"Tuan Muda Jihan, Nyonya sudah naik ke atas, cepat sembunyikan fotonya ...."Rudi mendesak Jihan dengan ekspresi panik.Namun, Jihan terlihat tidak peduli dan masih membelai foto itu.Wina sudah mati, jadi tidak ada yang perlu dikhawatirkan.Karena mereka tidak akan membiarkannya mati, dia akan hidup dengan baik.Dia akan memberi tahu mereka apa yang akan terjadi pada mereka setelah menyelamatkan seorang iblis!Suara kursi roda yang berguling-guling di tanah terdengar perlahan dari arah koridor di luar pintu.Semakin dekat suaranya, Rudi semakin ketakutan dan tidak berani bersuara sedikit pun.Ruangan yang awalnya gelap tiba-tiba menjadi terang sebelum sekelompok orang masuk.Seorang wanita yang duduk di kursi roda dan didorong oleh seorang pria jangkung dan kekar.Di belakangnya ada sekelompok pengawal profesional yang merupakan mantan tentara pasukan khusus.Setelah mereka masuk, Jihan bahkan tidak menoleh ke belakang, matanya yang merah selalu menatap foto Wina.Melihat Jihan tahu d
Setelah melihat penampilan Clara yang sebelum mati, Lilia mengalami mimpi buruk selama beberapa bulan.Dia tidak mengerti bagaimana seorang ibu bisa begitu kejam pada putra sendiri.Selama itu adalah sesuatu yang Jihan pedulikan, entah itu orang atau benda, dia akan sangat marah sampai menggunakan segala cara untuk menghancurkannya.Saat berpura-pura menjadi wanita Jihan, Lilia juga takut disiksa sampai mati seperti Clara.Namun, Lilia tetap mengumpulkan keberanian untuk melakukannya. Karena orang seperti dirinya seharusnya sudah lama menghilang dari dunia ini ketika Yuno mengirim orang untuk memerkosanya.Jihan-lah yang mengulurkan tangannya, membantunya dan memberitahunya bahwa tidak perlu buru-buru membalaskan sebuah dendam, pada akhirnya pasti akan berhasil.Baru setelah itu Lilia memiliki keberanian untuk hidup. Dengan dukungan Jihan, dia pergi ke luar negeri dan kembali setelah mempelajari keterampilan medis.Jihan memberinya kekuatan untuk tetap hidup, jadi dia secara alami ingi
Setelah sekian lama, jari Jihan yang berada di pelatuk perlahan mengendur.Orang yang paling Wina sayangi di dunia ini adalah Ivan dan Sara.Dia tidak bisa menyeret orang-orang kesayangan Wina itu demi dendamnya sendiri.Sorot mata Jihan berangsur-angsur kembali menjadi dingin dan jauh.Setelah mengendalikan emosinya, dia perlahan meletakkan pistol di tangannya.Seolah-olah bisa menebak Jihan akan meletakkan senjatanya demi orang yang dia sayangi, wanita di kursi roda itu tersenyum lebih sinis."Inilah kenapa kamu nggak bisa melawanku. Kamu punya kelemahan dan aku nggak punya ...."Pria yang baru saja lolos dari todongan senjata menjadi sedikit pucat saat mendengar kata-kata tersebut.Untungnya, Jihan mengalah. Jika tidak, kakak perempuannya itu tidak akan peduli dengan hidup atau matinya.Jihan hanya tersenyum sinis dan mendengus dingin. Dia sama sekali tidak ingin mengatakan apa pun pada wanita di kursi roda itu.Melihat Jihan masih bersikap arogan, wanita di kursi roda itu langsung
Setelah orang-orang itu pergi, Jihan memandang Rudi, yang berdiri di samping dan menjadi pucat karena ketakutan dan berkata, "Panggilkan dokter untuk Lilia."Rudi mengangguk cepat dan menjawab, "Baik, aku akan segera panggil dokter ...."Rudi pun bergegas keluar. Lilia yang terbaring di lantai dan tidak bisa bergerak, mengalihkan pandangannya dengan susah payah dan menatap Jihan.Lilia sedikit terkejut ketika melihat tangan kanan Jihan, yang terbungkus kain kasa, mengeluarkan banyak darah karena memegang pistol tadi."Pak Jihan, biarkan aku menghentikan pendarahan di tanganmu dulu."Saat Lilia ingin bangkit berdiri, dia dihentikan oleh suara dingin, "Nggak perlu."Setelah mengatakan itu, Jihan berbalik dan duduk di sofa. Matanya yang acuh tak acuh itu menatap dingin sisa-sisa cahaya matahari terbenam.Lilia dapat melihat sorot mata Jihan sangat redup dan kusam, seolah-olah telah kehilangan warna kehidupan.Melihat Jihan seperti itu, rasa bersalah yang mendalam tiba-tiba melonjak di hat
