Namun, Tuan Keempat juga tidak peduli. Karena sekarang 2-9 sudah menunjukkan wajah aslinya kepadanya, itu berarti mereka berada di pihak yang sama.Tuan Keempat pun mengetukkan puntung rokoknya ke asbak dengan lembut."Sampai satu ronde terakhir hingga dia keluar dengan selamat.""Dia" yang Tuan Keempat maksud adalah Jodie, bukan Wina.Jari Tuan Kesembilan berhenti bergerak sesaat, lalu akhirnya mengetuk-ngetuk di atas meja lagi."Apa boleh akses pengawasan ruang pemain diberikan kepadaku?"Para pengundang di balik layar ini tidak bisa sembarangan memeriksa pengawasan ruang pemain. Mereka hanya bisa melihatnya di area pengawasan saat awal permainan, sementara akses di waktu-waktu lainnya akan ditutup."1-2 sudah membunuh programmer yang jadi kambing hitammu."Pernyataan itu menyiratkan penolakan. Tuan Kesembilan mengerti, dia pun berhenti bicara.Tuan Keempat membuang puntung rokoknya, lalu melepaskan topengnya.Setelah itu, dia menyalakan rokok lagi dan mengisapnya dalam-dalam di depa
Kembali ke area permainan. Setelah memasuki pintu kehidupan dan kematian, para pemain dibawa ke tempat berbeda sesuai dengan hadiah dan hukuman permainan.Mereka yang memilih hadiah uang dan yang memasuki pintu kematian dibawa langsung ke kamar, sementara mereka yang memilih pacuan kuda dikirim ke arena pacuan kuda.Meskipun Jodie masuk pintu kematian, dia tetap terhitung selamat pada ronde permainan ini sehingga dia bisa mengikuti Wina ke pintu kehidupan. Bagaimanapun juga, permainan sudah berakhir. Para pemain pintu kematian juga sudah diberikan hukuman yang sepantasnya mereka terima sesuai dengan aturan.Sekembalinya ke kamar, mereka lagi-lagi berada dalam lingkungan yang membingungkan. Hanya ada tembok tinggi di sekeliling mereka. Mereka awalnya ingin berkomunikasi dengan pria dengan bekas luka dari Kamar 10 itu, tetapi mereka tidak bisa melewati tembok tebal ini.Wina dan Jodie duduk di tepi tempat tidur sambil terdiam menatap borgol di pergelangan tangan mereka. Beberapa saat kem
Sentuhan hangat dengan Wina membuat wajah Jodie sontak memerah, bahkan telinganya saja ikut memerah.Selama ini, Jodie selalu menahan perasaannya kepada Wina. Namun, kecupannya di telinga Wina tadi membuat kendalinya agak terlepas.Jantung Jodie berdebar dengan kencang, tetapi dia harus mati-matian berusaha menahannya karena Wina sudah punya suami dan sedang mengandung.Jodie mengepalkan tangannya dengan erat sambil menatap Wina yang mengernyit dan memelototinya. "Aku nggak bermaksud begitu."Wina juga tahu Jodie tidak sengaja, tetapi dia tetap memelototi pria itu. "Hati-hati."Jodie mengiakan, lalu menarik selimut untuk menutupi kepala mereka."Kamu ngapain sih?"Wina berusaha menyibakkan selimut itu, tetapi Jodie menurunkan tangan Wina sambil berkata, "Kita lagi diawasi."Wina yang berada di balik selimut pun menunduk menatap tangan Jodie yang memegangnya. "Kamu mau bilang apa?""Menurutku, Jihan masih hidup," bisik Jodie sambil bergerak mendekat.Suaranya begitu pelan sampai-sampai
Wina dan Jodie belum membuat kemajuan apa pun sejak ronde pertama permainan. Sekuat apa pun mereka, tetap saja mereka tidak bisa bertahan.Terutama Wina. Dia merasa sangat lelah, tetapi tidak bisa tidur karena sibuk bertanya-tanya apakah Jihan masih hidup atau tidak.Jodie ingin ke kamar mandi, tetapi tidak bisa pergi karena tangan mereka masih diborgol. Jadi, Jodie meringkukkan tubuhnya seperti bola untuk menahan keinginannya.Tepat saat Wina dan Jodie sama-sama sudah merasa tidak nyaman, konsol di Kamar 9 muncul lagi.Kali ini bukanlah mesin untuk memasukkan kartu, melainkan dua buah nampan makanan.Makan malam ala Barat tersaji di atas nampan. Ada susu, jus dan juga air mineral yang disediakan untuk para pemain.Jodie menyeret Wina berdiri dan memaksa wanita itu makan sampai habis, lalu akhirnya meminta. "Ikut aku ke kamar mandi."Wina menghabiskan gelas susunya yang terakhir dan meletakkan gelas yang sudah kosong itu, lalu menatap ke arah kamar mandi dan kembali kepada Jodie. "Ayo.
