Jefri berjalan pergi dengan marah.Daris menatap Jefri yang tampak keras kepala itu sambil menghela napas tak berdaya.Tuan Muda Jefri memang selalu mencampakkan orang lain, tetapi tidak ada yang berani mencampakkannya.Semua orang di Kota Aster mengatakan bahwa Tuan Muda Jefri dari Keluarga Lionel lebih dingin dan tidak berperasaan dibandingkan dengan tuan muda keduanya.Jefri memang tidak pernah memperlakukan wanita dengan tulus. Dia tidak pernah menjalin hubungan yang serius. Baginya, wanita itu bisa digonta-ganti selayaknya pakaian.Menurut Daris, Tuan Muda Jefri sering berganti wanita karena tidak ada yang benar-benar bisa menyentuh hatinya.Jefri memiliki uang, waktu luang, bakat dan ketampanan. Jika dia melakukan kesalahan, Keluarga Lionel tetap akan membelanya.Tentu saja basis finansial sekuat itu membuat Jefri merasa dia berhak bersenang-senang.Jika suatu saat nanti dia bertemu dengan orang yang benar-benar dia sukai, dia pasti akan menemui jalan buntu.Hidup itu bagaikan ro
Lama sekali Daris hanya tertegun sampai Dokter Dinda di sebelahnya berkata, "Oh, ternyata Tuan Daris sudah punya pacar."Barulah saat itu Daris tersadar kembali dari lamunannya. "Eh, bukan, bukan dia bukan pacarku! Dia itu ....""Nggak masalah kok, aku nggak akan kasih tahu Direktur. Aku akan menjaga rahasia ini," sela Dokter Dinda sambil tersenyum dan mengibaskan tangannya.Setelah itu, Dokter Dinda pun berbalik dan berjalan pergi tanpa memberi kesempatan pada Daris untuk menjelaskan.Ekspresi Daris langsung berubah menjadi marah, sementara si pembuat onar malah tertawa terbahak-bahak."Ahahaha! Ternyata memang nggak ada kata terlambat buat balas dendam! Akhirnya kesempatan bagus ini datang juga!""Bagus apanya, sialan!"Daris balas memaki dengan marah, lalu menendang Sam hingga terjatuh ke atas lantai.Dia ingin menghajar Sam habis-habisan, tetapi tangannya sulit digerakkan karena diborgol."Di mana kuncinya?""Sudah kubuang ke toilet!"Wah, sialan!Daris marah sekali, dia hendak men
Sementara itu, Jefri sedang duduk di bar sambil minum-minum. Setelah membaca pesan dari Daris, dia pun menjawab, "Aku nggak mau ikut."Jefri masih marah sekali dengan Sara, jadi dia tidak mau menemui Sara dan melihat wajah wanita itu!Setelah mengirimkan pesan balasannya, Jefri meletakkan ponselnya. Dia mengambil gelas berisikan wiski merek Macallan Blue Diamond, lalu langsung menenggaknya sampai habis."Satu gelas lagi."Dia mengetuk meja bar dengan jarinya. Si bartender segera mencampur minuman yang Jefri pesan dan menyerahkannya kepada Jefri.Jefri mengambil gelas itu, lalu menyesap isinya dengan anggun. Tiba-tiba, ponsel yang berada di sebelahnya pun bergetar lagi ....Jefri mengira Daris mengirimkan pesan untuk memintanya ke klub, jadi Jefri mengambil ponselnya dan memeriksanya."Bajunya baru beli."Ternyata yang mengirimkan pesan WhatsApp adalah Jihan. Pria itu mengirim sebuah foto yang disertai dengan keterangan.Jefri pun mengklik foto itu, lalu memperbesar tampilannya di layar
