Barlos merasa malu dan menjawabnya, "Lagi pula, aku 'kan hanya membahas soal di mana putraku harus dimakamkan, nggak ada hubungannya dengan menyinggung perasaannya."Pantas saja Nona Wina ini begitu tegas dengan ucapannya, ternyata di belakangnya ada Grup Lionel yang mendukungnya. Lagi pula, semua itu juga hanya berkat Jihan.Barlos mulai memandangnya remeh, Wina sama saja dengan kakaknya yang tak punya apa-apa, hanya ingin bergantung pada Alvin. Bahkan sampai maut menjemputnya pun, wanita itu masih saja membuat kekacauan dan bahkan sampai membuat Alvin kehilangan nyawanya. Apa gunaya wanita seperti itu?Melihat tatapan remeh Barlos, Wina sama sekali tidak menghiraukannya dan hanya berkata, "Mohon Tuan Barlos pertimbangkan dengan baik dan berikan jawabannya padaku dalam waktu empat jam."Dalam waktu empat jam, Jihan pasti sudah mendarat di Britton. Kesempatan yang bagus untuknya memutuskan untuk pergi ke Britton atau tidak.Alvin memang putranya Barlos, Barlos tidak perlu meminta izin
Setelah memutuskan panggilan, beberapa saat kemudian, Wina mendapatkan sebuah pesan dari Jihan."Wina, kamu bukannya nggak bisa bantu, aku hanya takut kamu dalam bahaya. Makanya aku nggak mau kamu ikut kemari.""Aku berjanji padamu, setelah dua hari, aku pasti akan pulang. Jangan marah lagi ya?"Wina mengusapkan jarinya di sisi belakang ponsel sembari termenung menatap pesan itu selama beberapa detik, lalu mulai mengeti."Oke, aku tunggu kamu di rumah."Dia memang tidak bisa membantunya, meski Wina ikut pergi ke Britton bersamanya, yang ada Wina hanya akan menjadi beban. Lebih baik dia tidak ikut agar tidak mengganggu Jihan.Wina yang sadar akan keadaan membalas pesan dari Jihan, kemudian meletakkan kembali ponselnya.Wina awalnya berniat untuk pergi mencari orang tua Alvin, tetapi tiba-tiba George memasuki ruangan direktur dan memberikannya sebuah flashdisk."Aku menemukannya di teater rumah Robert, di dalamnya ada video kakakmu yang ditinggalkannya untuk Alvin. Kamu belum pernah meli
Jeana mempertahankan sikap anggun dan tenangnya layaknya sikap seorang wanita bangsawan, sembari menjelaskan dengan tenang kepada Wina."Nona Wina, saat Vera terus mengejar Alvin, sudah kukatakan padanya bahwa aku menolak kehadirannya. Tapi, dia sendiri yang bersikeras nggak mau dengar dan berkata nggak masalah selama dia bisa berada di dekat Alvin. Kamu sendiri juga tahu kondisi keluarga ini, kamu nggak mungkin membiarkan sembarang orang yang statusnya nggak setara masuk ke keluarga ini. Makanya, kami nggak bisa memberikannya monumen ataupun nama."Wina menatap Jeana dari atas hingga bawah dan menyadari bahwa Jeana tidak berani menatapnya secara langsung. Melihat itu, Wina merasa aneh. "Nyonya Jeana, apa kamu mengenalku?'Jeana menggenggam lengan suaminya dengan erat, wanita itu tampak bergetar, tetapi tetap berpura-pura untuk tenang sembari tersenyum kecil. "Aku menghabiskan masa hidupku di Britton, mana mungkin bisa mengenalmu?"'Lalu kenapa kamu nggak berani menatapku?'Wina ingin
Merasa reaksinya terlalu mencolok, Nyonya Jeana segera merapikan kembali lengan bajunya, dan memandang ke arah Wina."Nona Wina, karena kakakmu yang melahirkan anak putraku, kalau begitu dia dimakamkan di pemakaman Keluarga Chris dengan mengatasnamakan istri dari Alvin saja."Setelah mengatur kembali napasnya, wanita tua itu kembali menambahkan, "Tapi, untuk anak mereka, aku yang akan mengasuhnya."George yang mendengar Nyonya Jeana hanya menginginkan Gisel pun segera menyadari bahwa wanita tua itu sangat egois. Dia segera menyela, "Sesuai wasiat Alvin, dia menginginkan Wina yang mengasuh anak itu."Orang tua Alvin sangat mengutamakan kepentingan mereka sendiri, saat Alvin bersikap patuh, maka mereka akan mendidiknya menjadi pewaris, tetapi saat Alvin membangkang, mereka lebih memilih untuk memberikan warisan tersebut kepada keponakan yang dijadikan boneka daripada diberikan kepada Alvin yang pembangkang. Mereka saja memperlakukan putra kandung sendiri seperti itu, apalagi kepada cucu
