Tidak lama kemudian, si kepala sekolah pun mendengar tentang apa yang terjadi pada ketiga saudara dari Keluarga Lionel itu. Dari mana Delwyn belajar menyuruh orang lain memanggilnya "kakak" seperti ini?Delwyn pun menyebut nama Jodie tanpa ragu. Si kepala sekolah menelepon Wina dan bertanya kepada Wina siapa itu Jodie dan kenapa Jodie mengajari hal yang begitu tidak etis kepada Delwyn?Hari itu, Jodie datang ke Bundaran Blue Bay untuk mengunjungi Delwyn dan kebetulan mendengar si kepala sekolah menyebutnya orang jahat. Jodie marah sekali. Dia langsung merebut ponsel Wina dan terlibat dalam debat argumen dengan si kepala sekolah.Jodie baru terdiam setelah si kepala sekolah mengatakan bahwa Delwyn sekarang adalah penguasa di TK dan akan memimpin teman-temannya untuk berkelahi dengan anak-anak dari TK sebelah. Memang hal ini ada hubungannya dengan Jodie.Setelah Cessa menikah, Jodie kembali ke Alvinna dan tinggal di sebuah vila di seberang Bundaran Blue Bay. Dia sesekali akan mencari rib
Pada usia lima tahun, terjadi banyak hal pada Delwyn. Yang pertama, di sisi Keluarga Dinsa, di mana Jordan bertemu dengan seorang genius di kasino. Dia berusaha sekuat tenaga untuk memenangkan taruhan. Namun, pada akhirnya, tetap saja dijemput Permana dalam keadaan hanya mengenakan celana dalam.Perman memberi pelajaran pada Jordan menggunakan cara yang sama dengan Jihan saat menghukum Delwyn, yaitu memukul bokong. Mereka memegang tongkat dan memukulnya keras-keras. Jordan merasa sangat malu dan tidak pernah lagi kembali ke kasino.Namun, kemampuan yang dimilikinya ini, diam-diam diajarkan Jordan pada Delwyn. Awalnya, Delwyn tidak tertarik pada apa pun. Akan tetapi, setelah dilatih oleh Jordan, Delwyn mulai tertarik pada perjudian. Namun, bukan perjudian yang menarik minatnya, melainkan pada pemecahan teka-tekinya.Delwyn akan menerima mainan teka-teki apa pun yang dibawakan oleh Jordan. Lalu, tanpa mengatakan sepatah kata pun, Delwyn akan duduk bersila di atas karpet ruang kerja dan m
Jadi, Jodie memang menyukai kecantikan Wina. Kemudian, seiring berjalannya waktu, saat mereka mulai berinteraksi, Jodie mulai jatuh cinta pada diri Wina. Ya, Jodie menggunakan kata "cinta". Jodie mencintai Wina. Oleh karena itu, Jodie berharap yang terbaik untuk Wina.Seperti sekarang. Wina telah berhasil mengatasi kesulitannya saat melahirkan dan hidup bahagia bersama suami serta putranya. Jodie sendiri juga ikut berbahagia untuknya.Meskipun terkadang Jodie bersaing dengan Jihan, hal tersebut tidak berarti dia akan menghancurkan keluarga Wina. Justru karena Jodie tidak pernah memikirkan hal seperti itu, kalimat "Wina, aku mencintaimu", tidak akan pernah terucap olehnya ....Setelah mengubur cinta yang tidak dapat diungkapkan dengan kata-kata dalam hidup ini jauh di dalam hatinya, Jodie pun mengambil gelas anggurnya sambil tersenyum. Dia mengangkat alisnya ke arah Andrew dan tertawa kecil. "Aku memang menyukai wanita cantik. Kalau ada gadis yang lebih cantik dari Wina di sekitar Pak A