Begitu terpikirkan akan hal itu, Wina mengambil majalah mode di sebelahnya dan menyodorkannya kepada Jihan sambil menunjuk gaya salah seorang selebriti pria di majalah tersebut."Sayang, gimana kalau model rambutmu diubah jadi kayak gini?"Begitu melihat rambut selebriti pria yang dicat abu-abu keperakan itu, Jihan yang sedang mengetik dengan ekspresi dingin itu langsung ketakutan. Jari-jemarinya bahkan sampai gemetar.Namun ... apa bisa dia menolak?"Kenapa, Sayang? Nggak suka?"Jihan menengadah menatap Wina. Sorot tatapannya terlihat sangat tidak senang, tetapi ekspresinya tampak datar dan biasa saja."Suka kok.""Kalau gitu, kita ganti modelnya sekarang, yuk!"Rasanya jantung Jihan seolah berhenti selama sepersekian detik. Namun, Jihan memutar otaknya dengan cepat dan langsung membuat alasan."Sayang, nanti 'kan kita mau ke kasino? Tampilan kayak gitu nggak cocok."Ada beberapa teman-teman kaya Jihan lainnya yang juga sedang berlibur di Laminos.Setelah melihatnya unggahan Jihan di
Deretan mobil mewah kelas atas terparkir di pintu masuk kasino termewah di kota yang tak pernah tidur itu.Para pengawal segera keluar dari mobil dan membuka pintu mobil Cayenne hitam yang berada di paling depan.Seorang pria berkacamata berbingkai emas keluar dari mobil sambil menuntun seorang wanita bergaun perak.Begitu melihat pasangan yang tampak memukau itu, si penjaga pintu yang berjaga di pintu masuk kasino langsung terlihat berbinar.Dia sudah lama bekerja di sini dan ini pertama kalinya dia melihat orang yang begitu menarik perhatian. Dia langsung tahu pakaian kedua sejoli itu adalah barang bermerek.Ditambah lagi, pria dengan tampilan "bajingan yang manis" itu membawa serombongan pengawal. Sederet mobil mewah yang mengiringi kedatangan mereka juga tampak memukau.Si penjaga pintu segera membungkuk dan melangkah maju untuk menyambut pasangan itu. Dia ingin mengucapkan beberapa kata sanjungan agar mendapatkan tip yang lebih besar, tetapi dia melihat si bos kasino berjalan kelu
Setelah Wina dituntun ke area sofa oleh Jihan dan duduk, dia pun berbisik di telinga Jihan, "Sayang, besok warna rambutmu dibalikin kayak semula saja."Meskipun dia sangat menyukai warna rambut ini, dia tidak ingin melihat Jihan diejek oleh teman-temannya. Wina tahu mereka tidak bermaksud jahat, tetapi tetap saja dia merasa tidak enak hati.Jihan mengambil sebotol anggur merah dari tangan pelayan dan melirik Wina. "Apa kalau gitu kesepakatan kita masih berlaku?"Tidak peduli apa warna rambutnya. Jihan tidak rela "membatalkan" kebahagiaannya karena bisa melakukannya dengan Wina sebanyak dua kali berturut-turut di malam hari.Wina meletakkan satu tangannya di lutut dan memegang dagunya. Setelah berpikir sejenak, dia menunjuk ke arah meja permainan dan bertanya, "Kamu bisa main?"Sorot tatapan Jihan dengan jelas mengatakan bahwa "suamimu tahu segalanya", tetapi dia menggelengkan kepalanya. "Nggak."Wina langsung tersenyum cerah dan berkata, "Kalau gitu, kesepakatan awal masih berlaku. Sel
"Hmph! Mengesalkan!"Farrel mendengus dan mengetuk meja, lalu meminta bandar bekerja.Setelah bandar meletakkan kartunya, dia menjentikkan kartu tersebut dengan jarinya yang lentik. Satu per satu kartu itu pun terhampar di atas meja.Farrel meletakkan kartu-kartu itu di atas strip, lalu membagikan dua kartu kepada para pemain di atas meja.Sebagai bandar, dia juga membagikan dua kartu tambahan. Yang satu ditutup, sementara yang satu lagi dibuka. Keempat pemain lainnya langsung membuka kartu masing-masing.Wina membaca buku panduan permainan dengan saksama. Dia jadi tahu secara garis besar bagaimana bermain BlackJack.Aturan mainnya sebenarnya sangat sederhana. Kartu As bisa dianggap 1 atau 11 poin, sedangkan kartu J, Q dan K adalah 10 poin. Sisanya 2-10 poin adalah angka pada kartu itu sendiri.Setiap pemain pertama-tama akan mendapatkan 2 kartu. Jika jumlah kartu pemain belum mendekati 21 poin, dia dapat terus meminta kartu kepada bandar. Ketika poin pemain mencapai 21 poin atau mende
