Saat Lilia dimasukkan ke dalam tungku pembakaran, Wina tak berani melihat. Dia memalingkan wajahnya dan memeluk Jihan erat-erat. Air matanya mengalir seperti air mancur yang tidak terbendung.Lilia, sahabat terbaik, akhirnya menjadi abu. Abu itu disimpan dalam kotak kecil. Entah dia kehilangan kebebasan atau justru mendapatkan kebebasan baru.Pada akhirnya, Lilia tidak akan pernah kembali ke dunia ini. Dia mengikuti orang yang dia cintai ke dunia lain, untuk membangun kebahagiaannya sendiri di sana.Pada kenyataannya, semua itu hanya khayalan indah manusia. Setelah kematian, tidak ada lagi yang tersisa. Jiwa yang disebut-sebut itu hanyalah harapan yang dibebankan oleh orang yang masih hidup.Yuno dan Lilia, pada akhirnya, saling tidak menyadari cinta mereka hingga akhir hayat. Baru di saat-saat terakhir, mereka menyadari betapa mereka saling mencintai.Menyesal?Menyesal.Namun, inilah kenyataan yang harus dihadapi.Setelah Lilia dikremasi, Reo sendiri yang menaburkan abunya. Dia memil
Mirlo baru saja keluar dari ruang kerjanya. Mendengar perkataan itu, wajahnya yang pucat pasi langsung berubah muram. Dia tidak menyangka setelah menyelesaikan masalah Yuno, dia harus kembali menghadapi Daris. Kehidupannya bagaikan petualangan yang penuh rintangan ....Mirlo menatap Daris dengan tatapan sedingin es, membuat Daris mendongak dengan perlahan. "Apa kamu yang bilang ke Lilia kalau Yuno sudah dikremasi dan abunya dilarung ke laut?"Mirlo menjawab tanpa ekspresi, "Kak Daris, aku cuma menemani Kak Lilia saat dia berziarah untuk Kak Yuno. Aku memberi tahu kebenarannya agar dia nggak berziarah ke makam yang salah. Apa yang salah dengan itu?"Daris mencabut pisau yang tertancap di sofa, lalu mengusap mata pisau dengan jarinya. "Ya, kamu memang nggak salah. Tapi, seandainya kamu nggak memberi tahu Lilia yang sebenarnya, dia nggak akan meninggal."Sulit untuk menebak maksud perkataannya. Mirlo yang pandai membaca situasi memilih untuk diam dan tidak membalas. Dia malah memperlihatk
Daris terbakar api balas dendam, sedangkan Wina terpuruk dalam duka setelah kehilangan sahabatnya. Dia tidak bisa tidur nyenyak selama sebulan ....Di setiap malam yang sunyi, wajah Lilia yang ceria selalu hadir dalam mimpinya. Wajah itu bisa serius, tersenyum, atau menangis. Itu sangat jelas tergambar, seolah terpatri dalam ingatannya ....Konon, setelah seseorang meninggal, jejak keberadaannya dan kenangan tentang wajahnya di dalam pikiran kita akan perlahan memudar sampai menjadi samar dan tak teringat lagi. Itulah awal dari proses penghapusan kenangan ....Tekad Wina untuk tidak melupakan Lilia membuatnya terobsesi dengan foto dan mimpi tentangnya. Hari demi hari, dia tenggelam dalam kesedihan dan akhirnya jatuh sakit karena depresi ....Hati Jihan hancur melihat Wina terbaring sakit. Dia menemaninya di samping tempat tidur. Keningnya berkerut dan matanya terpaku pada wajah pucat Wina."Sayang, kalau kesehatanmu memburuk, bagaimana aku bisa hidup tanpamu?"Saat waktunya tiba, dia h
Sara mengangkat dagunya sedikit dan mendekat ke bawah mata Jefri."Tindakan apa?"Wangi tubuh Sara yang menyegarkan dan menenangkan, berpadu dengan aroma alkohol yang samar menyeruak saat dia mendekat, membuat Jefri dilanda rasa gelisah. Tiba-tiba saja Jefri tidak berani menatap mata Sara.Dia awalnya memiliki pikiran tertentu, tetapi ketika Sara benar-benar mendekat, Jefri menjadi takut. Dia menolehkan kepalanya sedikit, ingin menghindari sentuhan jarak dekat.Sara yang mabuk terpeluk erat dalam pelukannya. Dia mulai kehilangan fokus dan tidak bisa melihat dengan jelas siapa yang ada di depannya. Sambil menggenggam lengannya, Sara memejamkan mata dan perlahan mendekat ....Saat dia mendekat, Jefri tidak menghindar lagi. Dengan tubuh yang tegang, Jefri menatapnya lekat-lekat. Saat dia melihat tangan Sara menyentuh dadanya, jantungnya berdebar kencang. Namun, Jefri tetap diam dan terus menatapnya ....Jari-jari Sara menggenggam erat kemeja putih Jefri. Dengan sedikit tarikan, dia menari
