah, "Kulihat sosok dan fisik Pak Darius cukup bagus. Apakah dia begitu buruk dalam hal itu?"Darius dan Theo juga berteman, apakah Darius
Di Vetro.Carlos membuka pintu ruangan pribadi dan melihat hanya Theo yang ada di dalam. "Bukankah bilang mau minum? Kok kamu di sini?"Theo berkata, "Ada yang ingin kutanyakan padamu. Aku nggak memanggil orang lain."Melihat ekspresi serius Theo, Carlos juga menjadi serius. "Ada apa?"Carlos agak haus, jadi dia mengambil botol dan menuangkan bir sambil bertanya. Carlos baru menyesapnya dan Theo mengeluarkan kotak beludru abu-abu entah dari mana sebelum dia bisa menelannya. Itu terlihat seperti cincin atau semacamnya."Uhuk ...." Carlos menelan terlalu cepat dan tersedak. "Mau apa kamu?"Theo memutar matanya ke arahnya. "Aku ingin melamar Kayla dan aku ingin kamu membantuku melihat apakah dia akan menyukai cincin ini."Carlos menatap cincin berlian merah muda besar itu dan nyaris bertanya kepadanya, "Apakah menurutmu ini terlihat bagus?" Akan tetapi, mereka sudah lama saling kenal dan Carlos tidak bisa berkata-kata dengan visi sialan Theo sebagai pria. Selain belajar, anak-anak kelas a
Theo melirik ke arah Carlos. Dia tidak melihat seperti apa rupa Giselle dan tidak peduli seperti apa rupanya. Tadi Theo hanya tidak tahan melihatnya, jadi dia membantunya. "Ayo pergi.""Tunggu sebentar." Giselle menghentikannya dan berkata dengan wajah bersyukur, "Tuan, terima kasih untuk sebelumnya. Tolong beri aku nomor atau alamatmu, aku akan mencuci jaket ini dan mengembalikannya kepadamu.""Nggak perlu, buang saja." Setelah mengatakan itu, Theo pergi bersama Carlos tanpa melihatnya lagi.Giselle membungkus dirinya dengan jaket Theo, memegang erat bagian depan dan menatap punggung pria itu dengan penuh syukur saat dia berjalan pergi. Meskipun mungkin pria itu hanya sekadar membantunya, Giselle tetap menyimpan kebaikan ini di dalam hatinya."Gadis tadi terlihat sangat mirip dengan Raline. Kamu nggak menyelamatkannya karena itu, 'kan?"Theo menjawab, "Nggak."Theo bahkan tidak melihat wajahnya dengan jelas.Carlos melihatnya menekan pelipisnya dari waktu ke waktu, terlihat tidak nyam
Sembari berbicara, Lilya terus melirik Celine dengan sudut mata. Sekarang, dia sangat merasa bersalah dan ingin melakukan sesuatu untuk menebus kesalahannya. Karena emosi ini, Lukas yang selalu diutamakan sejak kecil pun turun pangkat.Namun, Lukas tidak tahu apa-apa. Dia membelalakkan matanya dengan kaget sambil bertanya dengan kesal, "Bu, racun apa yang dia berikan pada Ibu sampai membuat Ibu membelanya seperti ini? Lihatlah luka di wajahku ini, ini yang namanya menguji?"Sembari berbicara, dia membungkuk untuk memperlihatkan memarnya pada Lilya. "Dia ingin membunuhku, Ibu masih membelanya."Hasan yang berada di dalam ruangan mendengar ucapan ini, dia mengerutkan kening sambil berkata, "Diam kamu, kamu itu pria, luka sekecil ini membuatmu menjerit seperti ini?"Dia menatap wajah Lukas yang dipenuhi dengan memar sambil berkata dengan nada menghina, "Dipukuli oleh wanita masih berani mengadu.""Lalu apa yang bisa lakukan? Ayah nggak mengizinkanku memukul wanita, apa lagi yang bisa kula
Percakapan macam apa ini? Carlos tidak sanggup? Masih perlu membuktikan?Revin diam-diam mengangkat sekat, dia takut Carlos akan membungkamnya. Dengar-dengar, kebanyakan pria yang kekurangan dalam hal tersebut memiliki gangguan mental, pantas saja sifat Carlos sangat aneh.Di kursi belakang, Carlos menatap Celine dengan tajam, seolah-olah ingin menggali dua lubang di tubuh Celine. "Kamu nggak puas dengan keterampilanku?"Celine berpikir sejenak sebelum menjawab dengan serius, "Delapan dari sepuluh kali kamu hanya berbaring, apa kamu pantas menanyakan hal seperti ini?""Aku hanya berbaring diam? Siapa yang meminta berhenti di tengah proses? Siapa yang pergi setelah dirinya terpuaskan?" Dia menatap Celine sambil tersenyum dingin. "Celine, semoga kelak kamu nggak nangis."Jarak hotel itu tidak jauh. Ketika mereka masih berbicara, mobil sudah berhenti.Carlos berkata, "Turun.""Untuk apa?" Celine tidak menyangka Carlos akan menggunakan alasan bertemu dengan Hasan untuk membawanya ke hotel.
