Wina sangat kelelahan sampai tidak bisa berpikir lagi. Selesai mandi, dia langsung masuk kamar dan tidur.Wina bangun pukul tiga sore keesokan harinya. Sepertinya rasa kantuknya semakin parah.Wina tidak menganggapnya terlalu serius. Dia tahu bahwa kondisi tubuh pengidap penyakit gagal jantung stadium akhir akan memiliki gejala seperti itu.Baginya, dia hanya perlu bertahan selama dia bisa.Bagaimanapun, semua orang akan mati, hanya masalah cepat atau lambat, tidak ada yang perlu disedihkan.Dia pergi ke dapur untuk menyiapkan makan malam, semangkuk bubur ayam dan beberapa sayuran, itu sudah cukup baginya.Sambil menyantap buburnya, dia menerima panggilan video dari Sara.Mereka telah tiba di Nueva dan sedang bermain di pantai.Langit di sana jauh lebih biru dibandingkan di Kota Aster dan air lautnya juga jernih.Sara mengenakan gaun bohemian panjang dan melangkah ke pantai sambil tersenyum.Ketika melihat wajah Sara begitu senang dan tahu dia baik-baik saja, Wina juga ikut merasa baha
Tuan Malam: "Aku hanya akan menunggumu setengah jam."Setelah mengirimkan kalimat tersebut, pria itu berhenti membalas pesan.Pria itu membiarkan Wina yang mengambil keputusan.Wina menggenggam ponselnya dengan erat dan seluruh tubuhnya gemetar.Wina sudah menyerahkan bukti pesan sebelumnya kepada polisi, yang di isinya ada nama Emil. Bukti video juga hanya terekam Emil masuk dan keluar dari kamar hotel.Polisi pasti akan menemui Emil untuk menyelidiki dan mengumpulkan bukti selanjutnya berdasarkan bukti yang dikirim Wina itu.Jika Tuan Malam mengungkapkan kepada polisi bahwa Wina ingin membunuh Emil, Wina pasti akan dihukum karena percobaan pembunuhan.Selanjutnya, Emil pun akan tahu bahwa niat awal Wina bukanlah untuk menyerahkan kontrak itu, melainkan untuk membunuhnya.Setelah Emil mengetahui hal tersebut, dia pasti akan menyalahkan semua penderitaan yang dia alami kepada Wina.Lagi pula, anggota Keluarga Rinos masih belum bisa menemukan pelaku yang mencelakai Emil. Wina yang kebet
Setelah pakaian Wina terlepas semua, pria itu menggendongnya, menempelkan punggungnya ke dinding dan menciumnya.Gerakan pria itu sangat mendominasi. Wina seperti boneka, membiarkan dirinya dimainkan oleh pria itu.Setelah memeluk dan mencium Wina beberapa saat, pria itu merasa sedikit bosan, lalu mengulurkan tangan dan mencubit pinggang Wina."Sakit ...," ujar Wina yang kesakitan.Begitu mulut kecil Wina terbuka, pria itu segera menyerbu mulutnya.Gerakan ciumannya masih sangat gila, tetapi jauh lebih lembut dari sebelumnya.Pria itu seperti sangat mengenal setiap sisi tubuh Wina. Pertama-tama pria itu merangsang area sensitifnya, lalu menyatu dengannya secara perlahan.Teknik pria itu sangat bagus sampai membuat Wina merasa tidak sedang dipaksa, bahkan menikmatinya.'Begitu pemikiran seperti itu muncul di benak Wina, dia ingin memukul dirinya sendiri. 'Mana mungkin aku menikmatinya?'Tapi ....'Setelah pria itu bergerak beberapa kali, Wina tanpa sadar tenggelam dalam kenikmatan itu.