Andrew agak membenci Rachel. Meskipun Andrew jelas merasakan jika Rachel menyukainya, Rachel tetap menikah dengan orang lain. Orang yang dinikahinya itu, selain memiliki latar belakang keluarga yang setara, tidak memiliki kelebihan lain. Pria itu hanya anak orang kaya yang tidak berguna. Andrew tidak pernah mengerti apa yang sebenarnya dilihat Rachel pada orang itu.Sekarang, Andrew mengerti. Rachel menyukai orang itu karena dia pandai bermain, pandai merayu wanita dan suka memukul wanita. Andrew mencemooh Rachel yang mendapatkan nasib seperti itu. Semua itu memang pantas untuk Rachel.Namun, Andrew masih merasa tidak enak di dalam hati. Terutama ketika dia bermimpi di tengah malam, memimpikan Rachel berlari memohon padanya dengan wajah babak belur dan bengkak.Andrew bahkan tidak bisa tidur. Dia menyingkap selimutnya di tengah malam dan berdiri di dekat jendela. Andrew menatap kosong ke seberang halaman, ke kamar Rachel ketika dia belum menikah.Yang diingat Andrew dalam pikirannya ad
Setelah berdiri di tempat untuk waktu yang cukup lama, Andrew pun mengumpulkan keberaniannya. Dia menarik kursi di samping tempat tidur dan perlahan-lahan duduk di sana.Begitu Andrew duduk, mereka berdua pasti akan bertatapan. Rachel hanya bisa menundukkan kepalanya dan tidak menatap Andrew. Akan tetapi, Andrew mengulurkan tangannya dan meraih pergelangan tangan Rachel."Kalian sudah bercerai. Apa kamu masih mau bersamaku?"Rachel melihat jari-jari panjang yang bertumpu pada pergelangan tangannya. Air mata haru memenuhi matanya. Dalam keadaan yang begitu menyedihkan, Andrew bukan hanya tidak memandang rendah dirinya, tetapi juga bertanya apakah dia masih mau bersamanya.Rachel yang sudah lama hidup dalam neraka, bagaimana mungkin tidak merasa tersentuh? Namun, dia sudah pernah menikah dan melahirkan seorang anak. Dirinya yang seperti itu, bagaimana mungkin pantas untuk Andrew, yang bahkan tidak pernah terseret dalam gosip apa pun?"Kak Andrew."Rachel tersenyum dan mendorong tangan An
Wina menerima undangan tersebut dan tersenyum bahagia saat melihat nama pengantin wanita yang tertera di sana. Kakaknya itu akhirnya mendapatkan apa yang diinginkannya.Pernikahan Andrew diadakan pada malam yang cerah, dengan cahaya bulan menyinari halaman di luar kastel. Sementara di dalam kastel, sebuah pernikahan mewah abad ini sedang berlangsung.Andrew mengenakan jas hitam yang dipesan khusus, dengan mawar putih di dadanya. Dia menatap pengantin wanita di seberangnya dengan penuh perhatian. Matanya dipenuhi cinta.Rachel mengenakan gaun pengantin putih yang sangat mahal, yang dihiasi dengan berlian yang berkilau, yang tidak terhitung jumlahnya. Di bawah cahaya lampu, gaun tersebut memancarkan kilauan bintang-bintang.Lokasi pernikahan penuh sesak dengan para tamu VIP dari seluruh dunia yang berkumpul bersama, menciptakan suasana yang meriah, lengkap dengan makanan dan anggur yang lezat. Segalanya terlihat sempurna.Diiringi musik yang merdu, Andrew menggandeng tangan Rachel dan be
Ketika Berlin duduk, Gisel dengan antusias membawakan kue-kue dan menyerahkannya kepada Berlin. "Boneka, berdiri di atas panggung begitu lama, pasti membuatmu sangat lapar. Makanlah kue-kue ini untuk mengganjal perutmu."Berlin adalah seorang gadis blasteran. Rambutnya pirang, matanya biru, kulitnya putih, dan hidungnya mancung. Sepasang matanya yang biru jernih tampak seperti danau yang indah, seakan bisa memuat seluruh bintang-bintang di langit.Bagi Gisel, gadis kecil seperti Berlin tidak ubahnya seperti boneka hidup. Gisel sangat menyukainya dan berharap bisa menjadi seperti Berlin, yang ramping dan cantik.Namun, Gisel dirawat dengan terlalu baik oleh bibi dan pamannya, sehingga dia menjadi makin gemuk. Sekarang, di usia dua belas tahun, tubuhnya belum terlihat tinggi. Gisel khawatir akan menjadi anak yang gemuk saat dewasa nanti.Memikirkan hal tersebut, tiba-tiba saja kue di tangan Gisel tidak lagi terasa enak. Dia pun menyerahkan semua kue itu kepada Berlin. "Mulai sekarang, ak