Di bawah penerangan cahaya, Celine membantu Lyon merapikan celana dan Lyon pun menunduk untuk menatapnya. Jalanan yang terlihat melalui jendela di belakangnya. Terkadang, ada pejalan kaki yang lewat dengan kepala tertunduk sehingga membuat suasana di toko menjadi lebih hangat.Lyon menatap cermin berulang kali, lalu berkata dengan serius, "Bagus."Celine mengangguk. "Bayar pakai kartu atau QRIS?"Ekspresinya sangat datar, dia sama sekali tidak terlihat gembira saat ada yang memuji karyanya. Singkatnya, dia tidak tampak seperti desainer, melainkan seperti robot penghasil uang yang tidak berperasaan.Lyon tertegun sejenak, lalu berkata sambil tersenyum pasrah, "Kamu ....""Celine." Terdengar suara Carlos dari pintu.Celine menoleh ke arah datangnya suara. Carlos berdiri di bawah lampu, sosoknya yang tinggi, ekspresinya yang muram dan suaranya yang berat memancarkan suatu aura mendominasi. Celine mengerutkan kening sambil bertanya dengan acuh tak acuh, "Ada urusan apa datang ke sini?"Set
Mendengar ucapannya, Merlin membelalakkan matanya dengan kaget. Masalah ini tidak boleh dibicarakan di depan orang tuanya, sekarang, tindakan sekecil apa pun dapat menghancurkan harapan terakhirnya.Dia sudah berusaha keras selama bertahun-tahun untuk membangun citra gadis baik, tidak boleh dirusak begitu saja."Kamu masih tahu malu, nggak? Di satu sisi, kamu nggak berharap merasakan kasih sayang dari mereka, tapi di sisi lain, kamu malah mengadu. Tindakanmu ini disebut munafik."Celine mendengus dingin. Dia sama sekali tidak menyembunyikan niatnya, dia ingin memanfaatkan Keluarga Tomson untuk mencapai tujuannya. "Kalau aku nggak meminta orang lain menaklukkanmu, apa aku harus mengambil pisau dapur dan bertarung nyawa denganmu? Merlin, sadarlah, sekarang masyarakat dikendalikan oleh hukum."Merlin tercengang.Kata-kata yang dilontarkan Celine bagaikan sindiran untuk diri sendiri. Masyarakat hukum? Dia mencelakai begitu banyak orang, beraninya mengatakan masyarakat dikendalikan oleh huk
Tentu saja, Carlos tidak akan melakukan apa pun pada Celine. Baik dari segi didikan maupun karakter yang tertanam dalam dirinya, dia tidak akan melakukan hal tidak senonoh seperti memerkosa wanita.Selain itu, dia menemukan Celine bukan sengaja memprovokasinya, melainkan benar-benar tidak bereaksi terhadap sentuhannya.Kening Carlos diselimuti dengan hawa dingin, tatapannya yang tajam tertuju pada badan Celine. Pakaian Celine berantakan, leher dan lengan Celine dipenuhi dengan bekas merah. Celine pun menatapnya dengan linglung, seolah-olah baru dilecehkan secara brutal.Jelas-jelas dia tidak mengerahkan banyak tenaga, bahkan sudah mengontrol tenaganya, tetapi bekas sekecil apa pun tampak sangat mencolok di kulit putih Celine.Carlos mengatupkan bibirnya untuk menahan suatu emosi yang tak dapat diluapkan, lalu mengulurkan tangannya untuk membuka laci di samping tempat tidur. Memang benar, terdapat beberapa botol obat. Setelah beberapa saat, dia baru mengucapkan satu kalimat, "Celine, ka
