Jihan pun menunduk dan mencium bibir Wina dengan lembut. "Nggak usah mengkhawatirkan apa pun, Wina, yang penting kamu tetap di sisiku."Wina yang bersandar dalam pelukan Jihan berulang kali mencoba mencari kebenaran dalam sorot tatapan Jihan, tetapi yang terlihat hanyalah rasa cinta yang mendalam. Pada akhirnya, Wina memilih untuk percaya saja pada Jihan.Wina pun memeluk pinggang Jihan dan berkata, "Mulai sekarang, setiap enam bulan sekali kamu harus diperiksa. Aku akan ikut masuk ke ruang MRI.""Kita saja belum menikah, tapi kamu sudah mulai memonopoliku, ya, Nyonya Wina?" sahut Jihan sambil tersenyum kecil.Wina menengadah sedikit dan mengangkat alisnya sambil bertanya, "Apa aku nggak boleh memonopolimu, Tuan Jihan?""Boleh kok. Silakan saja kamu memonopoliku seumur hidupmu," jawab Jihan sambil mengusap pangkal hidung Wina dengan penuh rasa sayang.Wina pun merasa lega dan membenamkan kepalanya lagi dalam pelukan Jihan ....Karena Jihan masih hidup dan tumornya sudah tidak ada lagi,
Sambil memeluk Wina dengan erat, Jihan pun menggendong wanita itu menuju kamar tidurnya. Setelah itu, Jihan membungkuk sedikit dan mencium kening Wina ....Wina sontak terbangun. Dia pikir orang yang menyentuhnya adalah Alvin, jadi dia sontak membuka matanya dengan ketakutan.Begitu melihat bahwa pria di hadapannya bukanlah Alvin melainkan Jihan, hati Wina baru merasa lebih tenang."Apa aku membuatmu takut, Wina?"Wina menggelengkan kepalanya, lalu menepuk-nepuk tempat kosong di sebelahnya sambil berkata dengan mengantuk, "Temani aku tidur sebentar, yuk?"Jihan awalnya hendak memberi tahu Zeno untuk bersiap beraksi, tetapi permintaan Wina itu langsung membuat amarahnya tertahan.Jihan bangun dan berbaring di samping Wina, lalu memeluk Wina dan mengusap-usap punggung Wina dengan lembut untuk menidurkan wanita itu.Wina pun bergerak mendekat ke arah Jihan. Aroma khas tubuh Jihan membuat Wina merasa begitu nyaman dan tenteram. Tidak lama kemudian, Wina pun tertidur dengan pulas lagi.Jiha
Alvin pasti sudah menyakiti Jihan atas nama Wina.Itu sebabnya Jihan memperlakukan Wina dengan begitu dingin, bahkan Jihan sampai bermimpi buruk.Setelah menyadari hal ini, Wina langsung mencengkeram lengan Jihan dengan gelisah. "Jawab aku, apa yang dia lakukan kepadamu?"Jihan menatap ekspresi Wina yang terlihat cemas dan khawatir, tetapi tidak menjawab pertanyaan Wina. Jihan malah balik bertanya dengan lembut, "Wina, kamu mau Alvin mati dengan cara apa?"Suara Jihan terdengar dalam, serak, dingin dan sarat akan niat membunuh seolah-olah dia sudah tidak sabar ingin menghabisi Alvin.Jantung Wina agak berdebar ketakutan, tetapi dia tetap menengadah menatap mata Jihan yang dingin. "Jawab aku dulu. Apa yang terjadi?"Jihan menurunkan pandangannya untuk menyembunyikan semua rasa sakit dan putus asa yang begitu mendalam yang dia rasakan.Adegan itu seperti tanaman merambat berduri yang memenuhi benak Jihan dan mengikatnya erat-erat sehingga Jihan tidak bisa lepas.Setelah diam saja selama
