Di Vetro.Carlos membuka pintu ruangan pribadi dan melihat hanya Theo yang ada di dalam. "Bukankah bilang mau minum? Kok kamu di sini?"Theo berkata, "Ada yang ingin kutanyakan padamu. Aku nggak memanggil orang lain."Melihat ekspresi serius Theo, Carlos juga menjadi serius. "Ada apa?"Carlos agak haus, jadi dia mengambil botol dan menuangkan bir sambil bertanya. Carlos baru menyesapnya dan Theo mengeluarkan kotak beludru abu-abu entah dari mana sebelum dia bisa menelannya. Itu terlihat seperti cincin atau semacamnya."Uhuk ...." Carlos menelan terlalu cepat dan tersedak. "Mau apa kamu?"Theo memutar matanya ke arahnya. "Aku ingin melamar Kayla dan aku ingin kamu membantuku melihat apakah dia akan menyukai cincin ini."Carlos menatap cincin berlian merah muda besar itu dan nyaris bertanya kepadanya, "Apakah menurutmu ini terlihat bagus?" Akan tetapi, mereka sudah lama saling kenal dan Carlos tidak bisa berkata-kata dengan visi sialan Theo sebagai pria. Selain belajar, anak-anak kelas a
Theo melirik ke arah Carlos. Dia tidak melihat seperti apa rupa Giselle dan tidak peduli seperti apa rupanya. Tadi Theo hanya tidak tahan melihatnya, jadi dia membantunya. "Ayo pergi.""Tunggu sebentar." Giselle menghentikannya dan berkata dengan wajah bersyukur, "Tuan, terima kasih untuk sebelumnya. Tolong beri aku nomor atau alamatmu, aku akan mencuci jaket ini dan mengembalikannya kepadamu.""Nggak perlu, buang saja." Setelah mengatakan itu, Theo pergi bersama Carlos tanpa melihatnya lagi.Giselle membungkus dirinya dengan jaket Theo, memegang erat bagian depan dan menatap punggung pria itu dengan penuh syukur saat dia berjalan pergi. Meskipun mungkin pria itu hanya sekadar membantunya, Giselle tetap menyimpan kebaikan ini di dalam hatinya."Gadis tadi terlihat sangat mirip dengan Raline. Kamu nggak menyelamatkannya karena itu, 'kan?"Theo menjawab, "Nggak."Theo bahkan tidak melihat wajahnya dengan jelas.Carlos melihatnya menekan pelipisnya dari waktu ke waktu, terlihat tidak nyam
Theo yang baru saja bilang ingin menghormati pilihan Kayla menjadi sangat cemas hingga dia ingin memasangkan cincin di jarinya, tapi detik berikutnya, raut wajahnya membeku.Theo menyentuh tubuhnya lagi dengan tidak percaya. Memang benar cincin pertunangannya telah hilang.Saat keluar pada sore hari, Theo telah memeriksa dengan jelas dan memastikan dia telah membawanya, tetapi sekarang anehnya hilang.Suasana di dalam restoran tiba-tiba menjadi hening dan semua orang yang siap bertepuk tangan menunjukkan raut wajah bingung setelah melihat adegan ini.Davin bertanya, "Dia nggak lupa membawa cincinnya, 'kan?"Carlos tidak mengatakan apa-apa. Theo telah menjadi siswa terbaik sejak kecil. Langit menutupi kekurangan EQ-nya dengan IQ-nya. Walaupun dia pelupa, tetap saja dia tidak akan melakukan kesalahan kecil seperti melamar tanpa cincin dan ingatannya memburuk tidak hanya sekali atau dua kali.Terakhir kali saat membuat janji dengannya untuk mengambil sesuatu dari Mal Shimery, Theo malah m