Melihatnya marah, Ratna yang berada di samping pun berkata dengan getir, "Pak, Nyonya sudah tidur."Carlos hanya melirik Ratna dan langsung naik ke atas dengan galak. Saat melewati ruang tamu, dia melihat dua lembar kertas A4 di atas meja. Meskipun dia tidak melihat tulisan di atas kertas dengan jelas, dia tahu kata-kata apa yang tertera di atas kertas.Pembuluh darah di wajahnya berkedut. Dia bertanya dengan nada dingin, "Apa juga ada di meja makan? Dia meletakkan kertas itu di setiap tempat yang aku lalui?"Ratna tidak bersuara, artinya dia membenarkan dugaan Carlos.Setelah terdiam selama beberapa menit, Carlos tertawa dengan marah. Celine bertekad untuk menceraikannya?Dia bergegas ke atas dengan ekspresi dingin. Seketika, percikan api di hatinya langsung menyala saat mengetahui Celine mengunci pintu. Dia menahan amarahnya, lalu mengangkat tangannya untuk mengetuk pintu.Setelah beberapa saat, pintu terbuka. Celine menahan pintu agar Carlos tidak bisa masuk. "Ada urusan apa?"Carlo
Shanny baru sadar kamera ponselnya mengarah ke belakang orang-orang itu. Dia mengangkat ponselnya dan berjalan ke hadapan orang-orang itu dengan santai. "Astaga, kok bisa dipukuli sampai memar seperti ini, mungkin ibu kandungmu pun nggak mengenalimu lagi."Celine pun tidak bisa mengenali orang itu sebelum mendengar suara memohon yang familier. "Nona Celine, Nona Celine, kami sudah tahu salah, kami nggak seharusnya menindasmu. Tolong ampuni kami, tolong minta Paman Hasan jangan pergi mencari orang tua kami lagi."Dia membela diri dengan terisak-isak. Kalau dia masih memiliki cara lain, seorang pria dewasa sepertinya tidak akan memohon ampun di pinggir jalan. Meskipun reputasinya buruk dan dia tidak terlalu mementingkan harga diri, siapa yang akan menginjak harga diri sendiri?"Aku memang pernah memukulmu dulu, tapi kamu juga memukulku. Bisa dibilang kita hanya berselisih, bukan menindas secara sepihak. Beberapa waktu lalu kamu mematahkan satu kakiku dan aku pun nggak pergi mencarimu."S
Sepertinya suasana hati Celine sangat baik, dia meluapkan semua emosinya yang terpendam selama ini. Dia menopang dagunya sambil melebarkan senyuman di sudut bibirnya. Dari sisi mana pun, senyuman ini tampak sangat provokatif dan bibir merahnya sedikit terbuka.Melihatnya hendak mengatakan sesuatu, Carlos mengerutkan kening dan langsung menyelanya, "Diam."Dia hanya bisa berpikir bahwa Celine sengaja membuatnya kesal karena sudah dicueki selama dua tahun ini. "Dulu siapa yang bersikeras ingin menikah denganku?"Celine mengangkat kepalanya untuk meneguk habis arak di dalam gelas. Cairan dingin mengalir ke tenggorokannya dan masuk ke perutnya. Detik berikutnya, sensasi terbakar pun menyebar dari perutnya ke sepanjang pembuluh darah di tubuhnya.Perlahan-lahan muncul rona merah di kulit putihnya. Matanya berkilau, seolah-olah sedang dimasuk cinta.Melihat gelas kosong di tangan Celine, kerutan di alis Carlos menjadi makin dalam. "Apa kamu sapi? Siapa yang mengajarimu cara meminum arak?"Aw
Carlos hendak membungkuk untuk memeriksa kondisi Merlin. Mendengar ucapan ini, dia tidak tahu apakah dirinya harus melanjutkan tindakannya.Lilya yang berada di luar mendengar kebisingan dari kamar Celine. Dia mengira Celine terjatuh karena tidak leluasa bergerak, dia bergegas memasuki kamar. "Celine, ada apa?"Begitu selesai berbicara, dia langsung melihat Merlin yang terbaring diam di atas lantai. "Merlin ... kok bisa pingsan? Carlos, cepat telepon ambulans. Hasan, Hasan ...."Celine menyela teriakannya. "Dia pura-pura."Lilya berhenti berteriak, dia menatap Celine dengan kaget. "Kalau nggak percaya, tusukkan saja beberapa jarum ke tubuhnya. Kujamin dia akan melompat tinggi."Setelah dia selesai berbicara, Merlin yang berbaring di lantai mengerang pelan dan tampak sangat kesakitan. Dia memegang kepalanya sambil membuka mata. Begitu membuka mata, dia melihat sekeliling dan pada akhirnya pandangannya tertuju pada Carlos. "Kak Carlos, ada apa denganku?"Carlos tertegun.Begitu pula deng