Wah, dasar licik! Benar-benar kurang ajar!Jelas-jelas Jihan tahu aturan mainnya, tetapi pria itu malah berpura-pura tidak paham!Semoga semua dewa kemalangan memberkati Jihan sehingga kartu keempatnya senilai 10 poin atau lebih dan dia akan kalah!Farrel yang harus bertanya kepada tiga pemain lainnya apa mereka menginginkan kartu pun menatap Jihan. "Kenapa kamu terburu-buru? Tunggu saja satu putaran."Setelah Farrel menanyakan beberapa pemuda itu satu per satu, dia menambahkan kartu ketiga kepada mereka dan dirinya sendiri, lalu memberikan kartu keempat kepada Jihan.Jihan merangkul pinggang Wina, lalu menundukkan kepalanya dan mencium pipi Wina di hadapan semua orang. "Sayang, buka kartunya."Farrel yang selama ini melajang pun menjadi sangat kesal. Dia membuang sebuah kait yang dia pegang sambil menggerutu, "Ya, ya, kamu mau berapa? Sebut saja nominalnya, akan langsung kukasih. Silakan ambil dan cepat bawa pulang sana dengan istrimu."Tiga pemain lainnya tidak tahan lagi dan menggeb
Lama sekali Jodie hanya tertegun setelah menerima berita kematian Wina, tetapi akhirnya bergegas dan mengantar kepergian Wina ke tempat peristirahatan terakhirnya. Setelah semua orang meninggalkan pemakaman, Jodie mengelus batu nisan Wina dengan penuh rindu."Wina."Jodie perlahan berjongkok sambil bertopang pada batu nisan Wina dan menatap wajah Wina dalam foto dengan matanya yang sudah menua ...."Nggak disangka, ya?""Ternyata begitu aku jatuh cinta, rasa cintaku bisa bertahan selama ini," gumam Jodie sambil mengangkat alisnya. "Aku saja nggak tahu kalau aku ternyata tipe orang yang sepenyayang ini."Jodie menatap foto itu dan tersenyum. "Sampai-sampai ... aku merasa nggak ada satu wanita lain pun yang menarik perhatianku. Tuh Wina, aku nggak kalah dari Jihan, 'kan?"Namun, yang menjawab Jodie adalah bunyi kepak sayap burung yang terbang di pemakaman. Setelah semua binatang itu pergi, yang tersisa hanyalah keheningan. Sama heningnya seperti rasa cinta yang selama ini Jodie pendam da
Sebelum kehidupan Wina berakhir, yang terlintas di benaknya adalah rasa cinta yang Jihan sembunyikan selama lima tahun itu ....Saat membalikkan tubuhnya dan bangun, Wina bisa melihat tubuhnya dipeluk dengan erat oleh sepasang lengan yang kuat dan bertenaga. Jika itu bukan cinta, lantas apa ....Wina juga bisa melihat suasana makan di akhir pekan itu dengan jelas. Jihan yang duduk di depannya sesekali melirik Wina melalui ekor matanya. Jika itu bukan karena Jihan sudah lama menyukainya waktu, lantas apa ....Apalagi setelah Jihan selesai melakukannya. Dia akan menggendong dan membiarkan Wina berbaring tengkurap, lalu mengusap-usap punggung Wina untuk menidurkannya seperti anak kecil ....Rasa cinta Jihan terwujud dalam hal-hal kecil. Mungkin sekilas tidak terlihat jelas cinta macam apa itu dan hanya Jihan sendiri yang tahu betapa dia menyayangi dan mencintai Wina ....Mata Wina tidak bisa lagi terbuka, rasanya jiwanya tersedot keluar. Dia tidak punya tenaga lagi untuk bangkit, dia juga