Pernikahan Andrew sudah benar-benar berakhir. Wina bersama kedua anaknya tinggal selama beberapa hari di rumah Keluarga Ivoron, lalu kembali ke negara asalnya.Segalanya kembali seperti biasa, kecuali ayah dan anak yang jarang berbicara itu, hari-hari berlalu dengan cukup lancar.George, Sam, dan Jeana sesekali datang menjenguk Gisel. Ketiga orang itu terhubung karena Gisel dan kebetulan seringkali bertemu. Akhirnya, mereka memutuskan datang berkelompok bersama-sama untuk menjenguk Gisel.Sam masih sama seperti sebelumnya. Dia suka bermain gim, mengoleksi emas, dan menjalani kehidupan santai seperti pemuda yang tidak punya ambisi. Meskipun begitu, dia mengelola perusahaan Alvin dan Vera dengan sangat baik.Untuk menghindari bolak-balik antar negara, Sam menggabungkan kedua perusahaan, di tempat di mana Vera dan Alvin pertama kali bertemu dan jatuh cinta. Perusahaan itu diberi nama "Perusahaan Arsitektur Alvin dan Vera". Selain itu, kisah cinta dua desainer top tersebut dijadikan pedoma
Lama sekali Jodie hanya tertegun setelah menerima berita kematian Wina, tetapi akhirnya bergegas dan mengantar kepergian Wina ke tempat peristirahatan terakhirnya. Setelah semua orang meninggalkan pemakaman, Jodie mengelus batu nisan Wina dengan penuh rindu."Wina."Jodie perlahan berjongkok sambil bertopang pada batu nisan Wina dan menatap wajah Wina dalam foto dengan matanya yang sudah menua ...."Nggak disangka, ya?""Ternyata begitu aku jatuh cinta, rasa cintaku bisa bertahan selama ini," gumam Jodie sambil mengangkat alisnya. "Aku saja nggak tahu kalau aku ternyata tipe orang yang sepenyayang ini."Jodie menatap foto itu dan tersenyum. "Sampai-sampai ... aku merasa nggak ada satu wanita lain pun yang menarik perhatianku. Tuh Wina, aku nggak kalah dari Jihan, 'kan?"Namun, yang menjawab Jodie adalah bunyi kepak sayap burung yang terbang di pemakaman. Setelah semua binatang itu pergi, yang tersisa hanyalah keheningan. Sama heningnya seperti rasa cinta yang selama ini Jodie pendam da
Sebelum kehidupan Wina berakhir, yang terlintas di benaknya adalah rasa cinta yang Jihan sembunyikan selama lima tahun itu ....Saat membalikkan tubuhnya dan bangun, Wina bisa melihat tubuhnya dipeluk dengan erat oleh sepasang lengan yang kuat dan bertenaga. Jika itu bukan cinta, lantas apa ....Wina juga bisa melihat suasana makan di akhir pekan itu dengan jelas. Jihan yang duduk di depannya sesekali melirik Wina melalui ekor matanya. Jika itu bukan karena Jihan sudah lama menyukainya waktu, lantas apa ....Apalagi setelah Jihan selesai melakukannya. Dia akan menggendong dan membiarkan Wina berbaring tengkurap, lalu mengusap-usap punggung Wina untuk menidurkannya seperti anak kecil ....Rasa cinta Jihan terwujud dalam hal-hal kecil. Mungkin sekilas tidak terlihat jelas cinta macam apa itu dan hanya Jihan sendiri yang tahu betapa dia menyayangi dan mencintai Wina ....Mata Wina tidak bisa lagi terbuka, rasanya jiwanya tersedot keluar. Dia tidak punya tenaga lagi untuk bangkit, dia juga
