Wina belum pernah bertemu dengan kakeknya Jihan, tetapi dia pernah mendengar reputasinya.Rumornya, saat Killian Lionel berkuasa, Empat Keluarga Besar se-Benua Endoa sekalipun sangat menghindari pria tua itu.Berkat ketegasan dan kekuasaannya seorang Killian Lionel, hal itu membuat Keluarga Lionel mampu bertahan di puncak pasar bisnis di Benua Siana bahkan satu dunia.Pria yang amat berkuasa ini malah tiba-tiba datang menghampirinya, sepertinya kedatangannya untuk membicarakan masalah pernikahan.Begitu menyadari maksud kedatangan Kakek Killian itu, Wina merasa gugup dan takut. Namun, dia tetap berusaha tenang dan melangkah menuju ke lantai bawah.Killian Lionel yang datang tak diundang itu tengah berdiri di ruang tamu, pakaiannya terlihat rapi dengan badan yang berbalut setelan jas. Pria itu bersandar pada tongkatnya, tampangnya terlihat begitu gagah.Meski sudah berusia 75 tahun, Killian masih terlihat muda, bersemangat, dan menunjukkan sikap dingin yang mengesankan, seperti orang ya
Wina merasakan sesak di dadanya, kedua matanya perlahan menurun. Sebagai seorang yatim piatu, latar belakang keluarga adalah sebuah hal tabu yang sulit diucapkan.Melihat Wina terdiam, Killian mendengus dingin. "Aku sudah mencari tahu tentangmu, kamu anak yatim piatu, walaupun akhirnya kamu menemukan kakakmu, dia juga hanyalah seorang arsitek biasa, mana mungkin kamu sepadan dengan cucuku?"Bicara soal latar belakang, dia memang tidak sepadan. "Sekalipun kakakku seorang arsitek, dia sendiri juga sudah meraih banyak prestasi dalam bidangnya."Siapa pun boleh menghina dan merendahkannya, tetapi tidak dengan kakaknya, mau siapa pun itu orangnya.Killian tidak akan pernah memandang tinggi seorang arsitek kecil yang tidak terkenal, tetapi pria tua itu tidak melanjutkan perdebatan dan hanya menekankan. "Kamu sendiri tahu prestasi itu semua milik kakakmu, tentu itu nggak ada hubungannya denganmu."Maksud pria tua itu ialah, prestasi kakaknya bukanlah prestasi milik Wina, dan Wina memang menga
Wajah mulus Wina yang amat dipuja dan disayang Jihan selama lebih dari setengah bulan itu perlahan berubah memucat, bahkan seputih kain kafan.Sekujur tubuhnya melemas, kedua kakinya terhuyung tak bertenaga hingga bergerak mundur selangkah, jari-jari tangannya yang lemah seketika bergerak menyentuh perutnya.Dalam beberapa hari ini, Wina dan Jihan sudah melakukannya selama beberapa kali, akan tetapi tidak ada reaksi apa pun terhadap tubuhnya. Apakah dirinya benar-benar tidak bisa mengandung seorang anak?Melihat raut wajah Wina memucat, Killian memperingatinya, "Nona Wina, Keluarga Lionel kami ini adalah keluarga yang cukup ternama, kami tentu membutuhkan seorang penerus keluarga untuk melanjutkan bisnis yang sudah turun-temurun. Dan kamu seorang wanita yang nggak bisa melahirkan anak mau menjadi bagian dari Keluarga Lionel?"Kalau sampai Keluarga Lionel sampai menikahkan cucu mereka kepada seorang wanita seorang dengan latar belakangnya yang tidak jelas, berpendidikan rendah, tidak bi
Sampai hari ini, langit masih saja menurunkan rintikan hujan. Seorang pria berjas hitam yang dipadu dengan kacamata berbingkai emas pada wajahnya terlihat sedang berjalan keluar dari pintu.Daris yang berada di belakang sosok pria itu terlihat sedang berjalan pincang mengikutinya, begitu juga dengan sekelompok pengawal berpakaian rapi tampak sedang mengekorinya dari belakang layaknya sekelompok kilauan bintang yang ikut menyinari bersama bulannya.Mantel yang sedikit basah bahkan belum sempat dilepasnya, Jihan sudah lebih dulu melewati sosok Killian dan langsung sigap berdiri di hadapan Wina."Apa dia menyentuhmu?"Jihan bahkan tak sedikit pun memberikan tatapan pada kakeknya, kedua matanya hanya fokus pada Wina seorang, seolah pria itu takut sesuatu terjadi pada wanitanya.Kedatangan Jihan membuat rasa cemas pada wajah Wina mulai mereda. "Nggak, kami hanya ngobrol biasa, nggak usah khawatir."Berbanding terbalik dengan Wina, Jihan malah makin merasa cemas. "Jangan dengarkan apa pun ya