Sara memang sudah patuh, tetapi Sara masih menjambak rambut Jefri dengan erat, tak mau melepaskannya. Seolah itu adalah senjata rahasianya untuk melawan pelecehan.Meski waspada, Sara merasakan ketenangan di hatinya. Dia seolah-olah percaya bahwa pria yang memeluknya tidak akan menyakitinya. Dengan patuh, dia melepaskan tangannya dan melingkarkan lengan di leher pria itu, mendekap pria itu dengan erat.Jefri memiliki tubuh yang tinggi dan kekar, sementara Sara bertubuh mungil. Saat Sara meringkuk padanya, dia tampak seperti anak kecil yang berlindung di pelukan Jefri.Dengan penuh kasih sayang, dia menggendong Sara seperti boneka, berjalan ke lift, dan turun ke tempat parkir bawah tanah. Dia mendudukkannya di kursi depan sebelah kanan dan memasangkan sabuk pengaman untuknya.Sambil mengemudi, dia sesekali melirik Sara. Melihat rambutnya yang berantakan menutupi wajah dan tidur dengan sangat lelap, Jefri tak kuasa menahan senyum di bibirnya.Ketika senyum tipis menghiasi wajahnya, dia m
Jefri menggertakkan giginya saat melihat Sara merasa sangat tidak nyaman hingga perutnya terasa ingin muntah. Sambil menahan muntahan di sekujur tubuhnya, Jefri menatap Bibi Nelsa dengan dingin."Keluarlah dulu."Bibi Nelsa melirik Jefri, kemudian melirik Sara. Dia merasa agak khawatir. Namun, Bibi Nelsa juga sangat bijaksana. Dia kemudian berbalik dan pergi.Setelah pintu ditutup, Jefri melepas pakaian dan celananya. Awalnya, Jefri ingin mandi sendiri terlebih dahulu. Namun, ketika melihat kepala Sara hampir jatuh ke tempat sampah, Jefri pun tidak bisa menahan diri untuk tidak mendekat dan memegangi tubuh Sara.Kulit yang sangat panas menempel pada bajunya dan hampir menciptakan lubang di sana. Sara merasa tidak nyaman dan berusaha mendorong orang yang memeganginya. Namun, tangan orang itu malah menggendongnya dan memasukkannya ke dalam bak mandi ....Air hangat menyebar ke mana-mana. Sara merasa nyaman dan tidak lagi meronta-ronta.Jefri mengambil perlengkapan mandi dan membersihkan
Pikiran Sara masih kacau. Namun, tubuh dan tulangnya secara otomatis merasakan sesuatu setelah mengalami pertarungan yang sengit.Sara menundukkan matanya saat merasakan kelembutan dan rasa manis di telinganya, seakan memikirkan bagaimana menjawabnya. Namun, pikirannya justru menjadi kosong.Meskipun puncak gairah sudah berlalu, tubuh Sara yang bersandar di pelukan pria itu masih agak gemetar. Rona merah di wajahnya makin sulit dihilangkan dan matanya juga masih kabur.Melihat keadaan Sara, Jefri tahu bagaimana rasanya. Namun, dia berpura-pura tidak menyadarinya. Jefri kemudian kembali memeluk erat pinggang Sara dan membiarkan Sara berbaring di atas tubuhnya."Sepertinya pengalamanmu nggak terlalu bagus. Ayo kita coba lagi."Jefri menyukai jika Sara yang berada di atas tubuhnya. Namun, Sara yang jelas-jelas mabuk itu tidak mungkin bisa melakukannya.Jefri memegang pinggang Sara, memeluk, dan menciumnya sebentar. Kemudian, dia mengangkat Sara yang terbaring di dalam bak mandi, menarik h
Keduanya berisik sepanjang malam dan keesokan harinya tidur nyenyak sepanjang hari. Ketika mereka membuka mata, hari sudah menjelang senja.Setelah pengaruh alkoholnya menghilang, Sara menopang kepalanya yang sakit luar biasa dan ingin membuka bibirnya untuk memanggil Bibi Nelsa. Namun, tanpa sengaja bibirnya malah menyentuh kerasnya dada pria itu.Sara langsung mengangkat kepalanya karena terkejut oleh sensasi yang hangat itu. Wajah yang tampan dan tanpa cela muncul di matanya yang ketakutan. Hati Sara langsung terasa sesak saat melihat dengan jelas siapa orang itu.Pada saat ini, cahaya matahari terbenam di luar jendela menerobos masuk. Sinarnya menerangi kulit Jefri yang halus dan putih itu, hingga memancarkan lapisan cahaya merah yang samar-samar. Semua itu membuat Jefri yang matanya terpejam tampak seperti malaikat kecil yang turun ke bumi. Begitu menggemaskan hingga membuat orang tersipu malu ....Sara menurunkan pandangannya dan melihat garis otot perut Jefri yang tampak jelas,