Sayangnya, permohonan Jihan gagal terwujud. Bukan hanya wanita yang memunggungi Jihan itu tidak tersentuh, dia juga menghina Jihan habis-habisan."Ya ampun, kamu rendahan banget. Aku sudah tidur dengan orang lain saja kamu masih menginginkanku. Jangan-jangan kamu nggak punya harga diri lagi, hah?"Jihan sontak termangu saat mendengar ucapan Wina yang tidak berperasaan itu. Wajahnya tampak pucat pasi seolah-olah darahnya sudah terkuras habis.Jihan menatap punggung wanita itu selama beberapa saat, lalu tiba-tiba mengepalkan tangannya dan berseru seperti orang gila."Ya, aku memang rendahan! Kalau aku nggak rendahan, mana mungkin aku nggak bisa melepaskanmu!"Setelah itu, Jihan menengadah menatap sosok wanita itu dengan matanya yang berkaca-kaca dan tampak putus asa, lalu memohon kembali."Wina, bisakah kamu berhenti menyakitiku seperti ini ....""Nggak bisa!""Sebenarnya, tujuanku kembali dari Britton adalah untuk balas dendam kepadamu," jawab wanita itu, dia bahkan tidak menoleh menata
Wina menatap Jihan yang fokus memandangnya, lalu berkata sambil menangis, "Jihan, kamu satu-satunya pria yang pernah melakukan itu denganku. Dan mulai sekarang, kamu akan tetap jadi yang satu-satunya ...."Wina membelai kening Jihan dengan penuh kasih sayang sambil berbisik dengan lembut, "Aku akan menemanimu melewati semua hal yang menghantuimu ...."Suara Wina yang lembut benar-benar bisa mendatangkan ketenangan. Rasa panik, takut dan kegelisahan yang Jihan rasakan perlahan-lahan mereda.Jihan memeluk Wina dengan segenap tenaganya. "Wina, mulai sekarang jangan pernah tinggalkan aku lagi."Wina balas memeluk Jihan dengan erat. "Kamu juga jangan tinggalkan aku, ya."Mereka berdua pun berjanji akan selalu bersama selamanya. Hanya maut yang bisa memisahkan mereka.Setelah berhasil melupakan mimpi buruk itu, Jihan pun bertanya dengan suara rendah, "Kamu lapar?"Wina menggelengkan kepalanya, jadi Jihan bertanya lagi, "Kamu masih ngantuk?"Wina kembali menggelengkan kepalanya. Jihan pun ber
Wina yang ditekan ke dinding oleh Jihan dengan wajah yang merah padam itu pun membuka sedikit bibirnya dan mencium bibir Jihan yang tipis dan sedang tersenyum itu.Wina mencium bagian atas bibir Jihan, lalu bergerak turun mengikuti aliran air dan aroma wangi tubuh Jihan. Wina pun mengecup bagian sensitif Jihan dengan lembut ....Jihan langsung mengumpat tidak tahan dengan inisiatif yang Wina lakukan. Sentuhan Wina membuat darah Jihan langsung terasa menggelegak.Jihan yang kehilangan kendali pun mencengkeram pinggang Wina dan memeluk wanita itu dengan erat, lalu berbalik menyerang.Jihan mengangkat kepala Wina dan mencium wanita itu dengan penuh gairah. Saking panas dan dalamnya ciuman Jihan, Wina sampai tidak bisa bernapas ....Setiap kali mereka berciuman, Jihan seolah ingin menghancurkan Wina hingga berkeping-keping dan menelannya dengan paksa. Rasanya menyesakkan sekaligus sangat menggoda.Wina berusaha membuka matanya untuk melihat emosi Jihan, tetapi tangan Jihan menutupi matanya
Wina baru bangun keesokan sorenya. Hal pertama yang dia lihat adalah wajah tampan Jihan yang sempurna.Wina menengadahkan kepalanya dari dalam pelukan Jihan, lalu kedua tangannya menangkupkan wajah Jihan dari bawah sambil Wina menatap Jihan dari dekat ....Sewaktu masih bekerja di Grup Nizari, salah satu rekannya yang bernama Jaylin pernah membuat daftar peringkat orang kaya dan Jihan menduduki peringkat pertama.Jaylin bilang yang bisa masuk ke dalam daftar itu harus kaya dan tampan. Secara keseluruhan, Jihan adalah yang nomor satu.Waktu itu Wina tidak menganggap serius omongan Jaylin. Sekarang setelah diperhatikan dengan lebih saksama, Jihan memang layak jadi nomor satu ....Wina pun tersenyum dan bergerak mendekat hendak mencium pria nomor satu dalam daftar orang kaya itu dengan berani.Tiba-tiba, Jihan membuka matanya. "Nyonya Wina, kamu mau melakukan apa kepadaku?"Sorot tatapan Jihan terlihat seperti sedang tersenyum jahil dan juga geli seolah-olah dia bisa membaca isi hati Wina