Wanita di depan adalah Giselle yang mengenakan seragam perawat rumah sakit. Dia tidak terlalu cantik, tetapi bisa dianggap awet muda. "Kamu nggak mengenaliku?"Giselle tidak menyangka akan bertemu Theo di sini. Dia khawatir tentang bagaimana mengembalikan pakaian itu kepadanya. Setelah bertanya, dia menyadari dirinya telah mengajukan pertanyaan bodoh. Malam itu wajahnya sangat bengkak sampai ibunya nyaris tidak mengenalinya saat pulang. "Kamulah yang menyelamatkanku malam itu di tempat parkir bawah tanah Vetro.""Ya." Theo mengangguk dan tidak melanjutkan pembicaraan. Itu hanya kebetulan dan masalah kecil.Giselle berkata, "Aku sudah mencuci jaketmu, tapi hari ini aku pergi bekerja dan nggak bawa. Bagaimana kalau kamu berikan alamatmu padaku dan besok aku akan mengirimkannya kepadamu?"Tak seorang pun yang berstatus suka meninggalkan informasi kontaknya kepada orang asing.Giselle tidak tahu merek pakaian itu, tetapi dia tahu jaket itu mahal dan dalam kondisi sangat baru hanya dengan m
Kayla sudah bisa membayangkan kalau dia setuju untuk membiarkan Theo merawatnya, sifat buruk Bella pasti membuatnya jungkir balik.Saat pria sedang jatuh cinta, mereka bilang akan merawatmu. Akan tetapi, saat tidak menyukaimu, kamulah yang membesarkanmu. Kalau kamu tidak punya uang, setiap suapan makanan yang kamu makan berasal dari pihak pria.Dalam kata-kata Bella, pria itu bajingan. Kamu tidak boleh memberinya terlalu banyak keuntungan. Kalau memberinya terlalu banyak, alhasil pasti akan aneh kalau tidak memberinya dan harus bergantung padamu.Kamu tinggal di rumah setiap hari, matamu selalu mengikutinya dan dia satu-satunya orang di dalam lingkaran sosialmu. Dia bisa melihatmu kapan saja dia mau. Begitu hal baru itu hilang, kamu akan seperti butiran beras yang menempel di pakaian dan tidak sabar untuk segera menyingkirkanmu. Kalau bertemu dengan maniak kebersihan, mereka pasti ingin membuang pakaian yang ada bekasmu itu.Kayla memutar matanya dengan marah. "Mana mungkin cincin itu
Saat Kayla mendengar ini, reaksi pertamanya adalah dari mana si tukang penghambur uang itu dan kedua adalah mengapa suaranya terdengar sangat mirip dengan Theo?Dia menoleh dan orang yang berdiri di belakangnya memang Theo. "Kapan kamu masuk?"Theo menjawab, "Barusan."Berjalan dari pintu masuk, apa yang Theo dengar sudah cukup baginya untuk mengetahui garis besar apa yang terjadi.Karyawan toko melihat kartu hitam yang diserahkan kepadanya dan tersenyum cerah saat hendak mengambilnya. Kayla bergerak lebih cepat darinya dan langsung mengambil kembali kartu itu. "Ayo kita lihat-lihat lagi. Aku merasa kotor dan takut tertular penyakit."Wajah Nona Lusi langsung menjadi muram. "Apa maksud ucapanmu itu?"Kayla berkata, "Bukankah kamu yang mengatakan ini? Maksudku adalah apa yang kamu maksud.""Kamu ...." Nona Lusi melirik ke arah Theo dan tidak peduli seberapa besar kemarahan yang dia rasakan, dia hanya bisa menahannya di dalam hatinya. "Ka ... kalian akan segera menikah?"Theo menatap ora
Livia berdiri dan berkata, "Kairi, saat itu kamu cuma seorang yatim piatu yang nggak diinginkan siapa pun. Aku bisa mengangkatmu, juga bisa ... menggantikanmu."Livia menyukai Kairi sejak pertama kali melihatnya. Setelah bertahun-tahun, dia tidak pernah mengira suatu hari dia akan bisa mengatakan kata-kata menohok seperti itu kepadanya.Livia tidak menduganya, sama halnya dengan Kairi.Dia menatap Livia yang menunjukkan ketidakpedulian pada sorot matanya. Wanita itu meliriknya dengan merendahkan sebelum berbalik dan pergi.Melihat Theo dan Kayla yang duduk di meja di belakangnya, rasa malu melintas di wajah Livia. Awalnya dia ingin mengucapkan beberapa kata sopan untuk lebih dekat dengan pengusaha kaya, tetapi sekarang dia benar-benar sedang tidak mood. Oleh karena itu, dia hanya mengangguk sebagai salam.Setelah Livia pergi, Kairi tidak lagi ingin makan, jadi dia membayar tagihannya dan pergi.Kayla memikirkan hubungan antara Nathan dan Livia dan bertanya, "Itu mantan pacar Nona Livia