Wina sangat ketakutan sehingga dia segera berhenti bicara.Kemudian dia merasa sedikit kecewa dan melirik pria itu.'Dia nggak marah, berarti dia bukan Jihan.'Karena merasa sedih, Wina menjadi lebih berani untuk berbalik dari pelukan pria itu. Wina membelakangi pria itu, lalu menutup matanya untuk tidur.Entah mengapa, meskipun pria itu bukan Jihan, Wina merasa pria itu tidak akan menyakitinya.Hal itu membuatnya merasa lega, lalu tertidur lelap.Setelah Wina tertidur, pria itu membalikkan Wina ke dalam pelukannya lagi.Sambil memeluknya, pria itu terus menepuk-nepuk punggungnya dengan lembut.Karena kelelahan, Wina memimpikan pemuda itu lagi.Dalam mimpinya, pemuda itu menendang ke arah jantungnya sebanyak dua kali.Pemuda itu mematahkan jarinya satu per satu dan menamparnya dengan keras.Sementara itu dirinya terbaring di tanah dan meringkuk kesakitan.Namun, dia masih mengulurkan tangan pada pemuda itu dan memohon, "Ivan, sakit, sangat sakit ...."Semua gumaman Wina terdengar oleh
Hari terakhir cuti tahunan Wina diakhirinya dengan tidur di rumah.Karena masih harus ke Perusahaan Krisan untuk melakukan penyerahan pekerjaan, Wina menguatkan dirinya untuk bangun.Setelah sarapan dan minum obat, Wina lebih sedikit ada tenaga, tetapi wajahnya masih terlihat pucat.Dia menggunakan riasan tebal untuk menutupi wajah pucatnya itu dan pergi ke Perusahaan Krisan.Begitu tiba di kantor, Vivi dan Yuna menghampirinya dan bertanya, "Wina, kamu benaran resign?"Wina mengangguk dan menjawab, "Ya, aku sudah resign."Vivi memegang tangannya dan berkata dengan ekspresi enggan, "Wina, kenapa kamu tiba-tiba resign?"Yuna juga tampak bingung dan ikut berkata, "Iya lho, gaji di perusahaan ini jauh lebih tinggi dibandingkan yang lain. Setahun bisa dapat ratusan juta. Sayang sekali kalau kamu resign seperti ini."Wina tersenyum dan berkata, "Gaji di sini memang tinggi, tapi aku punya rencana lain."Yuna memandang Wina dari atas ke bawah dan bertanya "Jangan bilang kamu sudah direkrut ole
"Kamu ingin menemui Pak Direktur?"Winata, wanita cantik dan cerdas, mengenakan setelan formal, bertanya dengan heran ketika melihat Wina tidak masuk ke dalam lift.Wina tersadar, menggelengkan kepalanya dengan cepat dan berkata, "Maaf, aku kelupaan sesuatu. Bu Winata, kalian silakan naik dulu."Setelah mengatakan itu, Wina berbalik dan pergi. Dia tidak berani melihat mereka berdua lebih lama lagi.Melihat Wina berlari pergi, Winata langsung berkomentar kepada Jihan di sampingnya, "Asisten itu aneh sekali. Kita bukan binatang buas, apa perlu takut seperti itu sampai nggak berani ikut naik lift."Jihan tidak merespons. Sorot matanya terlihat seperti tidak peduli dan tidak tertarik dengan segala sesuatu di sekitarnya.Melihat ini, Winata mengulurkan tangannya yang ramping itu memegang lengan Jihan dan berkata dengan lembut, "Jihan, waktu itu terima kasih ya sudah mengantarku ke IGD rumah sakit. Saat berada di luar negeri, aku nggak terbiasa dengan makanan di sana, jadi terkena radang lam
Wina sedikit bingung, tetapi segera mengangkat telepon itu."Wina, datang ke kantorku."Direktur utama itu memberi perintah dengan lembut.Panggilan terputus setelah memberi perintah itu tanpa membiarkan Wina menolak.Wina sungguh tidak ingin pergi ke kantor direktur utama mengingat ada Jihan di sana. Akan tetapi, direktur utama memanggilnya secara pribadi, berarti ada sesuatu penting yang ingin disampaikan kepadanya.Sejak dia bekerja di Perusahaan Krisan, direktur utama sangat ramah padanya, jadi dia memberanikan diri dan pergi ke sana.Seperti yang Wina duga, Jihan sedang duduk di dalam dan berbicara dengan direktur utama, Haris Nizari.Yang mereka bicarakan adalah kerja sama proyek, yang melibatkan rapat penawaran untuk proyek di Kota Sinoa.Setelah Grup Rinos terlibat skandal, Grup Lionel tiba-tiba menunda rapat penawaran itu selama beberapa hari karena alasan yang tidak diketahui.Alhasil, rapat penawaran belum dimulai dan pihak dari Grup Rinos belum mencurigai kontrak palsu ters
Winata mengatakannya secara harus maksudnya.Pertama, mengingatkan Wina bahwa pengunduran dirinya belum disetujui, dia masih karyawan Perusahaan Krisan, jadi dia harus menjalani tugas yang diberi direktur utama.Kedua, memberi tahu Wina bahwa dia sudah membuat direktur utama kehilangan muka dengan menolak secara langsung. Alhasil, Wina mau tak mau harus melakukan pekerjaan yang diberikan kepadanya.Wina mendesah di dalam hatinya, dia mengerti apa yang ingin disampaikan WinataDia menyadari barusan terlalu impulsif dan mengucapkan kata-kata itu tanpa berpikir.Dalam situasi ini, dia tidak bisa menolak lagi, kalau tidak dia akan terlihat sedikit tidak berterima kasih.Wina hanya bisa menerimanya, menganggap ini adalah pekerjaan terakhir di Perusahaan Krisan.Ketika Wina berbalik dan berjalan keluar, Haris menarik kembali tatapan sinisnya, lalu menoleh ke Jihan."Jihan, apa kamu ikut pertemuan makan malam ini?"Ketika berbicara dengan Jihan, suara dan tatapannya sudah kembali menjadi lemb