Jihan baru saja duduk di ruang makan sambil menggendong Wina ketika sebuah mobil Rolls-Royce melaju memasuki vila ....Jefri yang mengenakan mantel biru tua pun turun dari mobil, lalu bergegas masuk ke dalam vila.Dia melepas mantelnya dan menyerahkannya kepada salah seorang pelayan, lalu membersihkan bekas air hujan yang membasahi kepalanya sambil bertanya, "Di mana Kak Jihan?""Tuan Muda Jihan sedang makan," jawab pelayan itu dengan hati-hati sambil menunjuk ke arah ruang makan.Jefri pun mengikuti arah pandangan si pelayan ke meja makan. Begitu melihat Wina yang sedang digendong oleh Jihan, ekspresi Jefri mendadak menjadi lebih gelap.Dia bergegas menghampiri mereka berdua, lalu bertanya dengan marah sambil menunjuk ke arah Wina, "Berani-beraninya kamu datang kepada Kak Jihan!"Belum sempat Wina menjawab, Jihan langsung menatap Jefri dengan dingin. "Kamu sudah nggak mau punya jari?"Baru pada saat itulah Jefri menyadari bahwa dia telah bereaksi berlebihan. Dia segera menarik kembali
Lama sekali Jodie hanya tertegun setelah menerima berita kematian Wina, tetapi akhirnya bergegas dan mengantar kepergian Wina ke tempat peristirahatan terakhirnya. Setelah semua orang meninggalkan pemakaman, Jodie mengelus batu nisan Wina dengan penuh rindu."Wina."Jodie perlahan berjongkok sambil bertopang pada batu nisan Wina dan menatap wajah Wina dalam foto dengan matanya yang sudah menua ...."Nggak disangka, ya?""Ternyata begitu aku jatuh cinta, rasa cintaku bisa bertahan selama ini," gumam Jodie sambil mengangkat alisnya. "Aku saja nggak tahu kalau aku ternyata tipe orang yang sepenyayang ini."Jodie menatap foto itu dan tersenyum. "Sampai-sampai ... aku merasa nggak ada satu wanita lain pun yang menarik perhatianku. Tuh Wina, aku nggak kalah dari Jihan, 'kan?"Namun, yang menjawab Jodie adalah bunyi kepak sayap burung yang terbang di pemakaman. Setelah semua binatang itu pergi, yang tersisa hanyalah keheningan. Sama heningnya seperti rasa cinta yang selama ini Jodie pendam da
Sebelum kehidupan Wina berakhir, yang terlintas di benaknya adalah rasa cinta yang Jihan sembunyikan selama lima tahun itu ....Saat membalikkan tubuhnya dan bangun, Wina bisa melihat tubuhnya dipeluk dengan erat oleh sepasang lengan yang kuat dan bertenaga. Jika itu bukan cinta, lantas apa ....Wina juga bisa melihat suasana makan di akhir pekan itu dengan jelas. Jihan yang duduk di depannya sesekali melirik Wina melalui ekor matanya. Jika itu bukan karena Jihan sudah lama menyukainya waktu, lantas apa ....Apalagi setelah Jihan selesai melakukannya. Dia akan menggendong dan membiarkan Wina berbaring tengkurap, lalu mengusap-usap punggung Wina untuk menidurkannya seperti anak kecil ....Rasa cinta Jihan terwujud dalam hal-hal kecil. Mungkin sekilas tidak terlihat jelas cinta macam apa itu dan hanya Jihan sendiri yang tahu betapa dia menyayangi dan mencintai Wina ....Mata Wina tidak bisa lagi terbuka, rasanya jiwanya tersedot keluar. Dia tidak punya tenaga lagi untuk bangkit, dia juga
