Akan tetapi, Jodie yang masih setengah sadar itu tampak seperti orang bodoh di mata Wina.Wina berusaha untuk tetap sabar, lalu membantu menggeledah jas Jodie untuk menemukan kunci borgol.Wina mencari di bagian dalam maupun luar jas, tetapi tidak ada kunci apa-apa. Rasanya jantung Wina seperti berhenti berdetak selama sepersekian detik."Jangan bilang kamu nggak bawa kuncinya?""Enak saja!"Jodie mengernyit dan memeriksa setiap jengkal jasnya lagi, tetapi tetap tidak ada kunci apa-apa di sana."Pasti orang dari Arom mengambil kunciku!"Jodie pun mengepalkan tangannya dengan marah. "Dasar bajingan! Lebih baik nggak ketemu atau akan kubunuh mereka semua satu per satu!""Mereka saja membawa koperku ke sini, mana mungkin mereka mengambil kuncimu?" tanya Wina sambil mengernyit."Apa?"Jodie refleks menatap Wina dengan kaget.Wina pun mengedikkan dagunya ke arah Jodie sambil berkata, "Tuh, di sana."Jodie mengikuti arah yang Wina tunjuk dan melihat sebuah koper di sudut."Kamu boleh bawa ko
Ada roda gigi pada slot masuk konsol yang polanya cocok dengan gerigi di tepi daun emas.Wina dan Jodie menyadari bahwa pola gerigi di setiap daun emas ternyata berbeda, inilah yang membedakan konsol satu dengan yang lain.Jodie menyentuh konsol itu dan memperhatikan sekeliling. Setelah memastikan tidak ada yang aneh, barulah dia mengangguk ke arah Wina.Wina mengeluarkan daun emasnya dan mengikuti instruksi yang tertera, lalu memasukkan daun emasnya ke slot masuk konsol.Roda gigi pun mulai berputar, lalu suara terkomputerisasi terdengar lagi."Identitas berhasil dikonfirmasi. Kode pengundang: no. 7 dari Grup 2. Nama kode baru pemain: Cross."Setelah itu, daun emas milik Wina dikeluarkan dari dalam konsol. Wina mengambilnya dan mengamatinya, tulisan "Cross" sudah terukir di bagian depan daun emas itu dan ada angka 2-7 yang berukuran kecil di sampingnya.Dengan kata lain, orang yang mengundangnya ke sini memiliki kode 2-7 di Medan Hitam. Pemain yang diundang diberikan kode nama baru be
Mereka menunggu dalam diam selama sepuluh menit. Tiba-tiba, dinding di sebelah konsol terpisah dari sisi kiri dan kanan, menunjukkan lingkungan luar Arom di hadapan mereka."Pemain yang memilih untuk menyerah silakan keluar."Begitu melihat pintu terbuka, Wina dan Jodie pun berjalan beberapa langkah ke depan dengan kompak. Tepat saat mereka hendak keluar ruangan, tiba-tiba ada dua garis merah diarahkan ke dahi mereka."Pemain yang tidak memilih untuk menyerah harap kembali ke dalam ruangan atau akan langsung ditembak."Jantung Wina sontak terasa berhenti berdetak selama sepersekian detik, dia segera menarik Jodie mundur selangkah."Sepertinya mereka sedang memantau kita."Jodie mengikuti arah garis merah itu dan melihat ke dinding yang memesona seperti gunung yang tertutup salju di kejauhan. Tidak jelas dari arah mana pengawasan dilakukan karena posisinya yang terlalu jauh. Yang jelas, begitu mereka sampai di tempat ini, mereka selalu diawasi dengan ketat."Habis ini, kamu harus berhat
Para pria berbaju hitam di belakang layar itu pun terdiam, mereka menatap posisi 2-9."Tuan Kesem ....""Orang-orang Tuan Keempat bertanggung jawab atas Kamar 9."Pria berbaju hitam dari Grup 1 hendak mengatakan bahwa Tuan Kesembilan dari Grup 2 hilang ketika seorang wanita tiba-tiba menyelanya.Wanita itu jelas ingin melindungi 2-9 dan dengan sengaja menyerahkan tanggung jawab pada Tuan Keempat.Tuan keempat tidak mengatakan apa-apa, dia hanya menatap si wanita dengan dingin.Karena pemimpin Grup 1 tetap diam, tentu saja anggota lainnya juga tetap diam."Tuan Keempat, tolong suruh bawahanmu untuk segera ke ruang isolasi dan diselidiki!"Begitu suara terkomputerisasi itu lenyap, Tuan Keempat pun menurunkan kakinya yang semula dilipat. Dia bangkit berdiri, lalu berjalan turun dari kursinya yang diletakkan di tempat tinggi. Dia berhenti sejenak saat melewati posisi 2-7.Auranya terasa cukup mengintimidasi, tetapi si wanita di posisi 2-7 melipat tangannya di depan dada dan menatap lurus k