Wina memegang kotak abu itu dan mengusapnya beberapa kali. "Kakak, aku akan sering mengunjungimu di Britton."Setelah mengatakan itu, Wina menutup kotak abu itu dan menutupnya dengan kain hitam.Sara membawa payung untuknya, dan mereka berdua membawa abu Vera kembali ke vila Wina.Setelah semuanya selesai, dua hari pun berlalu. Selama dua hari itu, Jihan tidak pernah absen mengabarinya selama setiap jam sekali bahwa pria itu baik-baik saja.Hal itu membuat Wina merasa tenang, Sembari berbaring di atas ranjang, Wina mengulurkan tangan mencari ponselnya.Kemarin malam, Jihan mengabarkannya bahwa dia sudah membawa Gisel kembali.Jihan juga mengatakan bahwa penerbangan mereka berjadwal di keesokan harinya pukul tiga sore lewat lima belas menit menuju Kota Aster.Wina melirik ke arah jam dan menduga waktu mendarat hampir tiba, sehingga dia segera menyambungkan panggilan kepada Jihan. Namun, ponsel Jihan dimatikan.Wina mengira pria itu masih berada di dalam pesawat, sehingga dia pergi mandi
Mendengar nama Gisel, Wina baru tersadar dan langsung mengalihkan pandangannya pada Gisel.Melihat wujud Gisel yang awalnya gemuk dan berisi tiba-tiba berubah kurus itu, membuat Wina merasa sedih.Dia buru-buru melepaskan Jihan dan membungkuk menangkupkan wajah Gisel."Gisel, kenapa kamu jadi sekurus ini?"Melihat sang bibi berada di hadapannya, Gisel seketika membuka mulutnya ingin mengatakan sesuatu, tetapi pada akhirnya dia hanya terdiam.Melihat Gisel menundukkan kepalanya, bermain-main dengan bonekanya, diam tanpa berkata apa-apa, Wina merasa sangat sedih.Ini pasti gara-gara Robert yang memaksanya bermain permainan menembak dan menyaksikan ayah kandungnya mati dengan mata kepalanya sendiri, oleh karena itu Gisel berubah menjadi pendiam, benar bukan?Jihan menahan tubuh Wina yang bergetar dan menjelaskan, "Dia mengalami trauma dan stres, dia harus dibawa ke psikiater."Setelah Robert membunuh Alvin, pria itu berubah kejam terhadap anak ini. Beberapa hari ini Robert mengurung Gisel
Jihan membukakan pintu, membantu Wina masuk ke dalam mobil sembari menahan sakit dan membungkuk untuk duduk di sebelahnya.Saat Jihan menyandarkan tubuhnya di kursi, rambutnya ikut bergetar menahan rasa sakit pada tubuhnya ....Daris yang terduduk di depan menyadari Jihan sedang menahan sakit, membuatnya tak sadar sudah mengeratkan genggamannya pada Gisel.Saat Jihan berhadapan dengan Wina dan secara kebetulan membelakangi Daris, Daris dapat melihatnya dengan jelas.Cairan darah itu sudah mulai menyebar ke seluruh permukaan kemeja putih Jihan.Daris amat terkejut hingga hampir berteriak, tetapi punggung tangan Jihan dengan cepat menyentuhnya seolah memberikannya isyarat ....Tampaknya saat berada di hadapan Nona Wina, Pak Jihan tidak ingin membuatnya khawatir, sekalipun nyawa pria itu sedang berada di ambang kematian.Daris tak bisa berkata banyak, melihat seberapa besar cinta Jihan kepada Wina, Daris hanya bisa meminta supir untuk terus melaju dan melaju ....Meskipun Jihan itu merasa
"Perbuatan Tuan Jovan", kalimat itu memang terdengar mengerikan, bahkan sampai membuat Daris bergetar. Namun ...."Bukannya Tuan Jovan sangat menyukai Pak Jihan? Kenapa tiba-tiba melukainya?"Tuan Jovan memang menakutkan, tetapi perlakukannya berbeda terhadap Pak Jihan.Tuan Jovan belum pernah sekalipun menghukum Pak Jihan, melainkan begitu menaruh kepercayaan padanya, bahkan setelah Pak Jihan beranjak dewasa, dia menyerahkan Organisasi Shallon kepada Pak Jihan.Perlakuan istimewa ini bahkan tidak didapatkan oleh anak Tuan Jovan itu sendiri.Zeno juga kebingungan menjelaskan situasi rumit Organisasi Shallon saat ini, sehingga dia hanya menjelaskannya secara singkat saja."Tuan Jovan melarang Pak Jihan ikut campur urusan Keluarga Chris dan keluarga kerajaan. Tapi, Pak Jihan nggak mau dengar dan bersikeras pergi, makanya dia jadi berkonflik dengan Tuan Jovan ...."Daris mengerutkan keningnya. "Bukannya mereka memang sering bertengkar? Lagi pula, kali ini 'kan Pak Jihan nggak mengatasnama