Menyadari apa yang dia katakan, Bella tiba-tiba kehilangan suaranya. Setelah beberapa detik, dia berkata dengan marah, "Kenapa kamu menelepon?"Darius berkata, "Malam ini, ayo kita makan malam bersama.""Oh, makan malam. Kalau begitu aku lihat daftar reservasi dulu, antre saja di ....""Lupakan saja. Karena kita harus mengantre, aku akan mengajak Alden. Kebetulan dia bilang ingin bicara denganku beberapa hari yang lalu ...."Begitu Darius menyebutkan adik sialannya, Bella langsung kesal. Kejahatan macam apa yang telah dia lakukan di kehidupan sebelumnya hingga bertemu dengan Alden yang menyebalkan itu, tetapi juga anak kesayangan ibunya dan membuatnya menderita?Bella menyela Darius, "Apa katamu? Mengantre itu untuk orang lain. Kamu itu pacarku, mana mungkin bisa disamakan dengan orang luar? Malam ini kita akan makan bersama. Mau makan apa? Makanan barat? Makanan lokal? Makanan asing ...."Bella sangat marah hingga menggertakkan giginya, tetapi itu sama sekali tidak memengaruhi suarany
Sembari berbicara, Lilya terus melirik Celine dengan sudut mata. Sekarang, dia sangat merasa bersalah dan ingin melakukan sesuatu untuk menebus kesalahannya. Karena emosi ini, Lukas yang selalu diutamakan sejak kecil pun turun pangkat.Namun, Lukas tidak tahu apa-apa. Dia membelalakkan matanya dengan kaget sambil bertanya dengan kesal, "Bu, racun apa yang dia berikan pada Ibu sampai membuat Ibu membelanya seperti ini? Lihatlah luka di wajahku ini, ini yang namanya menguji?"Sembari berbicara, dia membungkuk untuk memperlihatkan memarnya pada Lilya. "Dia ingin membunuhku, Ibu masih membelanya."Hasan yang berada di dalam ruangan mendengar ucapan ini, dia mengerutkan kening sambil berkata, "Diam kamu, kamu itu pria, luka sekecil ini membuatmu menjerit seperti ini?"Dia menatap wajah Lukas yang dipenuhi dengan memar sambil berkata dengan nada menghina, "Dipukuli oleh wanita masih berani mengadu.""Lalu apa yang bisa lakukan? Ayah nggak mengizinkanku memukul wanita, apa lagi yang bisa kula
Percakapan macam apa ini? Carlos tidak sanggup? Masih perlu membuktikan?Revin diam-diam mengangkat sekat, dia takut Carlos akan membungkamnya. Dengar-dengar, kebanyakan pria yang kekurangan dalam hal tersebut memiliki gangguan mental, pantas saja sifat Carlos sangat aneh.Di kursi belakang, Carlos menatap Celine dengan tajam, seolah-olah ingin menggali dua lubang di tubuh Celine. "Kamu nggak puas dengan keterampilanku?"Celine berpikir sejenak sebelum menjawab dengan serius, "Delapan dari sepuluh kali kamu hanya berbaring, apa kamu pantas menanyakan hal seperti ini?""Aku hanya berbaring diam? Siapa yang meminta berhenti di tengah proses? Siapa yang pergi setelah dirinya terpuaskan?" Dia menatap Celine sambil tersenyum dingin. "Celine, semoga kelak kamu nggak nangis."Jarak hotel itu tidak jauh. Ketika mereka masih berbicara, mobil sudah berhenti.Carlos berkata, "Turun.""Untuk apa?" Celine tidak menyangka Carlos akan menggunakan alasan bertemu dengan Hasan untuk membawanya ke hotel.