Wina mengelus bagian belakang kepala Delwyn, ekspresinya terlihat sangat tenang seolah-olah dia sudah berdamai dengan kenyataan. "Kapan kamu akan menikah?"Tubuh Delwyn sontak menegang, air mata menggenangi pelupuk matanya. Dia pun perlahan menengadah dan melepaskan Wina. "Ibu ... aku ... aku belum bertemu dengan gadis yang kusuka."Wina bisa melihat pantulan dirinya dari bola mata Delwyn, jadi dia menyentuh wajah putranya. "Kamu lihat sendiri betapa menderitanya ibumu tetap bertahan hidup. Masa kamu nggak mau membiarkan Ibu menyusul ayahmu?"Sewaktu kecil Delwyn dikekang oleh orang tuanya, tetapi sekarang setelah besar, giliran dia yang mengekang orang tuanya. Karena hanya pengekangan ini saja yang bisa mencegah Delwyn menjadi yatim piatu. Jadi ... biarkan Delwyn menjadi egois untuk kali ini saja ....Delwyn meraih lengan Wina dan memohon, "Ibu, tolong tunggu sebentar lagi. Aku akan menemukan gadis yang kusuka dan menikahinya, oke?"Wina tidak tega menyakiti hati putranya, jadi dia me
Demi putranya, Wina sama sekali tidak mengikuti Jihan. Namun, rambut Wina mendadak beruban dalam satu malam dan wajahnya seolah menua sepuluh tahun. Kerutannya sontak tampak lebih kentara, tatapan matanya selalu terlihat kosong.Di depan makam Jihan, Wina meminta Jihan untuk menunggunya. Sekarang Wina sudah punya anak, jadi dia tidak bisa melakukan sesuatu dengan asal. Nanti setelah putra mereka menikah, barulah Wina akan pergi menyusul Jihan. Jika Jihan ternyata tidak menunggunya, Wina akan menarik kembali janjinya tentang kehidupan selanjutnya sehingga mereka tidak akan pernah bertemu lagi ....Wina tidak menghadiri pemakaman Jihan. Itu sebabnya dia akhirnya terbangun, lalu berjalan ke makam Jihan dengan tubuh yang terhuyung-huyung. Tidak ada yang tahu tentang apa yang Wina katakan kepada Jihan, selain Delwyn yang memapah ibunya untuk menemui ayahnya ....Malam itu, Wina tiba-tiba pingsan di salju dan segera dibawa ke rumah sakit untuk diberikan pertolongan pertama. Wina baru sadar s
Bulu mata Wina tampak bergetar. Dia mengangkat matanya yang terkesan kosong dan menatap ke kejauhan. "Nggak, aku nggak akan ke mana-mana. Kami akan tetap di sini sampai aku ikut mati beku. Nggak akan ada yang bisa memisahkan kami."Semua orang sontak merasa tercekat. Mereka semua bergegas membujuk Wina agar jangan melakukan hal bodoh, tetapi Wina tidak mengacuhkan semua omongan mereka. Dia hanya duduk diam di sana sambil memeluk Jihan, menunggu ajal menjemputnya.Delwyn akhirnya menggenggam tangan Wina dengan erat sehingga pandangan Wina beralih kepadanya. "Ibu, aku tahu betapa Ibu mencintai Ayah dan Ibu pasti sulit menerima kenyataan ini, tapi tolong jangan lakukan hal bodoh. Aku sudah kehilangan Ayah dan aku nggak bisa kalau harus kehilangan Ibu juga ...."Suara putranya membuat Wina akhirnya perlahan menatap Delwyn. Wina menyentuh wajah Delwyn yang tampak begitu mirip dengan Jihan, lalu tersenyum kecil dengan senang ...."Ibu sudah lama mempersiapkan diri untuk kematian ayahmu. Kare
Air mata Wina pun mendadak mengalir turun. Tidak ada tangisan yang memilukan hati, hanya keheningan dan bibir Wina yang terbuka. Wina ingin mengatakan sesuatu, tetapi sepertinya dia sudah mengatakan semua yang ingin dia katakan kepada Jihan. Pada akhirnya, Wina hanya menurunkan pandangannya menatap wajah Jihan yang sudah pucat itu ...."Bodoh. Mau seberapa banyak pun darahmu mengalir keluar, kamu tetap suamiku. Mana mungkin aku takut? Aku nggak takut. Kenapa kamu malah pergi ke tempat seperti ini sendirian?"Yang membuat Wina merasa begitu getir adalah karena dia tidak sempat berpamitan untuk terakhir kalinya. Namun, Jihan sama sekali tidak memikirkan rasa penyesalan Wina dan fokus ingin menyembunyikan kondisinya dari Wina ....Lantas, bagaimana jika ... Wina tidak mengenali tiruan Jihan? Apa itu berarti Wina tidak akan pernah menemukan tubuh Jihan? Apa itu berarti Jihan akan selamanya terkubur beku di bawah salju ....Jihan sudah mempersiapkan segala sesuatunya sebelum ajal menjemputn