Begitu mendengar omongan itu, tatapan kedua mata Killian menggelap. "Kamu rela meninggalkan Keluarga Lionel hanya demi wanita itu?"Jihan hanya acuh dan membalasnya dengan dingin, "Memangnya apa yang spesial dari Keluarga Lionel?"Killian tidak tahu identitas lain yang dimiliki Jihan, setahunya Jihan sudah mengakuisisi Keluarga Levin dan Keluarga Nizari, sehingga Killian mengira Jihan sedang menggunakan tawaran kuasa atas kedua keluarga besar tersebut. "Keluarga Levin dan Keluarga Nizari nggak sebanding dengan Keluarga Lionel. Kalau aku jadi kamu, harusnya aku lebih hati-hati dalam mempertimbangkannya."Jihan menautkan alisnya, sorot matanya berubah dingin. "Anda pikir, Keluarga Lionel yang sekarang masih sama seperti dulu?"Sebagai seorang sesepuh yang selalu mengontrol dari belakang layar, Killian tentu tahu betul bahwa Keluarga Lionel sudah sepenuhnya jatuh di tangan Jihan. Bahkan pemegang saham cabang-cabang perusahaan di seluruh dunia hanya mendengarkan perintahnya. Lalu kenapa? M
Setelah kepergian Killian, Wina merasa cemas dan bingung sehingga segera memalingkan wajahnya ke arah Jihan. "Sepertinya aku benar-benar nggak bisa hamil."Dibandingkan dengan para sesepuh Keluarga Lionel yang menentang pernikahan mereka, Wina lebih merasa sulit untuk menerima fakta bahwa dirinya tidak bisa memberikan buah hati kepada Jihan.Jihan menangkupkan jari-jari tangan Wina dengan kuat dan membenamkan wanita itu ke dalam pelukannya sembari menghiburnya lembut. "Aku nggak butuh anak, Wina."Jihan sudah cukup dengan kehadiran Wina di sisinya, bahkan dia tidak peduli dengan sejumlah anak yang bisa dilahirkan karena tidak ingin bersaing berebut wanitanya dengan anaknya itu.Wina tahu kalau Jihan memang tidak menginginkan seorang anak, tetapi omongan Killian benar adanya. Tidak mungkin seorang pemimpin keluarga tidak memiliki seorang keturunan.Wina mengelus wajah Jihan dengan lembut sembari bersandar pada dada kokoh milik pria itu dan menghela napasnya dalam-dalam. "Jihan, bagaiman
Sara sengaja turun ke lantai bawah sembari berdeham keras untuk menarik atensi kedua pasangan yang tengah bermesraan."Uhm ... terkait kehamilan, mungkin kita bisa periksa lagi di tempat Lilia. Lagi pula Lilia 'kan belum buat diagnosis kalau kamu nggak bisa hamil, berarti ada harapan kamu masih bisa diobati."Meskipun Sara tahu bahwa keduanya tidak begitu mementingkan kehadiran buah hati dalam keluarga mereka, tetapi tidak ada salahnya hal ini bisa dijadikan pertimbangan untuk keduanya di masa depan.Ketika mereka berdua tua nanti, pasti akan ada waktu di mana mereka menginginkan seorang anak. Dengan memiliki seorang anak, tentu akan membuat perjalanan hidup mereka lebih ramai.Lagi pula, Sara juga tidak ingin hari tua keduanya berakhir dengan terus menghampiri rumahnya untuk merebut kasih sayang dengan anaknya.Eh? Aneh sekali? Kenapa dia malah sudah memikirkan untuk melahirkan seorang anak?Sara seketika tersentak oleh pemikirannya sendiri, dan segera mengusir gambar-gambar itu dari
Lilia tidak ingin membuat suasana berubah sendu hanya karena dirinya, sehingga dia cepat-cepat mempersilakan mereka masuk ke dalam. "Ayo masuk, di luar dingin."Saat Lilia hendak mengantarkan kedua wanita itu masuk ke dalam, tiba-tiba seorang pria setinggi hampir dua meter itu keluar dari mobil Lincoln.Awalnya Lilia mengira setelah mengantarkan keduanya, Jihan akan langsung pergi. Namun, siapa sangka, ternyata pria itu malah turun dari mobil dan langsung memerintahnya dengan nada dingin. "Lilia, periksa tubuhnya dulu ...."Lilia tertegun sejenak dan langsung berbalik menatap Wina yang tampak pucat. "Ada apa? Mana yang nggak enak badan?"Wina merasa malu, belum sempat mengelak, Sara sudah langsung menambahkan, "Dia mengalami kesulitan untuk hamil 'kan, coba kamu periksa dia lagi."Setelah Lilia sadar kembali, dia buru-buru mempersilakan ketiganya masuk ke dalam dan duduk di sofa ruang tamu. Dia lalu pergi mengambil bantal penyangga arteri.Lilia menyuruh Wina mengulurkan tangannya, dia