Wina mengelus bagian belakang kepala Delwyn, ekspresinya terlihat sangat tenang seolah-olah dia sudah berdamai dengan kenyataan. "Kapan kamu akan menikah?"Tubuh Delwyn sontak menegang, air mata menggenangi pelupuk matanya. Dia pun perlahan menengadah dan melepaskan Wina. "Ibu ... aku ... aku belum bertemu dengan gadis yang kusuka."Wina bisa melihat pantulan dirinya dari bola mata Delwyn, jadi dia menyentuh wajah putranya. "Kamu lihat sendiri betapa menderitanya ibumu tetap bertahan hidup. Masa kamu nggak mau membiarkan Ibu menyusul ayahmu?"Sewaktu kecil Delwyn dikekang oleh orang tuanya, tetapi sekarang setelah besar, giliran dia yang mengekang orang tuanya. Karena hanya pengekangan ini saja yang bisa mencegah Delwyn menjadi yatim piatu. Jadi ... biarkan Delwyn menjadi egois untuk kali ini saja ....Delwyn meraih lengan Wina dan memohon, "Ibu, tolong tunggu sebentar lagi. Aku akan menemukan gadis yang kusuka dan menikahinya, oke?"Wina tidak tega menyakiti hati putranya, jadi dia me
Demi putranya, Wina sama sekali tidak mengikuti Jihan. Namun, rambut Wina mendadak beruban dalam satu malam dan wajahnya seolah menua sepuluh tahun. Kerutannya sontak tampak lebih kentara, tatapan matanya selalu terlihat kosong.Di depan makam Jihan, Wina meminta Jihan untuk menunggunya. Sekarang Wina sudah punya anak, jadi dia tidak bisa melakukan sesuatu dengan asal. Nanti setelah putra mereka menikah, barulah Wina akan pergi menyusul Jihan. Jika Jihan ternyata tidak menunggunya, Wina akan menarik kembali janjinya tentang kehidupan selanjutnya sehingga mereka tidak akan pernah bertemu lagi ....Wina tidak menghadiri pemakaman Jihan. Itu sebabnya dia akhirnya terbangun, lalu berjalan ke makam Jihan dengan tubuh yang terhuyung-huyung. Tidak ada yang tahu tentang apa yang Wina katakan kepada Jihan, selain Delwyn yang memapah ibunya untuk menemui ayahnya ....Malam itu, Wina tiba-tiba pingsan di salju dan segera dibawa ke rumah sakit untuk diberikan pertolongan pertama. Wina baru sadar s
Bulu mata Wina tampak bergetar. Dia mengangkat matanya yang terkesan kosong dan menatap ke kejauhan. "Nggak, aku nggak akan ke mana-mana. Kami akan tetap di sini sampai aku ikut mati beku. Nggak akan ada yang bisa memisahkan kami."Semua orang sontak merasa tercekat. Mereka semua bergegas membujuk Wina agar jangan melakukan hal bodoh, tetapi Wina tidak mengacuhkan semua omongan mereka. Dia hanya duduk diam di sana sambil memeluk Jihan, menunggu ajal menjemputnya.Delwyn akhirnya menggenggam tangan Wina dengan erat sehingga pandangan Wina beralih kepadanya. "Ibu, aku tahu betapa Ibu mencintai Ayah dan Ibu pasti sulit menerima kenyataan ini, tapi tolong jangan lakukan hal bodoh. Aku sudah kehilangan Ayah dan aku nggak bisa kalau harus kehilangan Ibu juga ...."Suara putranya membuat Wina akhirnya perlahan menatap Delwyn. Wina menyentuh wajah Delwyn yang tampak begitu mirip dengan Jihan, lalu tersenyum kecil dengan senang ...."Ibu sudah lama mempersiapkan diri untuk kematian ayahmu. Kare
Air mata Wina pun mendadak mengalir turun. Tidak ada tangisan yang memilukan hati, hanya keheningan dan bibir Wina yang terbuka. Wina ingin mengatakan sesuatu, tetapi sepertinya dia sudah mengatakan semua yang ingin dia katakan kepada Jihan. Pada akhirnya, Wina hanya menurunkan pandangannya menatap wajah Jihan yang sudah pucat itu ...."Bodoh. Mau seberapa banyak pun darahmu mengalir keluar, kamu tetap suamiku. Mana mungkin aku takut? Aku nggak takut. Kenapa kamu malah pergi ke tempat seperti ini sendirian?"Yang membuat Wina merasa begitu getir adalah karena dia tidak sempat berpamitan untuk terakhir kalinya. Namun, Jihan sama sekali tidak memikirkan rasa penyesalan Wina dan fokus ingin menyembunyikan kondisinya dari Wina ....Lantas, bagaimana jika ... Wina tidak mengenali tiruan Jihan? Apa itu berarti Wina tidak akan pernah menemukan tubuh Jihan? Apa itu berarti Jihan akan selamanya terkubur beku di bawah salju ....Jihan sudah mempersiapkan segala sesuatunya sebelum ajal menjemputn