Jodie merasa dia sudah salah memilih, jadi dia menundukkan kepalanya dan meminta maaf kepada Wina dengan suara pelan."Maaf."Wina hendak menjawab, tetapi saat melihat mata Jodie, Wina sontak teringat pada Jihan.Setiap kali Jihan melakukan kesalahan, dia juga akan meminta maaf dengan suara pelan.Pada akhirnya, Wina tidak mengatakan apa pun. Dia hanya melirik Jodie dan terus menatap konsol."Sekarang, silakan para pemain pergi ke area yang telah dipilih."Setelah suara terkomputerisasi itu lenyap, pintu kembali terbuka. Kali ini yang terlihat bukanlah pemandangan sebelumnya, melainkan tangga yang mengarah ke atas.Cahaya putih terpancar dari puncak tangga setinggi empat lantai, rasanya seperti pintu masuk ke surga."Para pemain harap datang ke area yang sudah dipilih dalam waktu satu menit.""Mereka yang tidak datang tepat waktu akan ditembak.""Sekali lagi, mereka yang tidak datang tepat waktu akan ditembak.""Hitung mundur dimulai. 60, 59, 58 ...."Wina dan Jodie tidak punya waktu u
Setelah para pemain memilih posisinya masing-masing, suara terkomputerisasi kembali terdengar."Silakan setiap pemain memasukkan kartu undangan masing-masing ke konsol untuk konfirmasi identitas."Dua celah kecil pun muncul di atas permukaan meja, beserta dengan konsolnya. Jodie menatap konsol itu, dia tidak ingin memasukkan daun emasnya."Harap para pemain melakukan konfirmasi identitas dalam waktu lima detik. Mereka yang gagal akan ditembak."Seenaknya saja mengancam main tembak.Jodie bergumam dengan kesal di dalam hati, lalu mengeluarkan daun emas itu dan memasukkannya ke dalam konsol."Konfirmasi pemain atas nama Moron berhasil.""Pfft!"Si pria dengan bekas luka di sebelah sontak tertawa terbahak-bahak."Hahaha! Kamu habis menyinggung orang yang mengundangmu, ya? Masa kamu dikasih kode nama yang artinya bodoh? Itu sih terlalu blak-blakkan!"Jodie mengepalkan tangannya dan menatap si pria dengan bekas luka yang sibuk tertawa terpingkal-pingkal itu."Diam!"Pria dengan bekas luka i
Berbanding terbalik dengan para penonton yang aman di lantai atas, para pemain yang berkumpul di area bawah yang dikenal sebagai "Area Permainan dari Neraka" sedang mengamati tombol angka 1-4 demi menyelamatkan satu tangan masing-masing.Suara hitungan mundur membuat mereka semua berkeringat dingin, tetapi tidak ada yang berani memulai.Semua orang memperhatikan para pemain di area lain, mereka ingin tahu apakah pemain pertama yang membuat pilihan akan berakhir dengan lengannya diputus oleh robot pesawat warna hijau seperti di video.Semua orang merasa agak takut, kecuali pemain yang tadi menggoda Wina. Dia lebih tidak sabaran dibandingkan dengan yang lain, jadi setelah menonton selama beberapa saat, dia langsung menekan tombol angka 3.Tepat pada saat itu, keempat kotak persegi hitam pun terbuka secara serempak. Ternyata apel itu hanya berada di kotak no. 1."Sialan!"Begitu pria itu mengumpat, dua tulisan besar "Pintu Kematian" pun muncul di pintu merah di seberangnya .Lengan robot
Saat kedua lengan robot itu hendak meraih Jodie, pria dengan bekas luka itu berujar lagi dengan suara pelan, "Cepat bergerak zig-zag seperti ular!"Jodie sekarang benar-benar percaya pada pria dengan bekas luka itu. Dia menyeret Wina berlari keluar dari area permainan dengan cepat sambil bergerak meliuk-liuk seperti ular.Lengan robot itu tidak hanya diprogram untuk bergerak lurus, tetapi juga berputar. Gerakan Jodie yang ke kiri dan ke kanan membuat lengan robot itu terus memanjang dan berputar.Robot pesawat warna hijau jelas diprogram hanya akan menarik tangannya kembali ke balik pintu setelah memutuskan satu tangan pemain. Jika tidak, robot pesawat warna hijau akan terus mengejar pemain hingga mendapatkan satu tangan mereka.Sialnya adalah Wina. Karena tangannya dan Jodie diborgol, jadi nasib mereka terpaut. Jodie memang kuat berlari, tetapi fisik Wina lebih lemah. Setelah berlari beberapa saat, tenaganya langsung habis.Wina awalnya berencana menggunakan pisau baja si robot pesawa