Wina mengelus bagian belakang kepala Delwyn, ekspresinya terlihat sangat tenang seolah-olah dia sudah berdamai dengan kenyataan. "Kapan kamu akan menikah?"Tubuh Delwyn sontak menegang, air mata menggenangi pelupuk matanya. Dia pun perlahan menengadah dan melepaskan Wina. "Ibu ... aku ... aku belum bertemu dengan gadis yang kusuka."Wina bisa melihat pantulan dirinya dari bola mata Delwyn, jadi dia menyentuh wajah putranya. "Kamu lihat sendiri betapa menderitanya ibumu tetap bertahan hidup. Masa kamu nggak mau membiarkan Ibu menyusul ayahmu?"Sewaktu kecil Delwyn dikekang oleh orang tuanya, tetapi sekarang setelah besar, giliran dia yang mengekang orang tuanya. Karena hanya pengekangan ini saja yang bisa mencegah Delwyn menjadi yatim piatu. Jadi ... biarkan Delwyn menjadi egois untuk kali ini saja ....Delwyn meraih lengan Wina dan memohon, "Ibu, tolong tunggu sebentar lagi. Aku akan menemukan gadis yang kusuka dan menikahinya, oke?"Wina tidak tega menyakiti hati putranya, jadi dia me
Demi putranya, Wina sama sekali tidak mengikuti Jihan. Namun, rambut Wina mendadak beruban dalam satu malam dan wajahnya seolah menua sepuluh tahun. Kerutannya sontak tampak lebih kentara, tatapan matanya selalu terlihat kosong.Di depan makam Jihan, Wina meminta Jihan untuk menunggunya. Sekarang Wina sudah punya anak, jadi dia tidak bisa melakukan sesuatu dengan asal. Nanti setelah putra mereka menikah, barulah Wina akan pergi menyusul Jihan. Jika Jihan ternyata tidak menunggunya, Wina akan menarik kembali janjinya tentang kehidupan selanjutnya sehingga mereka tidak akan pernah bertemu lagi ....Wina tidak menghadiri pemakaman Jihan. Itu sebabnya dia akhirnya terbangun, lalu berjalan ke makam Jihan dengan tubuh yang terhuyung-huyung. Tidak ada yang tahu tentang apa yang Wina katakan kepada Jihan, selain Delwyn yang memapah ibunya untuk menemui ayahnya ....Malam itu, Wina tiba-tiba pingsan di salju dan segera dibawa ke rumah sakit untuk diberikan pertolongan pertama. Wina baru sadar s
Bulu mata Wina tampak bergetar. Dia mengangkat matanya yang terkesan kosong dan menatap ke kejauhan. "Nggak, aku nggak akan ke mana-mana. Kami akan tetap di sini sampai aku ikut mati beku. Nggak akan ada yang bisa memisahkan kami."Semua orang sontak merasa tercekat. Mereka semua bergegas membujuk Wina agar jangan melakukan hal bodoh, tetapi Wina tidak mengacuhkan semua omongan mereka. Dia hanya duduk diam di sana sambil memeluk Jihan, menunggu ajal menjemputnya.Delwyn akhirnya menggenggam tangan Wina dengan erat sehingga pandangan Wina beralih kepadanya. "Ibu, aku tahu betapa Ibu mencintai Ayah dan Ibu pasti sulit menerima kenyataan ini, tapi tolong jangan lakukan hal bodoh. Aku sudah kehilangan Ayah dan aku nggak bisa kalau harus kehilangan Ibu juga ...."Suara putranya membuat Wina akhirnya perlahan menatap Delwyn. Wina menyentuh wajah Delwyn yang tampak begitu mirip dengan Jihan, lalu tersenyum kecil dengan senang ...."Ibu sudah lama mempersiapkan diri untuk kematian ayahmu. Kare
Air mata Wina pun mendadak mengalir turun. Tidak ada tangisan yang memilukan hati, hanya keheningan dan bibir Wina yang terbuka. Wina ingin mengatakan sesuatu, tetapi sepertinya dia sudah mengatakan semua yang ingin dia katakan kepada Jihan. Pada akhirnya, Wina hanya menurunkan pandangannya menatap wajah Jihan yang sudah pucat itu ...."Bodoh. Mau seberapa banyak pun darahmu mengalir keluar, kamu tetap suamiku. Mana mungkin aku takut? Aku nggak takut. Kenapa kamu malah pergi ke tempat seperti ini sendirian?"Yang membuat Wina merasa begitu getir adalah karena dia tidak sempat berpamitan untuk terakhir kalinya. Namun, Jihan sama sekali tidak memikirkan rasa penyesalan Wina dan fokus ingin menyembunyikan kondisinya dari Wina ....Lantas, bagaimana jika ... Wina tidak mengenali tiruan Jihan? Apa itu berarti Wina tidak akan pernah menemukan tubuh Jihan? Apa itu berarti Jihan akan selamanya terkubur beku di bawah salju ....Jihan sudah mempersiapkan segala sesuatunya sebelum ajal menjemputn