Saat Delwyn meraih tangan Jihan dengan gemetar, Wina sontak menengadah seolah mendapatkan firasat. Dia melihat ke arah Delwyn sekilas, lalu bergegas merangkak menghampiri putranya dengan rambut acak-acakan seperti orang gila.Wina tetap tidak menangis. Dia bahkan menyentuh tangan yang kaku dan putih membeku itu dengan tatapan tegas, lalu menurunkan pandangannya yang bergetar dan menggali salju yang menutupi tubuh Jihan dengan tangannya yang sudah berdarah.Salju yang menumpuk di gunung lebih dalam, setiap lapisannya mengubur Jihan. Wina berusaha dengan sekuat tenaga untuk mengeluarkan suaminya dari dalam salju, lalu akhirnya melihat wajah Jihan yang berlumuran darah. Tidak ada rona kemerahan apa pun di wajah yang tampan itu, hanya ada noda darah dan salju yang menghiasi ....Delwyn menatap sosok ayahnya dengan tidak percaya. Dia pun jatuh terduduk, hatinya terasa remuk redam. Langit seolah mendadak runtuh dan hanya ada kegelapan tak berujung yang menyelimuti ...."Delwyn.""Tolong Ibu,
Wina yang sedang mencari ke mana-mana sontak berhenti melangkah, rasanya dia seperti mendengar ada yang memanggil namanya. Wina pun menoleh dengan tatapan kosong, tetapi terlihat jelas hanya ada dia di sini.Wina berdiri dalam diam, lalu memegangi dadanya yang berdetak dengan begitu kuat. Tiba-tiba, hatinya terasa tersayat seolah-olah dia akan kehilangan sesuatu. Saking sakitnya, Wina sampai membungkukkan tubuhnya. Akan tetapi, rasa sakit itu tidak kunjung hilang ....Firasatnya mengatakan bahwa sesuatu terjadi pada Jihan. Di saat Wina ingin kembali mencari Jihan, tiba-tiba sosok Jihan yang tampan muncul di hadapannya sambil membawa sebuket mawar."Sayang, kok kamu di sini? 'Kan sudah kubilang tunggu aku?"Begitu melihat Jihan tampak baik-baik saja, jantung Wina yang semula berdegap kencang mendadak menjadi tenang kembali.Wina langsung melempar payungnya dan melompat memeluk Jihan dengan gembira.Wina menghela napas lega saat merasakan hangat tubuh dan napas Jihan."Sayang, kamu tahu
Saat melihat Jihan berdiri sempoyongan dan mengerahkan sedikit tenaga untuk melambaikan tangannya, Jefri akhirnya tidak tahan lagi. Dia menggertakkan gigi dan berlari secepat mungkin ke dasar Gunung Kiron ...."Kak Jihan, aku panggil dokter dulu, terus menyuruh robot itu naik gunung dan baru setelah itu aku akan menjemputmu! Kakak berdiri saja di sana dan tunggu aku, ya! Aku akan segera kembali!"Jalan gunung di malam hari memang tidak dapat diprediksi, salju yang turun dari langit seolah menjadi sumber penerangan. Jefri merasa seperti sedang berjalan di siang hari. Namun, saking langkahnya terburu-buru, Jefri sampai beberapa kali jatuh tersungkur ke atas tanah dan dia bahkan tidak tahu berjalan ke arah mana ....Jihan memandangi punggung Jefri yang berangsur-angsur menghilang dari pandangannya, lalu memegangi dadanya. Dia bisa merasakan detak jantungnya yang perlahan melambat. Jihan berdiri diam sambil merasakan bagaimana nyawanya meregang ....Entah berapa lama waktu berlalu, yang je