Sara sedang bekerja sif malamnya. Entah mengapa dia merasakan firasat buruk dan kelopak mata kanannya terus berkedut.Hal pertama yang terpikirkan olehnya adalah Wina. Dia segera menelepon, tetapi sudah beberapa kali mencoba tetap tidak diangkat.Karena merasa cemas, Sara izin cuti dan bergegas pergi ke apartemen kecilnya sambil terus menelepon.Bertepatan dengan dia membuka pintu apartemen, panggilan teleponnya dijawab.Sara menghela napas lega dan bertanya dengan cemas, "Wina, apa yang kamu lakukan? Kenapa dari tadi nggak menjawab teleponku? Aku sangat cemas!"Namun, yang terdengar bukanlah suara Wina, melainkan suara wanita lain, "Kamu kakaknya Nona Wina?"Jantung Sara seketika berdetak kencang ketika dia mendengar orang asing yang menjawab teleponnya."Benar, kamu siapa?""Aku Dokter Lilia. Sebelumnya kita pernah bertemu di apartemenmu.""Dokter Lilia?"Sara mengernyit, raut wajahnya terlihat sangat gelisah."Kenapa kamu yang mengangkat ponsel Wina? Apa terjadi sesuatu padanya?""N
Lilia tertegun sejenak dan bertanya, "Nona Sara, apa kamu berencana mencari perhitungan dengannya?"Sara mengepalkan tangannya dan berkata dengan marah, "Dia berani memukul Wina yang kuanggap sebagai adikku sendiri sampai seperti ini, tentu saja aku akan mencari perhitungan dengannya!"Saat mendengar itu, Lilia tercekat. Dia baru saja mengetahui sedikit tentang situasi Sara.Sara seperti Wina yang merupakan seorang yatim piatu. Dia tidak memiliki kekuasaan dan juga latar belakang apa pun.Oleh karena itu, Lilia merasa bagaimana mungkin Sara bisa mengalahkan Mira. Kemungkinan Sara akan langsung diusir sebelum bisa menginjakkan kaki di kediaman Keluarga Levin.Jika seperti itu, Sara termasuk beruntung. Jika tidak cukup beruntung dan bertemu Mira, Sara mungkin akan langsung kehilangan separuh nyawanya.Lilia berpikir sejenak dan akhirnya mencoba membujuk Sara, "Nona Sara, Nona Mira sudah terbiasa bersikap kejam. Kamu bukan tandingannya. Selain itu, dia ada banyak pengawal yang menjaganya.
Wina samar-samar mendengar seseorang sedang berbisik di telinganya.Namun, tidak terdengar dengan jelas apa diucapkan orang itu. Dia ingin mendekat ke arah suara itu, tetapi tubuhnya tidak bisa bergerak.Tidak tahu berapa lama, suara yang masuk di telinganya perlahan menjadi lebih jelas."Wina, kamu sudah koma selama tiga hari, kapan kamu akan bangun?"Kali ini Wina mendengar dengan jelas suara itu. Dia tahu itu adalah suara Sara.Saat membuka matanya, dia mendapati bahwa penglihatannya kabur.Dia hanya bisa melihat sosok Sara yang buram, tidak bisa melihat fitur wajah Sara dengan jelas.Wina ingin menyentuh pipi Sara, tetapi dia sama sekali tidak punya tenaga untuk mengangkatnya tangannyaPada saat inilah dia menyadari kondisinya tubuhnya sudah tidak akan bisa bertahan lebih lama lagi ...."Sara ...."Sara, yang sedang menyeka tubuh Wina, ketika mendengar suara lemah Wina, dia segera meletakkan handuk dan meraih tangan Wina."Wina, kamu akhirnya bangun. Kalau ada yang nggak nyaman ber
Selesai berteriak, Sara menutupi wajahnya dan menangis putus asa.Melihat Sara yang seperti itu, mata Wina memerah dan berkaca-kaca.Wina menggunakan seluruh kekuatannya untuk meraih pakaian Sara.Namun, Sara tidak bisa menerima kenyataan itu dan mundur ....Sambil menangis, dia berlari keluar dari kamar rawat dengan putus asa.Air mata Wina yang tertahankan mengalir setetes demi setetes saat melihat Sara melarikan diri.Sara berlari keluar dari ruang rawat inap VIP dan tanpa sadar berhenti di pintu ruang rawat inap umum.Dia ingin meminta bantuan Denis meski tahu Denis tidak akan bisa membantu apa pun. Dia sekarang ingin memiliki bahu untuk bersandarSaat berjalan sambil menangis menuju kamar rawat Eva, Sara tidak melihat mereka berdua di dalam. Sebaliknya, terdengar suara dari kamar sebelah.Sara refleks ingin pergi, tetapi suara pria yang terdengar itu seketika membuatnya berhenti.Dia berbalik, berjalan selangkah demi selangkah menuju kamar rawat berikutnya.Pintu kamar itu terkunc