Saat Delwyn meraih tangan Jihan dengan gemetar, Wina sontak menengadah seolah mendapatkan firasat. Dia melihat ke arah Delwyn sekilas, lalu bergegas merangkak menghampiri putranya dengan rambut acak-acakan seperti orang gila.Wina tetap tidak menangis. Dia bahkan menyentuh tangan yang kaku dan putih membeku itu dengan tatapan tegas, lalu menurunkan pandangannya yang bergetar dan menggali salju yang menutupi tubuh Jihan dengan tangannya yang sudah berdarah.Salju yang menumpuk di gunung lebih dalam, setiap lapisannya mengubur Jihan. Wina berusaha dengan sekuat tenaga untuk mengeluarkan suaminya dari dalam salju, lalu akhirnya melihat wajah Jihan yang berlumuran darah. Tidak ada rona kemerahan apa pun di wajah yang tampan itu, hanya ada noda darah dan salju yang menghiasi ....Delwyn menatap sosok ayahnya dengan tidak percaya. Dia pun jatuh terduduk, hatinya terasa remuk redam. Langit seolah mendadak runtuh dan hanya ada kegelapan tak berujung yang menyelimuti ...."Delwyn.""Tolong Ibu,
Wina yang sedang mencari ke mana-mana sontak berhenti melangkah, rasanya dia seperti mendengar ada yang memanggil namanya. Wina pun menoleh dengan tatapan kosong, tetapi terlihat jelas hanya ada dia di sini.Wina berdiri dalam diam, lalu memegangi dadanya yang berdetak dengan begitu kuat. Tiba-tiba, hatinya terasa tersayat seolah-olah dia akan kehilangan sesuatu. Saking sakitnya, Wina sampai membungkukkan tubuhnya. Akan tetapi, rasa sakit itu tidak kunjung hilang ....Firasatnya mengatakan bahwa sesuatu terjadi pada Jihan. Di saat Wina ingin kembali mencari Jihan, tiba-tiba sosok Jihan yang tampan muncul di hadapannya sambil membawa sebuket mawar."Sayang, kok kamu di sini? 'Kan sudah kubilang tunggu aku?"Begitu melihat Jihan tampak baik-baik saja, jantung Wina yang semula berdegap kencang mendadak menjadi tenang kembali.Wina langsung melempar payungnya dan melompat memeluk Jihan dengan gembira.Wina menghela napas lega saat merasakan hangat tubuh dan napas Jihan."Sayang, kamu tahu
Saat melihat Jihan berdiri sempoyongan dan mengerahkan sedikit tenaga untuk melambaikan tangannya, Jefri akhirnya tidak tahan lagi. Dia menggertakkan gigi dan berlari secepat mungkin ke dasar Gunung Kiron ...."Kak Jihan, aku panggil dokter dulu, terus menyuruh robot itu naik gunung dan baru setelah itu aku akan menjemputmu! Kakak berdiri saja di sana dan tunggu aku, ya! Aku akan segera kembali!"Jalan gunung di malam hari memang tidak dapat diprediksi, salju yang turun dari langit seolah menjadi sumber penerangan. Jefri merasa seperti sedang berjalan di siang hari. Namun, saking langkahnya terburu-buru, Jefri sampai beberapa kali jatuh tersungkur ke atas tanah dan dia bahkan tidak tahu berjalan ke arah mana ....Jihan memandangi punggung Jefri yang berangsur-angsur menghilang dari pandangannya, lalu memegangi dadanya. Dia bisa merasakan detak jantungnya yang perlahan melambat. Jihan berdiri diam sambil merasakan bagaimana nyawanya meregang ....Entah berapa lama waktu berlalu, yang je