Zeno menjawab dengan cepat, "Baik, Tuan. Saya akan segera menjemput Anda."Setelah Jihan mengakhiri panggilan, sorot matanya yang dingin dan haus akan darah itu melihat ke luar jendela, melihat rumah mansion yang diterangi lampu jalan.Seakan-akan dia bisa melihat rumah besar Keluarga Levin melalui cahaya itu, yang membuat matanya tiba-tiba dipenuhi kebencian.'Ellen, aku berjanji pada Ayah untuk nggak membunuhmu, tapi kamu sudah menghancurkan apa yang aku pedulikan, jadi aku juga akan menghancurkan apa yang kamu pedulikan.'Akan kuladeni permainanmu ini ....'Setelah membungkus ulang kain kasa yang berlumuran darah itu, Jihan mengeluarkan sepasang sarung tangan kulit hitam dan memakainya dengan paksa.Setelah itu dia pergi ke ruang ganti, mengambil satu set pakaian kasual dan mengenakannya, lalu mengacak-acak rambutnya yang sebelumnya disisir rapi.Setelah semuanya siap, dia mengambil topengnya dan perlahan turun ke bawah.Rudi sedikit khawatir saat melihat Jihan keluar dengan penampi
Saat memikirkan itu, gelombang kebencian secara tiba-tiba muncul di mata Jihan.Jihan mengambil topengnya, memasangkan di wajahnya, turun dari mobil dan berjalan dengan cepat.Setelah dia turun, seluruh orang dari puluhan mobil yang ikut berhenti di tempat parkir pun turun.Kemunculan kerumunan orang bertopeng mengagetkan pasangan muda yang masih berciuman itu.Terutama Mira, wajahnya langsung memucat ketika melihat pria bertopeng emas sedang bersandar di depan pintu mobil."Tuan ... Tuan Malam ...."Sepanjang hidupnya, Mira tidak pernah takut pada siapa pun.Namun, hanya mendengar nama Tuan Malam saja sudah membuatnya ketakutan.Karena setiap kali dia melakukan sesuatu yang buruk, Tuan Malam akan mendatanginya dan menyuruh para anak buah untuk bergantian menyerangnya.Mira sudah mencoba memeriksa identitas Tuan Malam, tetapi tidak dapat menemukan informasi apa pun, seolah-olah mereka sengaja menyembunyikan identitas hanya untuk menyerangnya.Oleh karena itu, Mira tidak bisa membalaska
Mira masih marah karena pria muda itu meninggalkannya dan melarikan diri. Kemudian, dia mendengar suara yang sengaja disamarkan memberikan perintah yang mengerikan dan menakutkan.Sekujur tubuhnya seketika melemas dan dia terjatuh di depan mobil sambil memandang Tuan Malam dengan ekspresi tidak percaya."Aku nggak pernah menyinggungmu, 'kan? Kenapa kamu selalu mengincarku?"Dulu, Mira hanya diberi pelajaran biasa. Kali ini, dia akan ditampar dan dikurung di The Night Bar dan dijadikan wanita panggung.Mira sangat heran dari mana Tuan Malam mendapatkan kekuatan untuk bisa mengatur tempat paling menghasilkan uang di Kota Aster dengan sesuka hatinya?Selain itu, Tuan Malam tahu bahwa dirinya adalah adik sepupu Jihan dari Keluarga Lionel dan satu-satunya cucu perempuan di Keluarga Levin. Meskipun tahu, mengapa Tuan Malam masih berani menyerangnya?Sayangnya, dia mungkin tidak akan pernah bisa mendapatkan jawaban dari pertanyaan-pertanyaan itu.Begitu Zeno melambaikan tangannya, seorang pri
Winata lebih pintar dari Mira. Dia segera teringat pada Jihan.Karena Ellen sudah memberitahunya bahwa wanita jalang itu, Wina, sudah meninggal. Kemudian, Jihan menyayat pergelangan tangannya, bunuh diri di depan makam Wina.Winata ingat saat dia dan Mira memberi pelajaran pada Wina di toilet, Jihan juga ada di sana.Jihan membantu Wina ketika Mira mengatakan ingin langsung membunuh Wina.Winata merasa jika bukan karena Mira bersikeras akan memberi tahu Ellen, Jihan pasti tidak akan menampar Wina.Tamparan itulah yang membuat Winata menghilangkan semua kecurigaannya.Winata tidak menyangka Jihan melakukan hal itu di depan mereka agar keluarganya tidak mengetahui keberadaan Wina.'Jelas-jelas sudah berhubungan dengan wanita jalang itu selama lima tahun, tapi masih bersikap seperti nggak terjadi apa-apa. Jihan sungguh pandai menyembunyikannya!''Sekarang, demi wanita jalang itu, kamu malah memperlakukanku seperti ini. Jihan, kamu sungguh keterlaluan!'Setelah kepalanya ditarik keluar dar