Saat Delwyn meraih tangan Jihan dengan gemetar, Wina sontak menengadah seolah mendapatkan firasat. Dia melihat ke arah Delwyn sekilas, lalu bergegas merangkak menghampiri putranya dengan rambut acak-acakan seperti orang gila.Wina tetap tidak menangis. Dia bahkan menyentuh tangan yang kaku dan putih membeku itu dengan tatapan tegas, lalu menurunkan pandangannya yang bergetar dan menggali salju yang menutupi tubuh Jihan dengan tangannya yang sudah berdarah.Salju yang menumpuk di gunung lebih dalam, setiap lapisannya mengubur Jihan. Wina berusaha dengan sekuat tenaga untuk mengeluarkan suaminya dari dalam salju, lalu akhirnya melihat wajah Jihan yang berlumuran darah. Tidak ada rona kemerahan apa pun di wajah yang tampan itu, hanya ada noda darah dan salju yang menghiasi ....Delwyn menatap sosok ayahnya dengan tidak percaya. Dia pun jatuh terduduk, hatinya terasa remuk redam. Langit seolah mendadak runtuh dan hanya ada kegelapan tak berujung yang menyelimuti ...."Delwyn.""Tolong Ibu,
Wina yang sedang mencari ke mana-mana sontak berhenti melangkah, rasanya dia seperti mendengar ada yang memanggil namanya. Wina pun menoleh dengan tatapan kosong, tetapi terlihat jelas hanya ada dia di sini.Wina berdiri dalam diam, lalu memegangi dadanya yang berdetak dengan begitu kuat. Tiba-tiba, hatinya terasa tersayat seolah-olah dia akan kehilangan sesuatu. Saking sakitnya, Wina sampai membungkukkan tubuhnya. Akan tetapi, rasa sakit itu tidak kunjung hilang ....Firasatnya mengatakan bahwa sesuatu terjadi pada Jihan. Di saat Wina ingin kembali mencari Jihan, tiba-tiba sosok Jihan yang tampan muncul di hadapannya sambil membawa sebuket mawar."Sayang, kok kamu di sini? 'Kan sudah kubilang tunggu aku?"Begitu melihat Jihan tampak baik-baik saja, jantung Wina yang semula berdegap kencang mendadak menjadi tenang kembali.Wina langsung melempar payungnya dan melompat memeluk Jihan dengan gembira.Wina menghela napas lega saat merasakan hangat tubuh dan napas Jihan."Sayang, kamu tahu
Saat melihat Jihan berdiri sempoyongan dan mengerahkan sedikit tenaga untuk melambaikan tangannya, Jefri akhirnya tidak tahan lagi. Dia menggertakkan gigi dan berlari secepat mungkin ke dasar Gunung Kiron ...."Kak Jihan, aku panggil dokter dulu, terus menyuruh robot itu naik gunung dan baru setelah itu aku akan menjemputmu! Kakak berdiri saja di sana dan tunggu aku, ya! Aku akan segera kembali!"Jalan gunung di malam hari memang tidak dapat diprediksi, salju yang turun dari langit seolah menjadi sumber penerangan. Jefri merasa seperti sedang berjalan di siang hari. Namun, saking langkahnya terburu-buru, Jefri sampai beberapa kali jatuh tersungkur ke atas tanah dan dia bahkan tidak tahu berjalan ke arah mana ....Jihan memandangi punggung Jefri yang berangsur-angsur menghilang dari pandangannya, lalu memegangi dadanya. Dia bisa merasakan detak jantungnya yang perlahan melambat. Jihan berdiri diam sambil merasakan bagaimana nyawanya meregang ....Entah berapa lama waktu berlalu, yang je