"Para pemain yang terhormat, ada empat serangga yang muncul di layar. Kupu-kupu, kunang-kunang, ngengat dan capung. Masing-masing berada di dalam kotak. Pertanyaan, serangga apa yang ada di dalam kotak di depan kalian?"Karena hanya ada satu kotak hitam di depan mereka, itu berarti mereka harus memilih satu di antara empat serangga."Batas waktunya tetap lima menit. Hitungan mundur dimulai dari sekarang. 60, 59, 58 ...."Jodie refleks melirik Scar di seberangnya yang sedang mendengarkan hitungan mundur itu dengan saksama.Sementara itu, di ruang pengawasan di belakang layar. Pintu putih terbuka secara otomatis dan sekelompok pria berbaju hitam tiba-tiba masuk.Seorang pria berjalan dengan penuh semangat di tengah, angka 1-2 terukir di topengnya.Ini adalah pertama kalinya Tuan Kesembilan bertemu dengan salah satu pendiri di balik layar, sorot tatapannya berubah menjadi lebih serius.Setelah 1-2 muncul, pengawasan di area permainan terfokus pada sosok pria dengan bekas luka itu."Siapa
Jodie jauh lebih rasional daripada Wina, jadi dia segera menarik Wina bangkit berdiri. Bagaimanapun juga, mereka sudah tidak bisa menyelamatkan pria dengan bekas luka itu."Jangan lihat ke bawah, pilih dulu!"Suara Jodie cukup lantang hingga Wina tersadar dari lamunannya.Dia menenangkan pikirannya, lalu menatap kotak di depannya dan perlahan mengulurkan tangannya.Kotak itu tertutup dan terkunci. Selain itu, keempat jenis serangga yang dijadikan pilihan sama-sama ringan. Tidak mungkin mengetahui serangga apa yang ada di dalam kotak dari luar.Di saat Wina sedang ragu dan panik, si pria tukang goda di sampingnya langsung menekan tombol "kupu-kupu" karena terdesak waktu.Kotak itu terbuka dan yang terbang bukanlah seekor kupu-kupu, melainkan seekor ngengat. Pada saat yang bersamaan, pintu kematian di bawah kaki pria itu langsung terbuka.Si pria tukang goda itu tidak berdiri dalam posisi melingkar, sehingga dia tidak langsung jatuh seperti pria dengan bekas luka itu. Dia bahkan berbalik
Wina dan Jodie pikir ronde kedelapan akan dimulai setelah jeda satu minggu seperti sebelumnya.Ternyata begitu mereka kembali ke kamar, suara terkomputerisasi mulai terdengar."Bagi kedua pemain di ruang lanjut usia lantai empat, silakan bersiap karena ronde kedelapan akan dimulai esok hari."Wina dan Jodie sontak saling berpandangan. Apa ronde berikutnya dipercepat karena pendukung di belakang pria dengan bekas luka itu sudah ketahuan?Sepertinya memang itulah penyebabnya. Jika tidak, ronde kedelapan pasti akan dimulai satu minggu lagi seperti yang sudah-sudah.Pertanyaannya, siapa pendukung di balik pria dengan bekas luka? Kenapa dia mengirim seseorang untuk membantu Jodie dan Wina tanpa mengungkapkan informasi apa pun?Walaupun Jodie dan Wina merasa bingung, mereka tetap mematuhi aturan permainan karena mereka juga tidak bisa ke mana-mana.Malam itu, Wina sama sekali tidak bisa tidur nyenyak. Dia berbaring bolak-balik di atas tempat tidur sambil terus membayangkan bagaimana si pria
Wina tidur nyenyak, jadi dia bangun keesokan harinya dengan penuh semangat dan tidak begitu gugup saat harus bermain.Permainan ronde kedelapan ini sedikit berbeda dengan permainan sebelumnya.Ada layar tambahan di dinding dengan setumpuk kartu yang berjumlah 54."Silakan kedua pemain masing-masing memilih satu kartu apa saja."Wina dan Jodie saling berpandangan, mereka tidak tahu permainan macam apa ini."Mungkin kita harus membalikkan kartu secara bersamaan, yang menang yang nilainya lebih besar."Analisis Jodie sangat masuk akal. Wina merasa itu sangat mungkin.Mereka berdua pun sama-sama melangkah maju dan mengklik kartu mana pun yang muncul di layar.Wina memilih AS, sementara Jodie memilih 2.Ada total empat kartu di antara kedua kartu ini, jadi kemungkinannya sedikit lebih tinggi. Sayangnya, aturan permainan Arom berbeda dari biasanya.Setelah memilih, seluruh 54 kartu di layar pun dibalik sehingga punggung kartu menghadap mereka.Setelah itu, tatanan kartu sontak diacak, berger