Di bawah penerangan cahaya, Celine membantu Lyon merapikan celana dan Lyon pun menunduk untuk menatapnya. Jalanan yang terlihat melalui jendela di belakangnya. Terkadang, ada pejalan kaki yang lewat dengan kepala tertunduk sehingga membuat suasana di toko menjadi lebih hangat.Lyon menatap cermin berulang kali, lalu berkata dengan serius, "Bagus."Celine mengangguk. "Bayar pakai kartu atau QRIS?"Ekspresinya sangat datar, dia sama sekali tidak terlihat gembira saat ada yang memuji karyanya. Singkatnya, dia tidak tampak seperti desainer, melainkan seperti robot penghasil uang yang tidak berperasaan.Lyon tertegun sejenak, lalu berkata sambil tersenyum pasrah, "Kamu ....""Celine." Terdengar suara Carlos dari pintu.Celine menoleh ke arah datangnya suara. Carlos berdiri di bawah lampu, sosoknya yang tinggi, ekspresinya yang muram dan suaranya yang berat memancarkan suatu aura mendominasi. Celine mengerutkan kening sambil bertanya dengan acuh tak acuh, "Ada urusan apa datang ke sini?"Set
Mendengar ucapannya, Merlin membelalakkan matanya dengan kaget. Masalah ini tidak boleh dibicarakan di depan orang tuanya, sekarang, tindakan sekecil apa pun dapat menghancurkan harapan terakhirnya.Dia sudah berusaha keras selama bertahun-tahun untuk membangun citra gadis baik, tidak boleh dirusak begitu saja."Kamu masih tahu malu, nggak? Di satu sisi, kamu nggak berharap merasakan kasih sayang dari mereka, tapi di sisi lain, kamu malah mengadu. Tindakanmu ini disebut munafik."Celine mendengus dingin. Dia sama sekali tidak menyembunyikan niatnya, dia ingin memanfaatkan Keluarga Tomson untuk mencapai tujuannya. "Kalau aku nggak meminta orang lain menaklukkanmu, apa aku harus mengambil pisau dapur dan bertarung nyawa denganmu? Merlin, sadarlah, sekarang masyarakat dikendalikan oleh hukum."Merlin tercengang.Kata-kata yang dilontarkan Celine bagaikan sindiran untuk diri sendiri. Masyarakat hukum? Dia mencelakai begitu banyak orang, beraninya mengatakan masyarakat dikendalikan oleh huk
Tentu saja, Carlos tidak akan melakukan apa pun pada Celine. Baik dari segi didikan maupun karakter yang tertanam dalam dirinya, dia tidak akan melakukan hal tidak senonoh seperti memerkosa wanita.Selain itu, dia menemukan Celine bukan sengaja memprovokasinya, melainkan benar-benar tidak bereaksi terhadap sentuhannya.Kening Carlos diselimuti dengan hawa dingin, tatapannya yang tajam tertuju pada badan Celine. Pakaian Celine berantakan, leher dan lengan Celine dipenuhi dengan bekas merah. Celine pun menatapnya dengan linglung, seolah-olah baru dilecehkan secara brutal.Jelas-jelas dia tidak mengerahkan banyak tenaga, bahkan sudah mengontrol tenaganya, tetapi bekas sekecil apa pun tampak sangat mencolok di kulit putih Celine.Carlos mengatupkan bibirnya untuk menahan suatu emosi yang tak dapat diluapkan, lalu mengulurkan tangannya untuk membuka laci di samping tempat tidur. Memang benar, terdapat beberapa botol obat. Setelah beberapa saat, dia baru mengucapkan satu kalimat, "Celine, ka