Wajah seketika Jefri menjadi masam dan bertanya, "Apa maksudmu?"Sara memelototinya sejenak, lalu berbalik dan pergi tanpa menjawabnya.Saat Jefri bereaksi, Sara sudah tidak kelihatan.Jefri menjadi sangat marah dan menendang mobil mewahnya.Awalnya dia ingin melampiaskan amarahnya, tetapi bagian yang dia tendang adalah pelat besi yang membuat jari kakinya kesakitan.Jefri, yang sangat sial, dibawa ke ruang gawat darurat dengan bantuan dokter dan asistennya.Setelah perawat memberi tahu bahwa Wina sudah sadar, Lilia segera datang ke kamar rawat VIP dengan membawa stetoskopnya.Lilia menghela napas lega, setelah memeriksa kondisi fisik Wina dan menemukan tidak ada tanda-tanda infeksi di bagian belakang kepala Wina."Nona Wina, selanjutnya kita hanya perlu mengamati apakah ada infeksi setelah menjalani operasi di belakang kepalamu. Tenang saja, ini bukan masalah besar, tapi ...."Lilia berhenti sejenak, menatap Wina dengan tatapan penyesalan dan berkata, "Kondisi jantungmu semakin membur
Ekspresi putus asa Wina membuat Lilia merasa tertekan. Dia segera membungkuk dan memeluk Wina."Nona Wina, terima kasih."Pelukan lembut Lilia menyadarkan Wina dari lamunannya. Dengan susah payah, dia mengangkat tangannya dan menepuk-nepuk punggung Lilia."Aku juga ingin berterima kasih sudah menyelamatkanku. Kalau bukan karena kamu, aku mungkin nggak akan ada kesempatan untuk mengucapkan selamat tinggal kepada kakakku."Setelah Sara pergi, seorang perawat masuk untuk memeriksa kondisinya. Perawat itu juga memberi tahu Wina bahwa dia diselamatkan dengan tepat waktu oleh Lilia.Meskipun dia tidak tahu bagaimana Lilia bisa bergegas datang menyelamatkannya, dia hanya perlu mengingat utang nyawa ini selamanya dan tidak perlu bertanya terlalu jauh."Sebenarnya Ji ...."Lilia ingin memberi tahu Wina bahwa Jihan yang meminta dirinya untuk menyelamatkannya, tetapi ucapannya disela oleh Wina, "Dokter Lilia, kakakku, maksudku Sara, ke mana dia pergi?"Sudah dua jam berlalu dan Sara masih belum k
Sara berdiri di depan kamar rawat, dia tidak berani masuk.Bukan karena tidak berani menghadapi Wina, tetapi dia tidak bisa menghadapi kepergian Wina.Sara melipat tangannya dan bersandar ke dinding dan perlahan berjongkok. Seolah-olah seluruh dunia telah meninggalkannya, dia tampak sangat tidak berdaya.Ketika Lilia memimpin sekelompok dokter untuk melakukan pemeriksaan, dia melihat Sara. Kemudian, dia segera meminta dokter lain untuk melanjutkan pekerjaan mereka. Sementara dia melangkah maju untuk membantu Sara berdiri."Nona Sara, kamu baik-baik saja?"Sara tertegun dan menggelengkan kepalanya.Lilia menatap mata Sara yang bengkak karena menangis, lalu menarik napas dalam-dalam."Nona Sara, hidup dan mati sudah ditakdirkan. Nggak ada yang bisa mengubahnya. Yang bisa kamu lakukan sekarang adalah lebih sering menemaninya. Jangan sampai ada penyesalan di kemudian hari."Kata-kata itu menyadarkan Sara. Secercah cahaya kehidupan terlihat pada pupil matanya yang redup itu."Berapa lama ..
Sara menangis selama dua jam penuh, seolah-olah dia telah mengeringkan semua air matanya baru berhenti menangis.Wina mengangkat sudut bibirnya dan mentertawakannya, "Kak Sara di dalam ingatanku selalu kuat, nggak kusangka bisa jadi cengeng seperti ini."Sara tidak ada niat bercanda dengannya, dia hanya bertanya dengan ekspresi pahit di wajahnya, "Apakah Dokter Lilia tahu bahwa kamu nggak bisa melihat?"Wina menggelengkan kepalanya, "Nggak tahu."Setelah itu, Wina menambahkan, "Aku nggak ingin merepotkannya."Ketika mendengar ini, Sara merasa sangat sedih. Dia tahu Wina mungkin merasa hidupnya hanya tinggal beberapa hari lagi, jadi tidak peduli apakah bisa melihat atau tidak.Sara menatap mata Wina yang terlihat kusam, menekan keputusasaan yang hampir runtuh di dalam hatinya dan bertanya dengan suara serak, "Wina, kapan kamu mulai menderita gagal jantung?"Sara sudah pernah mencari tahu bahwa gagal jantung tidak mungkin akan langsung sampai ke tahap stadium terakhir.Oleh karena itu, S