Melihatnya marah, Ratna yang berada di samping pun berkata dengan getir, "Pak, Nyonya sudah tidur."Carlos hanya melirik Ratna dan langsung naik ke atas dengan galak. Saat melewati ruang tamu, dia melihat dua lembar kertas A4 di atas meja. Meskipun dia tidak melihat tulisan di atas kertas dengan jelas, dia tahu kata-kata apa yang tertera di atas kertas.Pembuluh darah di wajahnya berkedut. Dia bertanya dengan nada dingin, "Apa juga ada di meja makan? Dia meletakkan kertas itu di setiap tempat yang aku lalui?"Ratna tidak bersuara, artinya dia membenarkan dugaan Carlos.Setelah terdiam selama beberapa menit, Carlos tertawa dengan marah. Celine bertekad untuk menceraikannya?Dia bergegas ke atas dengan ekspresi dingin. Seketika, percikan api di hatinya langsung menyala saat mengetahui Celine mengunci pintu. Dia menahan amarahnya, lalu mengangkat tangannya untuk mengetuk pintu.Setelah beberapa saat, pintu terbuka. Celine menahan pintu agar Carlos tidak bisa masuk. "Ada urusan apa?"Carlo
Shanny baru sadar kamera ponselnya mengarah ke belakang orang-orang itu. Dia mengangkat ponselnya dan berjalan ke hadapan orang-orang itu dengan santai. "Astaga, kok bisa dipukuli sampai memar seperti ini, mungkin ibu kandungmu pun nggak mengenalimu lagi."Celine pun tidak bisa mengenali orang itu sebelum mendengar suara memohon yang familier. "Nona Celine, Nona Celine, kami sudah tahu salah, kami nggak seharusnya menindasmu. Tolong ampuni kami, tolong minta Paman Hasan jangan pergi mencari orang tua kami lagi."Dia membela diri dengan terisak-isak. Kalau dia masih memiliki cara lain, seorang pria dewasa sepertinya tidak akan memohon ampun di pinggir jalan. Meskipun reputasinya buruk dan dia tidak terlalu mementingkan harga diri, siapa yang akan menginjak harga diri sendiri?"Aku memang pernah memukulmu dulu, tapi kamu juga memukulku. Bisa dibilang kita hanya berselisih, bukan menindas secara sepihak. Beberapa waktu lalu kamu mematahkan satu kakiku dan aku pun nggak pergi mencarimu."S
Sepertinya suasana hati Celine sangat baik, dia meluapkan semua emosinya yang terpendam selama ini. Dia menopang dagunya sambil melebarkan senyuman di sudut bibirnya. Dari sisi mana pun, senyuman ini tampak sangat provokatif dan bibir merahnya sedikit terbuka.Melihatnya hendak mengatakan sesuatu, Carlos mengerutkan kening dan langsung menyelanya, "Diam."Dia hanya bisa berpikir bahwa Celine sengaja membuatnya kesal karena sudah dicueki selama dua tahun ini. "Dulu siapa yang bersikeras ingin menikah denganku?"Celine mengangkat kepalanya untuk meneguk habis arak di dalam gelas. Cairan dingin mengalir ke tenggorokannya dan masuk ke perutnya. Detik berikutnya, sensasi terbakar pun menyebar dari perutnya ke sepanjang pembuluh darah di tubuhnya.Perlahan-lahan muncul rona merah di kulit putihnya. Matanya berkilau, seolah-olah sedang dimasuk cinta.Melihat gelas kosong di tangan Celine, kerutan di alis Carlos menjadi makin dalam. "Apa kamu sapi? Siapa yang mengajarimu cara meminum arak?"Aw
Carlos hendak membungkuk untuk memeriksa kondisi Merlin. Mendengar ucapan ini, dia tidak tahu apakah dirinya harus melanjutkan tindakannya.Lilya yang berada di luar mendengar kebisingan dari kamar Celine. Dia mengira Celine terjatuh karena tidak leluasa bergerak, dia bergegas memasuki kamar. "Celine, ada apa?"Begitu selesai berbicara, dia langsung melihat Merlin yang terbaring diam di atas lantai. "Merlin ... kok bisa pingsan? Carlos, cepat telepon ambulans. Hasan, Hasan ...."Celine menyela teriakannya. "Dia pura-pura."Lilya berhenti berteriak, dia menatap Celine dengan kaget. "Kalau nggak percaya, tusukkan saja beberapa jarum ke tubuhnya. Kujamin dia akan melompat tinggi."Setelah dia selesai berbicara, Merlin yang berbaring di lantai mengerang pelan dan tampak sangat kesakitan. Dia memegang kepalanya sambil membuka mata. Begitu membuka mata, dia melihat sekeliling dan pada akhirnya pandangannya tertuju pada Carlos. "Kak Carlos, ada apa denganku?"Carlos tertegun.Begitu pula deng